70 Handoyo 2009 yang juga menemukan bahwa omzet usaha memberi
pengaruh nyata dan positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan syariahuntuk UMKM Agribisnis pada KBMT Ummah Kota Bogor
sehubungan dengan profitabilitas usaha yang tinggi yang ditunjukkan dengan nilai omzet usaha yang besar.
2 Lama Usaha
Lama usaha tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Berdasarkan pengamatan lapangan, pada umumnya
pelaku usaha mikro di wilayah Cimanggis bergerak pada bidang perdagangan dan telah menjalankan usaha tersebut cukup lama. Perdagangan yang mereka
jalankan sebagian besar tidak memiliki lama usaha yang panjang. Hal ini terkait dengan karakteristik entry barrier yang mudah ditembus sehingga
ketika pasar sudah jenuh mereka akan beralih pada usaha perdagangan yang lain.
Hal ini didukung dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya yang menunjukkan bahwa kedua kategori tingkat pengembalian kredit tersebut
tidak dapat dibedakan kategori tingkat pengembaliannya berdasarkan lama usaha. Baik responden debitur lancar maupun responden debitur menunggak
sebagian besar telah menjalankan usahanya tidak lebih dari sebelas tahun. Sehingga lama usaha menjadi tidak member pengaruh terhadap kelancaran
pengembalian kredit.Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan pada hasil- hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa lamanya usaha tidak
berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit seperti pada penelitian Hermawan 2007 serta Handoyo 2009.
6.2.3. Karakteristik Kredit
Karakteristik kredit yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat KUR pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari faktor besarnya
pinjaman serta lamanya jangka waktu pengembalian pinjaman yang disepakati. Adapun output hasil olahan dan pengaruh masing-masing faktor dipaparkan
sebagai berikut: 1
Besarnya Jumlah Pinjaman
71 Besarnya jumlah pinjaman merupakan sejumlah nominal pinjaman yang
diberikan oleh bank. Besarnya nilai pinjaman ini tergantung pada permintaan debitur yang disesuaikan dengan pendapatannya. Semakin besar nilai
pinjaman ini secara langsung akan meningkatkan beban angsuran yang harus dibayar, sehingga besarnya jumlah pinjaman diduga berpengaruh negatif
terhadap kelancaran pengembalian kredit. Besarnya jumlah pinjaman yang diduga berpengaruh terhadap tingkat
kelancaran ternyata menunjukkan hasil yang serupa. Hasil analisis menemukan bahwa variabel ini memiliki pengaruh nyata dalam tingkat
kelancaran pengembalian kredit. Pada responden dengan tingkat kelancaran pengembalian lancar yang sebagian besar mengakses pinjaman sebesar
Rp 5.000.000. Berbeda pada responden yang menunggak, sebaran pinjaman selain pada jumlah Rp 5.000.000 juga pada pinjaman sejumlah Rp 3.000.000.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa besarnya jumlah kredit yang diterima memberi pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Hal ini
dikarenakan besarnya jumlah kredit yang diperoleh debitur telah melalui analisa mendalam yang dilakukan oleh petugas kredit yang mengestimasi
seberapa besar jumlah dana yang dibutuhkan dan mampu dikembalikan oleh debitur. Sehingga jumlah kredit yang besar hanya dapat diperoleh oleh usaha
yang dianggap telah memiliki kapabilitas dan profitabilitas yang memungkinkan.
Nilai koefisien variabel ini positif 0,713 menunjukkan bahwa besarnya jumlah pinjaman memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit. Semakin besar jumlah pinjaman yang diperoleh debitur maka peluangnya untuk dapat mengambalikan secara lancarakan semakin besar.
Nilai odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan Rp 1 juta akan meningkatkan peluang
lancarnya pengembalian menjadi 2,04 jika tidak terjadi peningkatan jumlah pinjaman.
2 Masa Pengembalian
Penentuan jangka waktu pengembalian kredit ditentukan berdasarkan kesepakan antara pihak bank dengan debitur. Kesepakatan tersebut
72 berdasarkan permintaan debitur yang disesuaikan dengan pertimbangan dari
pihak bank. Jangka waktu pengembalian yang diduga berpengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian kredit oleh debitur, Namun berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa jangka waktu tidak memiliki pengaruh nyata dalam
kelancaran pengembalian kredit. Sebagian besar responden lebih memilih jangka waktu pengembalian yang paling sebentar untuk menghindari besarnya
jumlah beban bunga yang harus ditanggung meskipun dengan konsekuensi adanya beban angsuran bulanan yang akan lebih tinggi.
Selain itu, hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar maupun
menunggak adalah mengakses kredit dengan jangka waktu pengembalian yang sama, yakni 12 bulan. Hal ini mencerminkan bahwa kelancaran pengembalian
kredit tidak dipengaruhi oleh lamanya jangka waktu pengembalian kredit yang telah disepakati.
6.3. Implikasi Manajerial