29 1
Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit.
2 Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat
diraih bagi produkjasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam
menghadapi persaingan. 3
Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa
besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu entitas bisnis.
4 Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola
usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5
Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya.
6 Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang
dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat
seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. Setelah pencairan kredit dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan
pengawasan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya menghindari kredit bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi beberapa aspek meliputi
keberadaan administrasi kredit yang memadai, kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk
melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit, adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, dan aspek
adanya suatu peringatan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kredit Usaha Rakyat KUR khususnya KUR Mikro merupakan kredit bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam
menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola
30 penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Penjaminan diharapkan akan
memberikan usaha mikro akses yang lebih luas kepada perbankan. Adanya aspek kelayakan usaha sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengakses KUR diharapkan calon debitur akan memiliki kemampuan dalam penegmbalian kredit dengan teratur. Namun di dalam pelaksanaan penyaluran
kredit ini masih terdapat permasalahan yang timbul, yakni keterhambatan pengembalianpelunasan kredit. Keterhambatan pengembalian kredit akan
merugikan pihak bank,modal bank menjadi beku dan menurun serta berkurangnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasil pemberian kredit. Untuk itu
penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian oleh debitur perlu dilaksanakan agar permasalahan
tersebut dapat diantisipasi sedini mungkin. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit
KUR pada BRI Unit Cimanggis diturunkan berdasarkan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu Character
kepribadian, Capital modal, dan Capacity kemampuan. Prinsip Collateral agunan dalam skim kredit ini dianggap telah terpenuhi dengan adanya
penjaminan dari pemerintah. Sementara prinsip Condition of economy kondisi ekonomi dan Constrain keterbatasan diasumsikan tidak mengalami perubahan
ceteris paribus karena di dalam dalam penelitian ini kedua prinsip tersebut dianggap sebagai faktor di luar kendali debitur.
Faktor-faktor seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta lama usaha merupakan faktor yang diduga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit
berdasarkan peran aktifnya dalam pembentukan kepribadian debitur character, yaitu terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang
tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. Faktor
adanya pinjaman lain yang dilakukan bersamaan dengan pinjaman KUR serta besarnya jumlah pinjaman dan jangka waktu pengembalian diduga mempengaruhi
kelancaran pengembalian kredit sehubungan dengan kepemilikan debitur terhadap modal dan berpengaruh terhadap besarnya perbandingan pembiayaan dari
pinjaman dengan modal sendiri capital. Sementara faktor-faktor seperti jumlah
31 tanggungan dalam keluarga, dan besarnya omzet usaha, diduga mempengaruhi
kelancaran pengembalian kredit sehubungan dengan kesanggupan dan kemampuan debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan
syarat-syarat lain dalam perjanjian capacity. Jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga,
serta pinjaman yang dilakukan pada pihak lain yang di dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam karakteristik personal debitur. Pendapatanomzet usaha
serta lama usaha dikelompokkan ke dalam karakteristik usaha debitur. Sementara itu besarnya jumlah pinjaman serta lamanya masa pengembalian yang disepakati
dikelompokkan ke dalam karakteristik kredit. Pemilihan semua faktor tersebut berdasarkan referensi hasil studi literatur penelitian terdahulu serta hasil diskusi
dengan pihak manajemen yang menangani bidang perkreditan,khususnya KUR. Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga
karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1
Karakter personal Jenis kelamin wanita umumnya lebih serius, bertanggung jawab, dan
memiliki visi ke depan dengan strategi yang lebih terencana untuk memperbaiki kondisi kehidupan bila dibandingkan pria Thoha 2000. Oleh
sebab itu, diduga wanita memiliki peluang pengembalian kredit dengan kelancaran lebih besar daripada pria karena diduga wanita memiliki loyalitas
yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit dibandingkan pria.
Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Pada tingkat individual, pendidikan juga
merupakan sarana yang sangat efektif untuk mobilitas vertikal baik dalam aspek sosial, ekonomi, bisnis, maupun politik. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin luas wawasan berpikir dan semakin besar pula kemampuan mengaktualisasikan potensi dirinya, termasuk dalam kemampuan
berbisnis dan mengelola usaha Thoha 2000. Terkait dengan kemampuan pengembalian kredit, semakin tinggi pendidikan diharapkan dengan
kemampuan pengelolaan usaha yang lebih baik maka akan semakin baik pula kemampuan pengambalian kreditnya. Namun berdasarkan pengalaman pihak
32 manajemen BRI Unit Cimanggis, semakin tinggi tingkat pendidikan debitur
maka mereka akan semakin berani dalam melakukan penunggakan pengembalian kredit sehingga di dalam penelitian ini tingkat pendidikan
diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin berat pula
beban ekonomi keluarga tersebut Firmansyah 2000. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka akan semakin besar pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi
pendapatannya. Hal
ini menyebabkan
adanya peluang
ketidakmampuan debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam pengembalian kredit. Oleh sebab itu, jumlah tanggungan dalam
keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit. Sehingga semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka peluang
pengembalian kredit dengan baik akan semakin kecil. Adanya pinjaman pada pihak lain berarti bahwa nasabah memiliki
kewajiban pembayaran angsuran lain. Semakin banyak pinjaman yang dilakukan, maka akan semakin banyak pula kewajiban pembayaran angsuran
dalam setiap bulannya. Kondisi meningkatnya beban pengeluaran yang harus ditanggung ini menyebabkan meningkatnya risiko ketidaklancaran dalam
pembayaran angsuran kredit, terlebih jika pinjaman dilakukan pada sumber kredit informal yang membebankan bunga tinggi Wahyono 2000. Sehingga
pinjaman pada pihak lain diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit.
2 Karakter usaha
Omzet usaha menentukan tingkat pendapatan pengusaha dari usaha yang dijalankannya. Semakin tinggi omzet usaha akan meningkatkan pendapatan
usaha, sehingga akan meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk membayar kredit Alamsyah 2007. Oleh sebab itu, omzet usaha diduga
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban
bunga akan semakin besar peluang pengembalian kredit secara lancar juga semakin besar.
33 Lama usaha terkait dengan pengalaman usaha. Pengalaman usaha
mempengaruhi kemampuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif terbaik. Berdasarkan pengalamannya, pengusaha dapat
menghindari dan mengurangi risiko yang dapat menyebabkan kegagalan usahanya Alamsyah 2007. Oleh sebab itu, lama usaha debitur diduga
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan
kemampuan mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang digeluti.
Keberhasilan usaha
tersebut dapat
menjamin perolehan
pendapatankeuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang kemampuan pengembalian kredit secara lancar.
3 Karakter kredit
Semakin besar jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank maka semakin besar beban yang harus ditanggung oleh debitur dalam pelunasannya sehingga
pemberian jumlah pinjaman yang besar menimbulkan risiko terhambatnya pengembalian kredit oleh debitur Muhammah 2008. Oleh sebab itu jumlah
pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Jangka waktu pinjaman dapat mencerminkan besar kecilnya angsuran
yang harus dibayar nasabah kepada bank setiap bulannya. Semakin lama jangka waktu pinjaman maka angsuran bulanannya relatif lebih ringan
Hermawan 2007. Oleh sebab itu, jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Semua karakteristik di atas diduga memiliki pengaruh yang nyata terhadap perbedaan tingkat kelancaran pengembalian kredit KUR sehingga pihak bank
perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam mengabulkan suatu permohonan kredit. Kebijakan mengenai penyaluran KUR perlu direncanakan dan
ditetapkan dengan baik agar hal itu dapat menjadi simbiosis mutualisme bagi debitur dan pihak bank. Di lain sisi pihak debitur merasa diuntungkan dengan
adanya bantuan modal dalam menyokong keberhasilan usahanya dan di sisi lain pihak BRI memperoleh keuntungan dari pendapatan bunga kredit yang diberikan
dan pengembalian kredit dari debitur berjalan lancar tanpa adanya kasus penunggakan.
34 Bank Rakyat Indonesia BRI tidak hanya berharap dan berupaya menekan
angka kredit bermasalah tetapi juga berupaya untuk sebisa mungkin penyaluran KUR dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimanfaatkan sebaik-baiknya
dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pengembangan usaha rakyat kecil. Untuk menjamin bahwa kredit yang diberikan kepada debitur dimanfaatkan
sebagaimana mestinya, pihak BRI juga melakukan pengawasan kepada debitur tersebut khususnya menyangkut aktivitas usaha debitur.
Pembahasan pada penelitian ini akan dibatasi berdasarkan pada kerangka operasional. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.
Tingkat Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat KUR
BRI Unit Cimanggis
Lancar Non-Lancar
Jumlah pinjaman lama
pengembalian Pinjaman Lain
Capital omzet usaha
jumlah tanggungan
Capacity tingkat
pendidikan jenis kelamin
lama usaha Character
Gambar 6. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
Condition of Economy
Constrain
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian