I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro merupakan salah satu penggerak yang penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
berbagai negara dunia. Salah satu karakteristik negara dengan dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto
PDB yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja usaha mikro mereka yang sangat
efisien, produktif, dan memiliki daya saing global yang sangat tinggi. Usaha mikro di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor. Pada negara-negara berkembang dengan
tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan usaha mikro juga sangat penting. Di India, sektor ini menyumbang sekitar 32 persen dari total nilai ekspor
dan 40 persen dari nilai output dari sektor industri manufaktur di negara tersebut. Di beberapa negara di kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan sektor
usaha mikro juga berperan penting dalam meningkatkan keluaran output agregat dan kesempatan kerja Tambunan 2002.
Di Indonesia, lebih dari 80 persen unit usaha yang ada merupakan usaha mikro. Usaha mikro mendominasi dari total usaha yang ada di Indonesia
sementara sektor usaha menengah dan besar hanya mengambil sebagian kecil dari jumlah unit usaha keseluruhan. Sektor usaha mikro mampu memberikan
kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja. Pada tahun 2006, tenaga kerja banyak diserap oleh usaha mikro
Tabel 1. Sektor usaha ini mampu memberi sumber kehidupan bagi masyarakat, bahkan di saat kondisi perekonomian negara sulit sekalipun. Hal ini dibuktikan
pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, sektor usaha mikro terbukti telah membuat perekonomian nasional bertahan dan menjadi katup
2 pengaman bagi dampak krisis, seperti pengangguran dan pemutusan hubungan
kerja
1
.
Tabel 1. Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala
Usaha Tahun 2006
Skala Usaha Jumlah
Usaha Unit
Persentase Jumlah Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Orang Persentase
Jumlah Tenaga Kerja
Usaha Besar 45.313
0,2 4.943.083
9,6 Usaha
Menengah 158.597
0,7 3.037.936
5,9 Usaha Kecil
3.579.761 15,8
11.276.408 21,9
Usaha Mikro 18.873.043
83,3 32.181.529
62,5 Total
22.656.714 100
51.438.956 100
Sumber: BPS 2007
Selain itu, usaha mikro juga merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase PDB yang
disumbangkan usaha mikro pada tahun 2007 sebagai bagian dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM terhadap nilai PDB nasional yakni sebesar
53,6 persen Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UMKM dan Nasional Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku
Keterangan 2005
Miliar Rupiah 2006
Miliar Rupiah 2007
Miliar Rupiah
UMKM 1.941,10
1.778,70 2.121,31
Nasional 3.164,10
3.338,20 3.957,66
Persentase UMKM 61,35
53,30 53,60
Sumber: BPS 2008
Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal
ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya
permodalan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Padahal berdasarkan rantai
1
Hurustyadi I. 2007. Analisis kelayakan investasi usaha mikro, kecil, dan menengah: studi kasus pada CV Bersaudara Jaya [abstrak]. http:www.jurnalskripsi.co.id. [2 Agustus 2009].
3 ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan. Apabila modal rendah, maka
akan menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas baik input maupun tenaga kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan dan investasi
yang rendah, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka keberadaan kredit bagi sektor usaha mikro sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan untuk
pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka.
Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui bantuan permodalan berupa kredit. Perkembangan aliran modal kepada
sektor usaha mikro ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan total kredit usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 yang
menunjukkan tren kenaikan sebesar 12,3 persen. Bank Swasta Nasional tercatat sebagai pemberi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah terbesar dengan
proporsi rata-rata sebesar 48 persen dari total keseluruhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 Tabel 3.
Meskipun sejumlah kredit telah mengalir kepada usaha mikro, kecil, dan menengah, namun jumlah usaha yang telah memperoleh kredit dari perbankan
hanya sekitar 39,06 persen. Sisanya belum tersentuh oleh perbankan dan mayoritas diantaranya merupakan usaha mikro yang berbentuk usaha rumah
tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat informal. Berdasarkan latar belakang tersebut, kebijakan Kredit Usaha Rakyat
KUR khususnya KUR Mikro yang diperuntukkan bagi usaha mikro yang sudah feasible namun belum bankable dengan memberikan pola penjaminan digulirkan.
Kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha
mikro
2
. Kredit Usaha Rakyat KUR tidak disalurkan langsung oleh pemerintah,
melainkan disalurkan oleh bank-bank yang telah ditunjuk pemerintah sebagai bank penyalur KUR. Enam bank yang ditunjuk pemerintah sebagai penyalur KUR
adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Nasional Indonesia, Bank Tabungan Negara,
2
Osa, Stefanus. 2008. Apa kabar pemberdayaan UMKM. www.kompas.com. [28 April 2009].
4
Tabel 3. Pertumbuhan Kredit UMKM di Indonesia Tahun 2005 - 2008
Kelompok Bank
2005 2006
Growth 2007
Growth Januari 2008
Growth Rata-Rata
Nilai Milyar
Rupiah Share
Nilai Milyar
Rupiah Share
Nilai Milyar
Rupiah Share
Nilai Milyar
Rupiah Share
Share Growth
Bank Persero
122.189 34.43
144.935 35.31
18.62 176.74
35.15 21.94
172.797 34.77
-2.23 34.92
12.78 Bank BPD
42.462 11.96
52.859 12.88
24.49 67.774
13.48 28.22
67.508 13.59
-0.39 12.98
17.44 Bank Swasta
Nasional 176.421
49.71 195.326
47.59 10.72
238.211 47.38
21.96 235.961
47.48 -0.94
48.04 10.58
Bank Asing dan
Campuran 13.836
3.9 17.322
4.22 25.2
20.073 3.99
15.88 20.658
4.16 2.91
4.07 14.66
Total Kredit UMKM
354.908 100
410.442 100
15.65 502.798
100 22.5
496.924 100
-1.17 100
12.33
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 142.633
40.19 171.118
41.69 19.97
204.765 40.73
19.66 197.067
39.66 -3.76
40.57 11.96
Investasi 33.049
9.31 37.147
9.05 12.4
44.578 8.87
20 43.898
8.83 -1.53
9.02 10.29
Konsumsi 179.225
50.5 202.177
49.26 12.81
253.453 50.41
25.36 255.959
51.51 0.99
50.42 13.05
Sumber: Bank Indonesia, diolah 2008
5 Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Di antara keenam bank
tersebut, bank yang paling banyak menyalurkan KUR adalah BRI yang menyalurkan hingga 76,69 persen dari total dana KUR yang telah disalurkan
Tabel 4. Tingginya penyaluran KUR oleh BRI disebabkan telah luasnya jaringan kantor BRI Unit 4300 unit yang dapat menjangkau hingga masyarakat di
pedalaman
3
.
Tabel 4. Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009
Bank Kredit
Debitur Rata-Rata Kredit
Juta Rupiah Orang
Juta RupiahOrang
BRI 9.681.322
1.717.666 5,64
-BRI KUR 3.009.856
26.711 112,68
-BRI KUR Mikro 6.671.466
1.690.955 3,95
BNI 1.153.303
8.821 130,75
Mandiri 1.168.285
37.087 31,50
BTN 176.541
1.112 158,76
Bukopin 612.730
2.918 209,98
BSM 344.394
4.350 79,17
TOTAL 13.136.575
1.771.954 7,41
Sumber: Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia 2009
Adapun fungsi PT Bank BRI sebagai lembaga intermediasi antar pihak yang memiliki dana berlebih dengan pihak yang kekurangan dana, menimbulkan
adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan bank. Pentingnya pengelolaan risiko menjadi salah satu faktor keberhasilan PT Bank BRI dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong pengembangan sektor usaha
mikro melalui penyaluran KUR. 1.2.
