Risiko Kredit Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Permintaan dan Penawaran Kredit

25 r r 1 Suku bunga r jumlah D S 1 S dari S keS 1 E ke E 1 . Jika E 1 dapat dicapai maka jumlah dana yang ditawarkan akan lebih banyak dengan harga yang lebih rendah Q 1 Q dan R 1 R serta dapat menjangkau lebih banyak pelaku usaha mikro. Dampak bertambahnya permintaan diharapkan akan dapat menyerap pasar kredit informal dan mengurangi pelaku usaha yang terjerat kredit berbunga tinggi tersebut. Gambar 4. Permintaan dan Penawaran Kredit Sumber: Lipsey 1995

3.1.2. Risiko Kredit

Perkembangan suatu usaha dipengaruhi ketersediaan modal. Modal sendiri umumnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suatu usaha. Oleh karena itu, ketersediaan modal dari pihak luar kredit sangat diperlukan. Sumber modal yang berasal dari luar tersebut dapat berasal baik dari sumber formal maupun informal. Sebagai salah satu lembaga formal yang menyalurkan kredit, kredit adalah bagian terbesar dari sumber penghasilan bank dan juga merupakan bagian terbesar dari seluruh harta suatu bank. Berkaitan dengan penyaluran kreditnya, bank menghadapi suatu risiko yang disebut risiko kredit. Risiko kredit adalah kegagalan debitur default to clearing untuk memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat timbul baik dari kinerja nasabah maupun faktor luar nasabah. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 5. Risiko kredit adalah risiko yang paling mengancam bank karena merupakan aktivitas utamanya. Oleh karena itu, risiko kredit merupakan suatu masalah besar bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan pada umumnya karena menurunkan likuiditas dan profitabilitas bank. Perputaran uang di bank menjadi terhambat dan Q Q 1 E E 1 26 dan laba menjadi menurun akibat nasabah yang bermasalah dalam pengembalian atau pengangsuran kredit. Jika ini terjadi maka akan diikuti hilangnya kepercayaan default trust dan sebagai lanjutannya adalah terjadinya rush penarikan secara besar-besaran secara serempak atas semua hutangkewajiban lancar oleh semua nasabah. Tingkat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya oleh Bank Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian kredit, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Penggolongan ini secara umum digunakan oleh lembaga keuangan baik yang berbentuk bank maupun non bank, meskipun pada beberapa lembaga keuangan terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga keuangan. Gambar 5. Kerangka Risiko Kredit Sumber: Sutoyo 2000 Pada PT. Bank Rakyat Indonesia menggolongkan kreditnya ke dalam dua kelompok besar, yakni kredit lancar dan tidak lancar menunggak. Sebuah pengembalian kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan pinjaman. Sedangkan pengembalian kredit digolongkan tidak lancar jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang Kebangkrutan nasabah Kesulitan keuangan nasabah Ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi Penurunan kinerja nasabah Kelemahan kontrak kredit Gagal bayar Potensi gagal bayar Penurunan peringkat nasabah Pelanggaran kontrak Potensi pelanggaran kontrak 27 diperjanjikan. Pengembalian kredit yang tidak lancar ini digolongkan kembali ke dalam lima tingkatan yaitu: 1 Dalam Pengawasan Khusus Status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran selama satu minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan. 2 Kurang Lancar Apabila pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek usaha saja. Status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari. 3 Meragukan Terhambatnya pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup berbagai aspek usaha. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari. 4 Macet Status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan bungan kredit dalam jangka waktu yang lama antara labih dari 120 hari hingga 270 hari. 5 Daftar Hitam Pengembalian kredit yang sudah termasuk dalam daftar hitam yaitu debitur yang benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena usahanya sudah bankrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan atau tidak ada sama sekali. Batasan seorang nasabah dimasukkan dalam daftar hitam adalah ketika pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari 270 hari. 3.1.3.Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah Tindakan terpenting dari strategi ini adalah analisa kredit. Analisa kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak feasible. 28 Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur. Dua jenis prinsip yang umumnya diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu prinsip ‘6C’ dan prinsip ‘6A’. Prinsip ‘6C’ Dendawijaya 2001 meliputi: 1 Character kepribadian, yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. 2 Capital modal merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 3 Capacity kemampuan terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat- syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatanomzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar. 4 Condition of economy kondisi ekonomi, pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnyamempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. 5 Collateral agunan yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit 6 Constrain keterbatasan merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan. Sedangkan prinsip ‘6A’ mencakup: 29 1 Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit. 2 Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produkjasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan. 3 Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu entitas bisnis. 4 Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5 Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6 Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. Setelah pencairan kredit dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan pengawasan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya menghindari kredit bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi beberapa aspek meliputi keberadaan administrasi kredit yang memadai, kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit, adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, dan aspek adanya suatu peringatan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional