Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KELANCARAN PENGEMBALIAN

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,

Cabang Pasar Minggu)

SKRIPSI

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921


(2)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

RINGKASAN

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA. H34050921. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Lebih dari 80 persen usaha yang ada di Indonesia adalah usaha mikro. Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara (BPS 2007). Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan. Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui peningkatan permodalan berupa kredit.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit bagi usaha mikro maupun bagi usaha kecil, dan menengah dengan pola penjaminan diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha mikro. PT Bank Rakyat Indonesia merupakan bank penyalur yang paling banyak menyalurkan KUR. Meskipun KUR merupakan hasil dari kebijakan pemerintah, tidak membuat kegiatan penyaluran pinjaman ini lepas dari risiko kredit. Risiko kredit dalam kegiatan pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL), seperti yang terjadi pada BRI Unit Cimanggis yang nilainya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah debiturnya. Sehingga penelitian yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik debitur berdasarkan kelancaran pengembaliannya serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diharapkan akan bermanfaat untuk mengantisipasi risiko kredit tersebut sedini mungkin.

Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu pada bulan Maret hingga April 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang dengan jumlah sampel untuk masing-masing subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Pengolahan data di dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengolahan data yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis baik responden debitur lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka sebagian besar mengakses kredit dengan masa pengembalian 12


(4)

bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis,besarnya jumlah pinjaman, serta besarnya omzet usaha. Responden debitur menunggak sebagian besar ditemukan sedang dalam pinjaman lain, sementara pada responden debitur lancar sebaliknya. Jumlah pinjaman pada responden debitur lancarn sebagian besar sejumlah Rp 5.000.000, sementara pada responden debitur menunggak sebagian besar meminjam sejumlah Rp 3.000.000 dan Rp 5.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.

Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah omzet usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Omzet usaha memiliki pengaruh (p-value= 0,025) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,0628) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 1,06 mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 1,06 kali lebih besar.

Jumlah pinjaman memiliki pengaruh (p-value= 0,06) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,71) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 2,04 kali lebih besar.

Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki (p-value = 0,015) dan keterkaitan negatif (koefisien = -1,747) dengan kelancaran pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak lain akan berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit secara lancar.

Berdasarkan faktor yang berpengaruh nyata tersebut, pihak BRI Unit Cimanggis diharapkan lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan menerima pinjaman (KUR) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya mengenai ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses calon debitur, besarnya jumlah pinjaman, dan besar omzet usaha yang dimiliki calon debitur. Kondisi usaha calon debitur di masa yang akan datang harus diprediksi karena terdapat kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang dimana kondisi tersebut berpengaruh pada jumlah omzet di masa yang akan datang.

Selain menambahkan kriteria penilaian, BRI juga perlu membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet dengan memberikan masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity building di bidang pemasaran dan manajemen usaha nasabah. Bersaman dengan hal tersebut, bagi nasabah sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar omzet usaha berkembang.


(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KELANCARAN PENGEMBALIAN

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,

Cabang Pasar Minggu)

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(6)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian

Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu)

Nama : Virgitha Isanda Agustania NIM : H34050921

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR), Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Virgitha Isanda Agustania H34050921


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Haris Kaswara dan Ibunda Hj. Etna Solihati (alm). Penulis menunaikan wajib belajar sembilan tahun di SD Swata Pupuk Iskandar Muda (lulus tahun 1999) dan SMP Negeri 41 Ragunan (lulus tahun 2002). Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 28 Pasar Minggu dan lulus pada tahun 2005.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif pada Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA), Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi (MISETA), serta

International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local Committee IPB (IAAS-LC IPB).

Pada tahun 2007, penulis bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai juara 2 LKTM Bidang Pendidikan tingkat IPB. Pada tahun 2008, penulis kembali bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai penerima hibah DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat. Pada tahun 2009, penulis memperoleh beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik dari DIKTI yang disalurkan melalui Direktorat Kemahasiswaan IPB.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat

(KUR),

Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat

(KUR)

pada PT Bank BRI Unit Cimanggis. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik dari aspek teknis penulisan maupun substansi, karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan maupun kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam skripsi ini juga dapat dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan skripsi ini sebagai referensi, agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak terulang lagi.

Bogor, September 2009 Virgitha Isanda A


(10)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua dukungan, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis. Penghargaan dan ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada :

1. Orang tua, adik, dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan, untuk kasih sayang yang tidak pernah henti. Almarhum Mamih, Papih, Risha, Ninik, serta Uwa Ewin karya kecil ini dipersembahkan dengan sepenuh hati untuk kalian. 2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing dan juga figur ibu bagi

kami anak bimbingannya. Terima kasih atas bimbingan, arahan, masukan, koreksi, waktu, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.

3. Ibu Ir Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP,MM selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini pada ujian sidang penulis. 4. Bapak Hadi di Kantor Pusat BRI, Mas Maulana di Kantor Cabang Pasar Minggu,

Mas Indra dan Bapak Joko di BRI Unit Cimanggis, beserta rekan-rekan di BRI Unit Cimanggis yang telah banyak membantu sebelum hingga selama proses penelitian berlangsung.

5. Seluruh nasabah BRI Unit Cimanggis yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.

6. Staf pelayanan akademik (Mba Dian dan Bu Ida) yang telah membantu penulis menyelesaikan semua urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis lainnya.

7. Bapak Yusuf yang selalu sigap mempersiapkan segala keperluan seminar hingga keperluan sidang dengan baik.

8. Anisa Dwi Utami yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas seminar penulis.


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KELANCARAN PENGEMBALIAN

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,

Cabang Pasar Minggu)

SKRIPSI

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921


(12)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

RINGKASAN

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA. H34050921. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Lebih dari 80 persen usaha yang ada di Indonesia adalah usaha mikro. Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara (BPS 2007). Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan. Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui peningkatan permodalan berupa kredit.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit bagi usaha mikro maupun bagi usaha kecil, dan menengah dengan pola penjaminan diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha mikro. PT Bank Rakyat Indonesia merupakan bank penyalur yang paling banyak menyalurkan KUR. Meskipun KUR merupakan hasil dari kebijakan pemerintah, tidak membuat kegiatan penyaluran pinjaman ini lepas dari risiko kredit. Risiko kredit dalam kegiatan pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL), seperti yang terjadi pada BRI Unit Cimanggis yang nilainya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah debiturnya. Sehingga penelitian yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik debitur berdasarkan kelancaran pengembaliannya serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diharapkan akan bermanfaat untuk mengantisipasi risiko kredit tersebut sedini mungkin.

Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu pada bulan Maret hingga April 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang dengan jumlah sampel untuk masing-masing subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Pengolahan data di dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengolahan data yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis baik responden debitur lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka sebagian besar mengakses kredit dengan masa pengembalian 12


(14)

bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis,besarnya jumlah pinjaman, serta besarnya omzet usaha. Responden debitur menunggak sebagian besar ditemukan sedang dalam pinjaman lain, sementara pada responden debitur lancar sebaliknya. Jumlah pinjaman pada responden debitur lancarn sebagian besar sejumlah Rp 5.000.000, sementara pada responden debitur menunggak sebagian besar meminjam sejumlah Rp 3.000.000 dan Rp 5.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.

Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah omzet usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Omzet usaha memiliki pengaruh (p-value= 0,025) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,0628) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 1,06 mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 1,06 kali lebih besar.

Jumlah pinjaman memiliki pengaruh (p-value= 0,06) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,71) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 2,04 kali lebih besar.

Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki (p-value = 0,015) dan keterkaitan negatif (koefisien = -1,747) dengan kelancaran pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak lain akan berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit secara lancar.

Berdasarkan faktor yang berpengaruh nyata tersebut, pihak BRI Unit Cimanggis diharapkan lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan menerima pinjaman (KUR) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya mengenai ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses calon debitur, besarnya jumlah pinjaman, dan besar omzet usaha yang dimiliki calon debitur. Kondisi usaha calon debitur di masa yang akan datang harus diprediksi karena terdapat kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang dimana kondisi tersebut berpengaruh pada jumlah omzet di masa yang akan datang.

Selain menambahkan kriteria penilaian, BRI juga perlu membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet dengan memberikan masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity building di bidang pemasaran dan manajemen usaha nasabah. Bersaman dengan hal tersebut, bagi nasabah sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar omzet usaha berkembang.


(15)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KELANCARAN PENGEMBALIAN

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,

Cabang Pasar Minggu)

VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(16)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian

Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu)

Nama : Virgitha Isanda Agustania NIM : H34050921

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(17)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR), Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Virgitha Isanda Agustania H34050921


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Haris Kaswara dan Ibunda Hj. Etna Solihati (alm). Penulis menunaikan wajib belajar sembilan tahun di SD Swata Pupuk Iskandar Muda (lulus tahun 1999) dan SMP Negeri 41 Ragunan (lulus tahun 2002). Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 28 Pasar Minggu dan lulus pada tahun 2005.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif pada Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA), Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi (MISETA), serta

International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local Committee IPB (IAAS-LC IPB).

Pada tahun 2007, penulis bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai juara 2 LKTM Bidang Pendidikan tingkat IPB. Pada tahun 2008, penulis kembali bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai penerima hibah DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat. Pada tahun 2009, penulis memperoleh beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik dari DIKTI yang disalurkan melalui Direktorat Kemahasiswaan IPB.


(19)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat

(KUR),

Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat

(KUR)

pada PT Bank BRI Unit Cimanggis. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik dari aspek teknis penulisan maupun substansi, karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan maupun kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam skripsi ini juga dapat dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan skripsi ini sebagai referensi, agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak terulang lagi.

Bogor, September 2009 Virgitha Isanda A


(20)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua dukungan, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis. Penghargaan dan ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada :

1. Orang tua, adik, dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan, untuk kasih sayang yang tidak pernah henti. Almarhum Mamih, Papih, Risha, Ninik, serta Uwa Ewin karya kecil ini dipersembahkan dengan sepenuh hati untuk kalian. 2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing dan juga figur ibu bagi

kami anak bimbingannya. Terima kasih atas bimbingan, arahan, masukan, koreksi, waktu, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.

3. Ibu Ir Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP,MM selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini pada ujian sidang penulis. 4. Bapak Hadi di Kantor Pusat BRI, Mas Maulana di Kantor Cabang Pasar Minggu,

Mas Indra dan Bapak Joko di BRI Unit Cimanggis, beserta rekan-rekan di BRI Unit Cimanggis yang telah banyak membantu sebelum hingga selama proses penelitian berlangsung.

5. Seluruh nasabah BRI Unit Cimanggis yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.

6. Staf pelayanan akademik (Mba Dian dan Bu Ida) yang telah membantu penulis menyelesaikan semua urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis lainnya.

7. Bapak Yusuf yang selalu sigap mempersiapkan segala keperluan seminar hingga keperluan sidang dengan baik.

8. Anisa Dwi Utami yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas seminar penulis.


(21)

x

9. Dicky Satria yang senatiasa mengingatkan dan memberi semangat tanpa pernah bosan.

10.Dina Wening, Rika Kemala, Lizna Seftiana, Wiwi Heryawati, Retno Suandari, Gusri Ayu Farsa, M. Reza, Resha Adriansyah, Wiyanto, Alessandro Ginting, Marlinda Sari, dan rekan-rekan mahasiswa Agribisnis lainnya serta tidak lupa Gina Almirani, Intan Tanjung, Ika Novi, Diajeng Sagita yang selalu memberi dukungan dan semangat.

11.Teman-teman kecilku, Diah Ayu, Yulia Prihandini, Halina Amanda, Yusna Ayu, Nurani Agustina, Meilani Martini, Riesa Eka, Astatine Sunardi, dan Qisha Quarina, yang selalu mendukung, memberi warna, dan inspirasi dalam hidup.

12.Mba Anis, Ratna MS dan Novy, rekan-rekan satu bimbingan yang selalu saling mendukung.

13.Teman-teman Perwira 41, Intan, Adek, Rani, Lina, Mei, Rini, Tita, Amma, yang memberikan kehangatan dan kenyamanan seperti sebuah keluarga kedua.

14.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, September 2009 Virgitha Isanda Agustania


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9 2.1 Usaha Mikro ... 9 2.2 Pengertian,Fungsi,dan Tujuan Kredit ... 13 2.3 Lembaga Keuangan Bank ... 16 2.4 Lembaga Penjaminan ... 19 2.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 19 2.6 Pasar Kredit pada Usaha Mikro ... 20 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran

Pengembalian Kredit ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1 Permintaan dan Penawaran Kredit ... 24 3.1.2 Risiko Kredit ... 25 3.1.3 Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah ... 27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 34 4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 35 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36 4.4.1 Analisis Kualitatif ... 37 4.4.2 Analisis Kuantitatif ... 38 4.5 Definisi Operasional... 43

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44 5.1 Sejarah Singkat PT Bank BRI ... 44 5.1 Visi, Misi, Tujuan BRI dan Sasaran Jangka Panjang ... 45 5.2 Budaya Perusahaan ... 46 5.3 Organisasi dan Jaringan Kerja BRI ... 46 5.4 Bidang Usaha BRI ... 47 5.5 Macam-MacamKredit BRI ... 48 5.6 Gambaran Umum Kantor Cabang BRI Pasar Minggu ... 50 5.7 Gambaran Umum BRI Unit Cimanggis ... 51 5.8 Mekanisme Penyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis ... 54


(23)

VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT KELANCARAN PENGEMBALIAN KUR

PADA BRI UNIT CIMANGGIS ... 57 6.1 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Kelancaran

Pengembalian Kredit ... 57 6.1.1 Karakteristik Personal ... 57 6.1.2 Karakteristik Usaha ... 62 6.1.3 Karakteristik Kredit ... 64 6.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat

Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 66 6.2.1 Karakteristik Personal ... 67 6.2.2 Karakteristik Usaha ... 69 6.2.3 Karakteristik Kredit ... 70 6.3 Implikasi Manajerial ... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja

menurut Skala Usaha Tahun 2006 ... 2 2 Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Nasional

Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku ... 2 3 Pertumbuhan Kredit di Indonesia Tahun 2005 - 2008 ... 4 4 Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009 ... 5 5 Stastistika Deskriptif Responden ... 57 6 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58 7 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 59 8 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 60 9 Sebaran Responden Berdasarkan Pinjaman Lain ... 61 10 Sebaran Responden Berdasarkan Omzet Usaha ... 63 11 Sebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 64 12 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman ... 65 13 Sebaran Responden Berdasarkan Jangka Waktu

Pengembalian ... 66 14 Logistic Regression Table ... 67


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 – 2009 ... 6 2 Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah

BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 – 2009 ... 7 3 Produksi Total ... 24 4 Permintaan dan Penawaran Kredit ... 25 5 Kerangka Risiko Kredit ... 26 6 Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33 7 Transformasi Logit ... 39 8 Struktur Organisasi BRI Unit Cimanggis ... 52


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Pelaporan Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro

BRI Unit Cimanggis ... 80 2 Struktur Organisasi BRI Pusat ... 81 3 Struktur Organisasi Kantor Wilayah BRI ... 82 4 Struktur Organisasi Kantor Cabang BRI ... 83 5 Struktur Organisasi Kantor Cabang Pembantu BRI ... 84 6 Data Debitur Responden Berdasarkan

Variabel-Variabel Amatan ... 85 7 Output Analisis Regresi Logistik ... 86


(27)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro merupakan salah satu penggerak yang penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara dunia. Salah satu karakteristik negara dengan dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja usaha mikro mereka yang sangat efisien, produktif, dan memiliki daya saing global yang sangat tinggi. Usaha mikro di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor. Pada negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan usaha mikro juga sangat penting. Di India, sektor ini menyumbang sekitar 32 persen dari total nilai ekspor dan 40 persen dari nilai output dari sektor industri manufaktur di negara tersebut. Di beberapa negara di kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan sektor usaha mikro juga berperan penting dalam meningkatkan keluaran (output) agregat dan kesempatan kerja (Tambunan 2002).

Di Indonesia, lebih dari 80 persen unit usaha yang ada merupakan usaha mikro. Usaha mikro mendominasi dari total usaha yang ada di Indonesia sementara sektor usaha menengah dan besar hanya mengambil sebagian kecil dari jumlah unit usaha keseluruhan. Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja. Pada tahun 2006, tenaga kerja banyak diserap oleh usaha mikro (Tabel 1). Sektor usaha ini mampu memberi sumber kehidupan bagi masyarakat, bahkan di saat kondisi perekonomian negara sulit sekalipun. Hal ini dibuktikan pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, sektor usaha mikro terbukti telah membuat perekonomian nasional bertahan dan menjadi katup


(28)

2 pengaman bagi dampak krisis, seperti pengangguran dan pemutusan hubungan kerja 1.

Tabel 1. Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha Tahun 2006

Skala Usaha Jumlah Usaha (Unit) Persentase Jumlah Usaha (%) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Persentase Jumlah Tenaga Kerja

(%)

Usaha Besar 45.313 0,2 4.943.083 9,6

Usaha

Menengah 158.597 0,7 3.037.936 5,9

Usaha Kecil 3.579.761 15,8 11.276.408 21,9

Usaha Mikro 18.873.043 83,3 32.181.529 62,5

Total 22.656.714 100 51.438.956 100

Sumber: BPS (2007)

Selain itu, usaha mikro juga merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase PDB yang disumbangkan usaha mikro pada tahun 2007 sebagai bagian dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap nilai PDB nasional yakni sebesar 53,6 persen (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Nasional Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku

Keterangan 2005

(Miliar Rupiah)

2006 (Miliar Rupiah)

2007 (Miliar Rupiah)

UMKM 1.941,10 1.778,70 2.121,31

Nasional 3.164,10 3.338,20 3.957,66

Persentase UMKM 61,35 53,30 53,60

Sumber: BPS (2008)

Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Padahal berdasarkan rantai

1

Hurustyadi I. 2007. Analisis kelayakan investasi usaha mikro, kecil, dan menengah: studi kasus pada CV Bersaudara Jaya [abstrak]. http://www.jurnalskripsi.co.id. [2 Agustus 2009].


(29)

3 ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan. Apabila modal rendah, maka akan menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas baik input maupun tenaga kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan dan investasi yang rendah, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka keberadaan kredit bagi sektor usaha mikro sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka.

Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui bantuan permodalan berupa kredit. Perkembangan aliran modal kepada sektor usaha mikro ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan total kredit usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 yang menunjukkan tren kenaikan sebesar 12,3 persen. Bank Swasta Nasional tercatat sebagai pemberi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah terbesar dengan proporsi rata-rata sebesar 48 persen dari total keseluruhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 (Tabel 3).

Meskipun sejumlah kredit telah mengalir kepada usaha mikro, kecil, dan menengah, namun jumlah usaha yang telah memperoleh kredit dari perbankan hanya sekitar 39,06 persen. Sisanya belum tersentuh oleh perbankan dan mayoritas diantaranya merupakan usaha mikro yang berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat informal. Berdasarkan latar belakang tersebut, kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro yang diperuntukkan bagi usaha mikro yang sudah

feasible namun belum bankable dengan memberikan pola penjaminan digulirkan. Kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha mikro 2.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak disalurkan langsung oleh pemerintah, melainkan disalurkan oleh bank-bank yang telah ditunjuk pemerintah sebagai bank penyalur KUR. Enam bank yang ditunjuk pemerintah sebagai penyalur KUR adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Nasional Indonesia, Bank Tabungan Negara,

2

Osa, Stefanus. 2008. Apa kabar pemberdayaan UMKM. www.kompas.com. [28 April 2009].


(30)

4

Tabel 3. Pertumbuhan Kredit UMKM di Indonesia Tahun 2005 - 2008

Kelompok Bank

2005 2006

Growth (%) 2007 Growth (%) Januari 2008 Growth (%) Rata-Rata Nilai (Milyar Rupiah)

Share Nilai (Milyar Rupiah)

Share Nilai

(Milyar Rupiah) Share (%) Nilai (Milyar Rupiah) Share (%) Share

(%) Growth (%)

(%) (%)

Bank Persero

122.189 34.43 144.935 35.31 18.62 176.74 35.15 21.94 172.797 34.77 -2.23 34.92

12.78 Bank BPD 42.462 11.96 52.859 12.88 24.49 67.774 13.48 28.22 67.508 13.59 -0.39 12.98 17.44 Bank Swasta

Nasional

176.421 49.71 195.326 47.59 10.72 238.211 47.38 21.96 235.961 47.48 -0.94 48.04

10.58 Bank Asing

dan Campuran

13.836 3.9 17.322 4.22 25.2 20.073 3.99 15.88 20.658 4.16 2.91 4.07

14.66 Total Kredit

UMKM

354.908 100 410.442 100 15.65 502.798 100 22.5 496.924 100 -1.17 100

12.33 Jenis

Penggunaan

Modal Kerja 142.633 40.19 171.118 41.69 19.97 204.765 40.73 19.66 197.067 39.66 -3.76 40.57

11.96

Investasi 33.049 9.31 37.147 9.05 12.4 44.578 8.87 20 43.898 8.83 -1.53 9.02 10.29

Konsumsi 179.225 50.5 202.177 49.26 12.81 253.453 50.41 25.36 255.959 51.51 0.99 50.42 13.05 Sumber: Bank Indonesia, diolah (2008)


(31)

5 Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Di antara keenam bank tersebut, bank yang paling banyak menyalurkan KUR adalah BRI yang menyalurkan hingga 76,69 persen dari total dana KUR yang telah disalurkan (Tabel 4). Tingginya penyaluran KUR oleh BRI disebabkan telah luasnya jaringan kantor BRI Unit (4300 unit) yang dapat menjangkau hingga masyarakat di pedalaman3.

Tabel 4. Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009

Bank Kredit Debitur Rata-Rata Kredit

(Juta Rupiah) (Orang) (Juta Rupiah/Orang)

BRI 9.681.322 1.717.666 5,64

-BRI KUR 3.009.856 26.711 112,68

-BRI KUR Mikro 6.671.466 1.690.955 3,95

BNI 1.153.303 8.821 130,75

Mandiri 1.168.285 37.087 31,50

BTN 176.541 1.112 158,76

Bukopin 612.730 2.918 209,98

BSM 344.394 4.350 79,17

TOTAL 13.136.575 1.771.954 7,41

Sumber: Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia (2009)

Adapun fungsi PT Bank BRI sebagai lembaga intermediasi antar pihak yang memiliki dana berlebih dengan pihak yang kekurangan dana, menimbulkan adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan bank. Pentingnya pengelolaan risiko menjadi salah satu faktor keberhasilan PT Bank BRI dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong pengembangan sektor usaha mikro melalui penyaluran KUR.

1.2. Perumusan Masalah

Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro merupakan kredit bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola

3

[Asia Securities]. 2008. Bank Rakyat Indonesia: Kinerja yang Bersinar Ditopang Jaringan yang Kuat. www.asiasecurities.co.id. [28 April 2009].


(32)

6 penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Penjaminan diharapkan akan memberikan usaha mikro akses yang lebih luas kepada perbankan.

Adanya aspek kelayakan usaha sebagai salah satu persyaratan untuk dapat mengakses KUR diharapkan calon debitur akan memiliki kemampuan dalam penegmbalian kredit dengan teratur. Namun di dalam pengembalian kredit ini masih terdapat permasalahan yang timbul, yaitu keterlambatan pengembalian/pelunasan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro yang

feasible ternyata tidak menjamin kelancaran pengambalian kredit. Masih terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian selain aspek kelayakan usaha tersebut.

PT. Bank BRI merupakan salah satu bank pelaksana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan hingga kini telah menyalurkan paling berperan dalam penyaluran KUR terutama pada KUR Mikro. Adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL). Hingga Februari 2009, secara nasional rasio kredit bermasalah (NPL) KUR mencapai 2,63 persen dan tingkat NPL pada dua bank penyalur seperti Mandiri dan BNI masing-masing adalah sebesar 0,44 persen dan 1,96 persen. Adapun tingkat NPL KUR PT. Bank BRI sendiri adalah sebesar 2,58 persen (Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia 2009). Jika dibandingkan dengan tingkat NPL KUR pada dua bank penyalur tersebut, maka persentase NPL PT Bank BRI masih dapat ditekan dengan berupaya meningkatkan kinerja penyaluran KUR ini menuju arah yang lebih baik.

Gambar 1. Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009


(33)

7 BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antara unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang Pasar Minggu, BRI Unit Cimanggis memiliki peluang terhadap sektor usaha mikro. Sejak direalisasikannya penyaluran KUR oleh BRI, jumlah debitur yang mengakses KUR pada BRI Unit Cimanggis secara umum cenderung memperlihatkan adanya peningkatan (Gambar 1).

Namun seiring dengan peningkatan penyaluran KUR, peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) KUR juga terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Selain menunjukkan adanya penurunan kinerja, tingkat NPL tersebut juga menunjukkan kinerja penyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis masih berada di bawah tingkat NPL KUR pada BRI secara keseluruhan. Per Februari 2009, tingkat NPL KUR PT Bank BRI, adalah sebesar 2,58 persen sementara tingkat NPL KUR pada BRI Unit Cimanggis mencapai 4,7 persen.