Perumusan Masalah
Kredit Usaha Rakyat KUR khususnya KUR Mikro merupakan kredit bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam
menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola
3
[Asia Securities]. 2008. Bank Rakyat Indonesia: Kinerja yang Bersinar Ditopang Jaringan yang Kuat. www.asiasecurities.co.id. [28 April 2009].
6 penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Penjaminan diharapkan akan
memberikan usaha mikro akses yang lebih luas kepada perbankan. Adanya aspek kelayakan usaha sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengakses KUR diharapkan calon debitur akan memiliki kemampuan dalam penegmbalian kredit dengan teratur. Namun di dalam pengembalian kredit ini
masih terdapat
permasalahan yang
timbul, yaitu
keterlambatan pengembalianpelunasan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro yang
feasible ternyata tidak menjamin kelancaran pengambalian kredit. Masih terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian selain
aspek kelayakan usaha tersebut. PT. Bank BRI merupakan salah satu bank pelaksana Kredit Usaha Rakyat
KUR dan hingga kini telah menyalurkan paling berperan dalam penyaluran KUR terutama pada KUR Mikro. Adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan
melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau tingkat Non Performing Loan NPL. Hingga Februari 2009, secara nasional rasio
kredit bermasalah NPL KUR mencapai 2,63 persen dan tingkat NPL pada dua bank penyalur seperti Mandiri dan BNI masing-masing adalah sebesar 0,44
persen dan 1,96 persen. Adapun tingkat NPL KUR PT. Bank BRI sendiri adalah sebesar 2,58 persen Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia
2009. Jika dibandingkan dengan tingkat NPL KUR pada dua bank penyalur tersebut, maka persentase NPL PT Bank BRI masih dapat ditekan dengan
berupaya meningkatkan kinerja penyaluran KUR ini menuju arah yang lebih baik.
Gambar 1. Debitur Kredit Usaha Rakyat KUR
BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009
Sumber: Bank Rakyat Indonesia 2009
7 BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu merupakan salah satu dari
kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha Rakyat KUR. Di antara
unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang Pasar Minggu, BRI Unit Cimanggis
memiliki peluang
terhadap sektor
usaha mikro.
Sejak direalisasikannya penyaluran KUR oleh BRI, jumlah debitur yang mengakses
KUR pada BRI Unit Cimanggis secara umum cenderung memperlihatkan adanya peningkatan Gambar 1.
Namun seiring dengan peningkatan penyaluran KUR, peningkatan rasio kredit bermasalah NPL KUR juga terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Selain menunjukkan adanya penurunan kinerja, tingkat NPL tersebut juga menunjukkan kinerja penyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis masih berada di
bawah tingkat NPL KUR pada BRI secara keseluruhan. Per Februari 2009, tingkat NPL KUR PT Bank BRI, adalah sebesar 2,58 persen sementara tingkat NPL KUR
pada BRI Unit Cimanggis mencapai 4,7 persen.
Gambar 2. Keragaan Kredit Usaha Rakyat KUR Bermasalah
BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009
Sumber: Bank Rakyat Indonesia, 2009
Tingginya angka kredit bermasalah merupakan salah satu indikasi kurang berhasilnya suatu unit kerja BRI. Oleh karena itu, PT Bank BRI harus terus
melakukan pengembangan salah satunya dengan terus mengembangkan pengelolaan risiko kredit, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur agar
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong pengembangan usaha mikro. Dengan demikian faktor-faktor yang berpengaruh
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
AGT 08 SEPT 08
OKT 08 NOV 08
DES 08 JAN 09
FEB 09 N
PL
Bulan
8 terhadap tingkat kelancaran pengembalian oleh debitur perlu menjadi hal yang
diperhatikan oleh PT Bank BRI agar angka kredit bermasalah dapat ditekan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis berdasarkan tingkat kelancaran pengembaliannya?
2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran
pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis?
1.3. Tujuan Penelitian