Gambar 2. Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009

Sumber: Bank Rakyat Indonesia, 2009

Tingginya angka kredit bermasalah merupakan salah satu indikasi kurang berhasilnya suatu unit kerja BRI. Oleh karena itu, PT Bank BRI harus terus melakukan pengembangan salah satunya dengan terus mengembangkan pengelolaan risiko kredit, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong pengembangan usaha mikro. Dengan demikian faktor-faktor yang berpengaruh

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00%

AGT '08 SEPT '08 OKT '08 NOV '08 DES '08 JAN '09 FEB '09

N

PL

(%

)


(34)

8 terhadap tingkat kelancaran pengembalian oleh debitur perlu menjadi hal yang diperhatikan oleh PT Bank BRI agar angka kredit bermasalah dapat ditekan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis berdasarkan tingkat kelancaran pengembaliannya?

2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian.

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi manajemen PT Bank BRI terutama bagi BRI Unit Cimanggis sebagai masukan dan solusi untuk dapat mengetahui karakteristik debiturnya serta faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR oleh debiturnya sehingga bank dapat mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan kualitas kredit dan PT Bank BRI menjadi bank yang handal dalam menjalankan perannya.

2. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari untuk mengkaji berbagai fakta yang terjadi di lembaga perbankan.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR oleh debitur serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.


(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro

Usaha mikro merupakan suatu unit usaha yang banyak memiliki keterbatasan dibandingkan perusahaan besar. Keterbatasan ini tampak dalam hal

skala usaha sesuai dengan namanya yaitu usaha “mikro” yang sangat jelas

mencerminkan ruang lingkup usahanya yang cukup terbatas (Muhammah 2008) Pada umumnya usaha ini belum memiliki legalitas usaha yang sah sehingga sektor usaha ini sering disebut dengan sektor informal. Ciri dari sektor informal antara lain tidak mempunyai badan hukum, tidak tercatat dalam daftar resmi, menciptakan kegiatan sendiri, tidak mempunyai jenis organisasi formal, jenis dan tempat usaha tidak permanen, untuk melakukan kegiatan usaha tidak memerlukan keahlian dan keterampilan berdasarkan pendidikan formal dan lain sebagainya.

Batasan atau ruang lingkup usaha mikro sangat beragam bergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, usaha mikro didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat berskala mikro yang modal usahanya tidak lebih dari Rp 50.000.000,-. tidak termasuk tanah dan bangunan usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 300.000.000,- . Usaha tersebut merupakan milik warga Negara Indonesia yang berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar, dan berbentuk perseorangan badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Ciri lain yang juga sering digunakan berbagai instansi sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 20 tersebut adalah jumlah tenaga kerjanya maksimal lima orang dan sebagian besar menggunakan anggota keluarga/kerabat atau tetangga, pemiliknya bertindak secara alamiah dengan mengandalkan insting dan pengalaman sehari-hari.

Dalam menjalankan usahanya, usaha mikro ini belum disertai analisis kelayakan usaha dan rencana bisnis yang sistematis, melainkan hanya ditunjukkan oleh kerja keras pemilik yang sekaligus pemimpin usaha. Kegiatan usahanya menggunakan teknologi sederhana dengan sebagian besar bahan baku lokal,


(36)

10

dipengaruhi faktor budaya, jaringan usaha terbatas, tidak memiliki tempat permanen, usahanya mudah ditinggalkan, modal relatif kecil,serta menghadapi persaingan ketat karena hambatan masuk (entry barrier) usaha mereka sangat lonnggar.

Berbeda pula dengan Departemen Koperasi yang menetapkan batasan yaitu usaha mikro adalah usaha dengan total kekayaan maksimum sebesar Rp 100.000.000 usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan total Rp 200.000.000 dan usaha menengah adalah usaha dengan total kekayaan lebih besar dari Rp 200.000.000 hingga Rp 10.000.000.000 (Departemen Koperasi 2008)

Pihak perbankan umumnya memandang pelayanan terhadap sektor ini mendatangkan biaya transaksi tinggi dan penuh dengan risiko. Tingginya biaya disebabkan skala kredit yang dibutuhkan terlalu kecil untuk bank komersial, kemudian tidak mampu memberikan agunan, ditambah lagi dengan pendapatan yang menjadi jaminan juga rendah (Kusmuljono 2009). Hal ini sejalan dengan karakteristik usaha mikro secara umum yakni:

1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar

2) Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi 3) Modal terbatas

4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih terbatas

5) Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan biaya untuk mencapai efisiensi jangka panjang

6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi terbatas

7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah karena keterbatasan sistem administrasi.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro mengisyaratkan adanya kelemahan-kelemahan yang potensial menimbulkan masalah. Hal ini telah menyebabkan berbagai masalah internal, terutama berkaitan dengan pendanaan, walaupun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kemudahan dengan paket-paket kebijakan untuk mendorong sektor usaha kecil tersebut. Atas dasar potensi dan karateristik tersebut, maka pemberdayaan usaha kecil ini masih strategis dan sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional.


(37)

11

Di samping itu, usaha mikro menghadapi pula faktor-faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan daya saing dan kinerja usaha mikro, yaitu: 1) Lemahnya sistem pembiayaan dan kurangnya komitmen pemerintah bersama

lembaga legislatif terhadap dukungan permodalan usaha mikro, sehingga keberpihakan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan masih belum seperti yang diharapkan

2) Kurangnya kemampuan usaha mikro untuk meningkatkan akses pasar 3) Terbatasnya informasi sumber bahan baku dan panjang jaringan distribusi 4) Belum terciptanya “blue printplatform teknologi dan informasi, yang

meliputi masalah regulasi, pembiayaan, standarisasi, lisensi jenis teknologi tepat

5) Proses perizinan pendirian badan usaha, paten, merek, hak cipta, investasi, izin yang masih birokratis, biaya tinggi, dan waktu yang lama.

Namun demikian jika mendapatkan sokongan dari berbagai pihak yang saling terintegrasi sebenarnya sektor usaha mikro akan dapat berkembang lebih baik. Pertama, pemerintah memberikan regulasi dan supervisi yang tepat, dalam hal ini peran pemerintah. Kedua, tersedianya sumber permodalan dan pembiayaan yang mudah dijangkau dan sustainable, yang perannya diperankan oleh perbankan dan lembaga keuangan mikro. Dan ketiga, adanya pendampingan untuk capacity building yang diperankan oleh kalangan akademisi termasuk lembaga pemeringkat, konsultan manajemen, dan sebagainya (Kusmuljono 2009).

2.2. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Kredit

Kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya mempercayai. Adapun berbagai definisi kredit menurut beberapa pandangan adalah sebagai berikut:

1) Menurut UU Perbankan No. 14 Tahun 1967, kredit adalah penyediaan uang atas tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antar bank dan pihak lain dalam hal dimana pihak peminjam wajib melunasi utang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan.

2) Dalam ensiklopedia umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan


(38)

12

harapan akan mendapatkan keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam.

Seseorang akan dikenai beban bunga apabila ia menggunakan jasa kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan bentuk kegiatan yang bermotif saling mendapatkan keuntungan antara pihak kreditur dan debitur, dimana pihak kreditur akan mendapatkan keuntungan dari penagihan bunga periodik kepada debitur dan debitur mendapatkan keuntungan dari manfaat modal yang diperoleh dari kredit.

Selain saling menguntungkan, kredit juga memberikan konsekuensi penanggungan risiko bersama, baik oleh kreditur maupun debitur. Risiko yang mungkin ditanggung oleh kreditur adalah apabila jasa kredit yang diberikan mempunyai masalah dalam pengembaliannya. Sedangkan risiko yang mungkin ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu:

1) Kepercayaan, keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan,baik dalam bentuk uang, barang, ataupun jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2) Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan

kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam hal ini terkandung nilai waktu dari uang yang mencerminkan sejumlah uang dengan nominal tertentu nilainya akn lebih besar pada waktu sekarang dibandingkan dengan nilai pada waktu yang akan dating.

3) Degree of Risk, yaitu tingkat risiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan dating. Semakin lama jarak waktu tersebut maka tingkat risikonya semakin tinggi. Adanya risiko inilah yang menimbulkan perlunya jaminan pemberian kredit.


(39)

13

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan menurut Suyatno (1995) antara lain sebagai berikut:

1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang

Para pemilik uang/modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang membutuhkannya untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya. Selain itu para pemilik uang/modal juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Keuangan tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2) Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel. Sehingga apabila pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet, dan wesel maka peredaran uang giral akan dapat meningkat. Di samping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga lalu lintas uang akan berkembang pula.

3) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Dengan kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Di samping itu kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barang di satu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang.

4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakn diarahkan kepada usaha-usaha seperti pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan laju inflasi pada tahun 1966 yang lebih kurang sebesar 650 persen, pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit usaha yang selektif dan terarah untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat non-spekulatif. Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan


(40)

14

kualitatif dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar dapat diekspor. Kebijakan tersebut telah berhasil dengan baik.

5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut. Namun ada kalanya keinginan tersebut dibatasi oleh kemampuan permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan proyek-proyek baru memerlukan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan mendapatkan pendapatan. Dengan tertampungnya tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

Berdasarkan tujuan pengunaannya menurut Suyatno (1995), kredit dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Kredit Konsumtif

yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat konsumtif seperti kredit perumahan, kredit kendaran, serta kredit untuk pembelian makanan. Secara tidak langsung kredit konsumtif akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan dari barang atau jasa yang dibeli pelanggan.

2) Kredit Produktif

yaitu kredit yang digunakan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi.

3) Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual kembali


(41)

15 2.3. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan layanan keuangan termasuk di dalamnya pemberian jasa bantuan permodalan dan pembiayaan. Lembaga keuangan ini dibedakan menjadi lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.

Bank merupakan salah satu lembaga penyedia jasa keuangan. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Adapun pengertian Bank menurut Global Association of Risk Proffesional

(GARP) dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko adalah suatu lembaga yang telah memperoleh izin untuk melakukan kegiatan utama menerima deposito, memberikan pinjaman, menerima dan menerbitkan cek.

Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan depositori. Sebagai lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva dalam bentuk pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh bank inilah yang membedakan bank dari lembaga keuangan lain. Di samping kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak ketiga tersebut, bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama dengan lembaga keuangan lain.

Adapun jenis-jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan formalitas undang-undang, kepemilikan, penekanan kegiatan usaha, dan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha (Dendawijaya 2001)

Jenis bank berdasarkan formalitas undang-undang dilandaskan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan menjadi lima jenis yaitu bank milik Negara (BUMN), bank milik pemerintah daerah (BUMD), bank milik swasta nasional, bank milik swasta campuran (nasional dan asing), dan bank milik asing.


(42)

16

Penggolongan jenis bank berdasarkan penekanan kegiatan usahanya yaitu bank retail, bank korporasi, bank komersial, bank pedesaan, bank pembangunan, dan lain-lain. Sedangkan jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha dibedakan menjadi bank konvensional yang menetapkan bunga sebagai biaya modal dalam penyetoran simpanan serta penyaluran kredit dan bank berdasarkan prinsip syariah yang menerapkan konsep bagi hasil dalam penyetoran simpanan serta pemberian kredit.

Produk bank merupakan bentuk kegiatan jasa yang dihasilkan bank. Produk bank dipisahkan ke dalam dua sisi, yaitu sisi pasiva dan sisi aktiva. Produk-produk bank dari sisi pasiva meliputi:

1) Giro. Merupakan simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pebayaran, atau dengan pemindabukuan.

2) Tabungan. Adalah simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut ketentuan atau syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

3) Deposito. Merupakan simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan bank yang bersangkutan

Produk-produk bank dari sisi pasiva ini biasa dikenal dengan sebutan kredit pasif. Produk-produk bank dari sisi aktiva atau yang biasa disebut kredit aktif meliputi:

1) Kredit modal kerja. Pemberian kredit dari bank (kreditur) kepada nasabah (debitur) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur.

2) Kredit investasi. Kredit yang digunakan untuk membeli barang modal (investasi).

3) Kredit off shore. Fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur domestik dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan melalui cabang bank yang bersangkutan di luar negeri.


(43)

17 4) Kredit on shore. Fasilitas kredit yang diberikan oleh unit kredit dalam negeri

(kantor wilayah, cabang, atau divisi korporasi) yang diberikan kepada debitur dalam negeri dalam bentuk valuta asing.

5) Kredit cash collateral. Merupakan kredit khusus yang diberikan kepada pemegang deposito berjangka bank yang bersangkutan, bank pemerintah, atau bank asing/swasta nasional yang bonafid dan pemegang tabungan bank yang bersangkutan.

6) Kredit profesi. Kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membantu para profesional (dokter, akuntan publik, pengacara, konsultan, dan sebagainya) untuk mengembangkan profesinya.

7) Kredit konsumsi. Kredit yang diberikan oleh bankkepada debitur untuk keperluan membeli barang-barang konsumsi yang dibutuhkannya.

8) Kredit sindikasi. Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur (biasanya nasabah korporasi atau perusahaan) secara bersama-sama dengan bank lain berdasarkan kesepakatan bersama atas beberapa ketentuan, seperti porsivolume kredit dan agunan masing-masing bank, tingkat suku bunga, dan lain-lain.

9) Kredit-kredit program. Berbagai jenis kredit yang dibeerikan oleh bank dalam rangka memenuhi ketentuan untuk mengikuti suatu program pemerintah seperti kredit canda kulak, kredit usaha kecil (KUK), dan sebagainya.

Selain berbagai jenis produk yang dihasilkan bank di atas, bank juga memberikan berbagai pelayanan jasa yang mencakup jasa perbankan dalam negeri dan luar negeri seperti pemindahbukuan (transfer), surat keterangan bank, delegasi kredit, dan lain sebagainya.

2.4. Lembaga Penjaminan

PT Askrindo didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Bank Indonesia pada tahun 1971. Askrindo bergerak pada bidang asuransi kredit bank dan juga usaha-usaha lainnya, khusus di bidang penjaminan. Visi dari Askrindo adalah menjadi perusahaan asuransi nasional terpercaya dan kompetitif yang mengutamakan pelayanan prima dengan dukungan sumber daya dan lembaga keuangan yang kuat di dalam dan di luar negeri untuk pihak-pihak yang berkepentingan, dengan misi mendukung program pemerintah di bidang ekonomi


(44)

18

dalam menciptakan UMKM yang tangguh melalui kegiatan usaha asuransi dan/atau penjaminan.

Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 95 Tahun 2000 tanggal 7 November 2000. Perusahaan ini didirikan untuk meneruskan Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) dengan sasaran dan lingkup usaha diperluas. Perluasan sasaran dan lingkup usaha tersebut antara lain dengan memberikan pelayanan tidak hanya kepada koperasi melainkan juga kepada UMKM. Pelayanan yang diberikan Jamkrindo di antaranya berupa kegiatan penjaminan kredit bank atau bukan bank, penjaminan atas pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan pembiayaan pola bagi hasil,penjaminan atas pembelian barang secara angsuran, penjaminan atas transaksi kontrak jasa, pemberian pinjaman dengan pola bagi hasil, bantuan manajemen dan konsultasi, penerbitan surety bond, dan kegiatan lain yang menunjang tercapainya visi dan misi perusahaan.

2.5. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta. Di samping itu, terdapat pula KUR Mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta. Pinjaman ini diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang layak (feasible) namun belum bankable. Pinjaman tersebut sebagian dijamin dengan program penjaminan kredit oleh pemerintah melalui PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo).

Besarnya coverage penjaminan maksimal yang diberikan Askrindo dan Jamkrindo adalah sebesar 70 persen dari nilai kredit. Selebihnya harus disediakan oleh pihak debitur yang menjadi risiko bank penyalur karena dana yang disalurkan melalui KUR tersebut adalah sepenuhnya berasal dari bank penyalur. Bunga pinjaman dalam pengembalian kredit ini adalah sebesar 1,125 persen per bulan.


(45)

19 2.6. Pasar Kredit pada Usaha Mikro

Jika kredit diartikan sebagai barang ekonomi, maka permintaan terhadap kredit akan sangat dipengaruhi oleh harga kredit yang ditunjukkan dengan tingkat bunga kredit. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga maka jumlah permintaan kredit akan turun. Selain itu pendapatan dan bank pemberi kredit juga mempengaruhi permintaan terhadap kredit (Rachmina 1994).

Secara garis besar terdapat dua sumber kredit, yaitu sumber formal dan sumber non-formal. Maka dengan demikian terdapat dua pasar kredit bagi usaha pada sektor mikro ini, yaitu pasar kredit formal dan pasar kredit non-formal. Kedua pasar kredit tersebut mempunyai karakteristik dan struktur yang berbeda, sehingga dalam batas-batas tertentu kedua pasar tersebut bersifat independen. Demikian juga dengan tingkat bunga yang ditetapkan pada kedua pasar berbeda cukup besar, dimana tingkat bunga pasar kredit formal relatif lebih rendah dari pasar kredit non-formal (Rachmina 1994).

2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit telah diteliti pada berbagai penelitian terdahulu. Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha pedesaan (Kupedes) dalam sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan bank sertaomzet usaha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauhnya jarak rumah dengan bank serta semakin kecilnya omzet usaha yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Adapun model analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah model regresi logistik.

Adapun penelitian Handoyo (2009) yang mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah untuk UMKM agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor dengan menggunakan


(46)

20

model analisis regresi logistik mengemukakan bahwa omzet usaha, pengalaman usaha, serta frekuensi peminjaman memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pinjaman tersebut. Sementara itu faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti tingkat pendidikan, besarnya jumlah pinjaman, jangka waktu pengembalian, pola penagihan pinjaman serta penggunaan pinjaman ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.

Hermawan (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor dengan menggunakan model analisis logistik biner. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa karakteristik individu yang berpengaruh nyata dan negatif terhadap pengembalian Kupedes adalah jarak rumah debitur dengan BRI. Sedangkan berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa pengembalian kredit bermasalah paling banyak terjadi pada tingkat usia tertentu. Karakteristik usaha yang berpengaruh nyata dan positif terhadap pengembalian Kupedes adalah omzet, pengalaman kredit, dan jangka waktu pengembalian pinjaman. Berdasarnya analisis deskriptif disimpulkan bahwa pengembalian kredit, dan jangka waktu pengembalian bahwa pengembalian kredit bermasalah terjadi pada nasabah yang mempunyai nilai agunan di bawah nilai tertentu.

Muhammah (2008) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit oleh UMKM studi kasus nasabah Kupedes pada PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Cigudeg Cabang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet usaha serta frekuensi peminjaman kredit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan kantor unit lama usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.

Secara umum, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mewakili karakteristik


(1)

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis, baik responden debitur lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka sebagian besar mengakses dengan masa pengembalian 12 bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis, besarnya jumlah pinjaman serta besarnya omset usaha.

Responden debitur menunggak sebagian besar memiliki pinjaman lain, sementara pada responden debitur lancar sebaliknya. Responden debitur lancar sebagian besar memiliki kemampuan mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000, berbeda pada responden debitur menunggak yang memiliki kemampuan mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000 dan Rp 3.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.

Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR adalah omzet usaha, jumlah pinjaman, dan pinjaman lain. Omzet usaha memiliki pengaruh dan keterkaitan positif dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Begitu pula dengan besarnya jumlah pinjaman pengaruh dan positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin besar jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Hal ini disebabkan pemberian sejumlah pinjaman telah melalui analisis mendalam mengenai estimasi besar modal yang benar-benar dibutuhkan oleh calon debitur. Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki pengaruh dan keterkaitan negatif dengan tingkat pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil.

Faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata antara lain jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, lama usaha, serta jangka waktu


(2)

75 pengembalian. Faktor-faktor ini tidak memberi pengaruh nyata disebabkan adanya kesamaan karakteristik responden yang berada pada wilayah yang sama sehingga keadaan sosial ekonomi, kultur, serta nilai-nilai yang dianut besar kemungkinan menunjukkan kecenderungan serupa.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang memiliki pengaruh nyata. Ketiga faktor tersebut adalah pinjaman lain, besarnya jumlah pinjaman, dan omzet usaha debitur. Dengan demikian, ketiga hal tersebut perlu dipertimbangkan lebih dalam lagi dalam proses pemberian KUR kepada calon debitur untuk mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit.

Kriteria penelitian yang dilakukan pada analisa awal dapat ditambahkan sehubungan dengan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diperoleh calon debitur. Analisa mendalam mengenai besarnya jumlah kredit yang dapat disalurkan juga perlu lebih diperhatikan akibat pengaruhnya yang nyata. Besarnya jumlah kredit harus terus disesuaikan dengan kebutuhan modal dan kemampuan yang dimiliki oleh calon debitur. Selain menambahkan kriteria penilaian, BRI juga perlu membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet dengan memberikan masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity building di bidang pemasaran dan manajemen usaha nasabah. Bersaman dengan hal tersebut, bagi debitur sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar omzet usaha berkembang yakni antara lain dengan meningkatkan profesionalisme, membangun jaringan usaha sesama usaha mikro, melakukan kemitraan usaha, memanfaatkan jaringan informasi bisnis yang ada baik secara horizontal antara usaha mikro maupun secara vertikal dengan usaha besar bersamaan dengan upaya peningkatan keahlian untuk mencapai efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi serta perbaikan, penyempurnaan, dan peningkatan kualitas terus-menerus terhadap produk dan pelayanan.

Namun berdasarkan metode pemilihan sampel yang digunakan, hasil penelitian memiliki kemungkinan tidak merepresentasikan seluruh debitur KUR BRI Unit Cimanggis, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan metode pemilihan sampel secara acak. Selain itu penelitian dengan menggunakan alat analisis lain juga dianjurkan agar dapat melihat permasalah dari sudut pandang lain sehingga dapat ditemukan solusi terbaik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah T. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes): studi kasus PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Ciomas, Cabang Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BI] Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id. [2 Agustus 2009].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Perkembangan Indikator Makro Tahun 2006. Sensus Ekonomi. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht. 1991. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Sulistia, Yan M, Sofwan A, Suhardjito, penerjemah; Jakarta: IKIP Semarang Press.

Djianarto B. 2000. Banking Asset Liability Management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Faisal S. 2005. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi, edisi 1.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Firdaus M dan MA Farid. Seri Metode Kuantitatif : Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. 2008. Bogor : Penerbit Institut Pertanian Bogor, IPB-Press.

Firmansyah. 2000. Implementasi Model Grameen Bank di Kabupaten Magetan. Di dalam Thoha M, editor. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga Pengetahuan Indonesia. Hlm 103.

Gujarati. 1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hair, J, et al. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall

Handoyo M. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah untuk UMKM agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hermawan A.R. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha mikro dan menengah di Kabupaten Bogor: kasus BRI Unit Leuwiliang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kadir F. 1985. Faktor-faktor penghambat bagi perkebunan besar swasta nasional dalam hubungannya dengan kesempatan memeproleh kredit investasi [Laporan Penelitian]. Makasar: Universitas Hasanudin


(4)

77 Kusmuljono B.S. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha: Sebuah

Konsep Baru tentang Hybrid Microfinancing. Bogor: IPB Press.

Lind DA, Marchal WG, Wathen SA. 2007. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global Jilid 2. Edisi ke-13. Chriswan Sungkono, penerjemah; Shelvy DC, editor. Jakarta :Salemba Empat. Terjemahan dari : Statistical Techniques in Business and Economics with Global Data Sets, 13rd Edition.

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, dan Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Edisi ke-10. Jakarta : Binarupa Aksara.

Muhammah E. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM: studi kasus nasabah kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Nazir Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Rachmat B. 2005. Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha Kecil dan Mengengah, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rachmina D. 1994. Analisis permintaan kredit pada industri kecil: kasus Jawa Barat dan Jawa Timur. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Retnadi D. 2008. Kredit Usaha Rakyat (KUR), Harapan, dan Tantangan. Economic Review, No. 212, Juni 2008.

Sembiring I. 2002. Menumbuhkan Usaha dan Keusahawanan. Di dalam Barus SW, editor. Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menengah. Bekasi: Pustaka Sora Mido. Hlm 1-6.

Sevilla C, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, dan Uriarte GG. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Tuwu A, penerjemah; Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Suyatno T. 1995. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Tambunan T. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia; Beberapa Isu

Penting, Jakarta: Salemba Empat.

Thoha M, editor. 2000. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga Pengetahuan Indonesia.

Usman H dan Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyono A. 2000. Kekuatan dan Kelemahan Grameen Bank dan Kredit Usaha

Keluarga Sejahtera (KUKESRA) sebagai Model Pengentasan Kemiskinan. Di dalam Thoha M, editor. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model


(5)

78

Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga Pengetahuan Indonesia. Hlm 68.

Walpole R. 1995. PengantarStatistika. Edisi ke-3. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(6)

79 Sharma, 1998 dalam DL

Sutoyo, 2000 dalam Demak

Buku Mikro yang di rumah apa dah namanya??

Tampubolon R. 2004. Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo-Gramedia.

Untoro. 2004. Default Risk dan Penjaminan Kredit UKM, Jakarta: Bank Indonesia.

Mulyarto E.P. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuliang Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Marsaulina D. 2006. Analisis pengelolaan risiko kredit nasabah Kupedes dengan metode creditrisk + portofolio: studi kasus BRI Unit Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hakam S. 1984. Kredit Investasi Kecil Nelayan Tradisionil [Laporan Penelitian. Proyek], Malang: Universitas Brawijaya.

Rodjak A. 1984. Struktur permodalan petani kecil hubungannya dengan kemampuan pengembalian kredit produksi pertanian [laporan penelitian]. Jatinangor: Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Padjadjaran.

Haryogyo. 1982. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan modal bagi pengembangan usaha ekonomi lemah di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember [laporan penelitian]. Jember: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Jember.

Sukirno S. 1985. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia