BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Desa Baru
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, wilayah kecamatan Pancur Batu dahulu bernama Arnhenia masih banyak terdapat
tanaman tanaman milik colonial Belanda seperti tembakau, nenas dan bambu. Seiring dengan perjalanan waktu pada 1951 masyarakat yang bergabung dalam
Gerakan Tani Indonesia berhasil menguasai lahan tanaman kolonial Belanda dan mendirikan sebuah desa yang saat itu bernama Kampung Baru dengan dipimpin
oleh seorang kampong yang bernama Bapak Ahmad Kasan 1951-1965. Pecahnya G 30 SPKI pada tahun 1965 di Kampung Baru dipimpin oleh
seorang militer yang bernama Bapak Selamet sebagai pelaksana tugas 1965- 1967. Pada tanun 1968 setelah situasi kondusif, Kampung Baru diambil alih oleh
Bapak Karim Nasution 1968-1971. Pada tanun 1971 Kampung Baru terbagi menjadi 2 bagian yaitu Desa Ladang Bambu yang sekarang menjadi Kelurahan
Baru Ladang Bambu dan Kampung Baru menjadi Desa Baru dipimpin oleh Bapak GS Pelawi 1971-1994. Kemudian pada tahun 1994-2008 dipimpin oleh Bapak
Mbelgah Tarigan. Saat ini Desa Baru dipimpin oleh Bapak Darmanta Ketaren, SE. sumber: buku profil desa
Desa Baru terdiri dari 5 dusun, dusun 1 berada di Jl. Bakti, dusun 2a Jl. Karya, dusun 2b Jl. Pembangunan, dusun 3 terletak dari kantor Kepala Desa Baru
sampai dengan simpang kongsi, dusun 4 berada di simpang tuntungan sampai batas sungai Belawan.
Jumlah penduduk yang pra sejahtera adalah; Dusun I 60 KK, dusun IIa 57 KK, IIb 45 KK, Dusun III 105 KK, Dusun IV 30 KK. Total keseluruhan
penduduk yang pra sejahtera adalah 297 KK.
4.2 Letak dan Batas Wilayah
Batas wilayah Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Namo Bintang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lama dan Desa Namosimpur
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Namo Bintang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Jangak
4.3 Gambaran Umum Desa Baru
Kesehatan dan Sanitasi
Menyusuri jalan Desa Baru kita akan menemukan sebagian gunungan – gunungan sampah yang menyengat di sebagian rumah-rumah warga, aroma busuk
ini diperparah dengan aroma kotoran dari sekitar kandang babi yang menumpuk dan berbatasan dengan rumah. Apabila di musim hujan udara dipenuhi oleh aroma
yang tidak nyaman ini dan air limpasan permukaan tanah turut membawa kotoran babi ke halaman rumah. Bahkan Dusun III dan dusun IV jika terjadi hujan
setengah hari maka air banjir akan mencapai selutut orang dewasa hingga setinggi dada orang dewasa pada musim hujan. Anak-anak justru menyukai banjir dan
mereka berenang walaupun air bercampur kotoran dan sampah, bagi sebagian masyarakat yang tinggal di daerah lebih rendah tidak mempunyai pilihan lain jika
ingin keluar atau masuk harus melintasi air banjir tersebut. Sumber air yang di gunakan masyarakat yang tinggal disepanjang tepi
jalan protokol menggunakan air PAM sementara didaerah yang lebih dalam menggunakan sumur bor dan sumur galian. Masyarakat yang menggunakan air
sumur tidak terbiasa menggunakan saringan untuk mendapatkan air yang bersih, mereka biasa menggunakan langsung memasak dan menyuci. Walaupun rumah
sudah dilengkapi septic tank namun air dari kamar mandi dan cucian di buang ke halaman terbuka dengan saluran yang tidak mencukupi sehingga menyebabkan
genangan air di halaman.
Gatal-gatal dan ispa merupakan penyakit yang akrab bagi masyrakat desa baru dan yang paling sering menyerang anak anak. Hal ini terungkap dari diskusi
FGD Forum Group Disscussion bersama para ibu dan bidan Sri Ulina 38 thn, juga demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang paling di takuti di
daerah ini sejak tahun 2001.
Pendidikan
Fasilitas pendidikan di desa ini cukup lengkap mulai dari PAUD sampai SMA disertai akses transportasi angkot dan becak yang sangat mudah, begitu juga
akses internet yang terdapat di warnet sepanjang jalan utama. Anak-anak sekolah sering nongkrong di warnet dengan biaya Rp.3000 per jam. Menurut FGD
dengan orang tua, anak anak mencari bahan pelajaran sekolah di warnet namun sebagian orang tua mengkhawatirkan anak anak secara bersama sama juga
mengakses film porno di tempat yang sama. Akses yang mudah terhadap pendidikan ternyata tak berlaku bagi
masyarakat miskin tidak mampu membiayai anak untuk melanjut ke tingkat SMP apalagi SMA, khususnya di dusun 3 berdasar temuan FGD bersama orangtua.
Kenakalan anak seperti kecanduan ngelem menghirup zat adiktif, menghisap ganja yang dilakukan siswa SMP dan SMA, menonton film porno yang dilakukan
anak SD hingga SMA merupakan temuan FGD bersama orangtua siswa yang merasa cemas dan berharap agar ada perubahan positif melalui kegiatan ekstra
kurikuler seperti bermain bola, pramuka, PBB Peraturan Baris Berbaris hingga kegiatan keagaamaan bagi remaja.
Kekerasan terhadap anak, orang tua menceritakan bahwa beberapa guru juga melakukan kekerasan fisik terhadap anak berupa memukul betis anak anak
dengan menggunakan penggaris dan menarik rambut di depan telinga anak. Selain itu pemukulan ujung kuku dengan penggaris juga merupakan hal biasa dialami
siswa sebagai hukuman tidak mengerjakan tugas atau saat siswa tidak mampu menjawab pertanyaan pelajaran. Orang tua memiliki pendapat berbeda tentang
kekerasan ini. Sebagian setuju dan merasa anaknya pantas memperoleh perlakuan seperti ini karena merasa kewalahan akan kenakalan anak, namun beberapa
orangtua bahkan ingin mendatangi guru dan meminta penjelasan perlakuan seperti ini terhadap anak mereka.
Pandangan orang tua terhadap kenakalan remaja lebih bersifat memaklumi dengan alasan bahwa orang tua terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja
dari jam 7.30 hingga jam 18.00 sore bagi para ibu pemulung, pembantu rumah tangga. Bagi penjual sayur di pasar mereka sudah harus bergegas ke pasar sejak
pukul 4.30 pagi hingga pukul 14.00 siang dan selanjutnya pukul 15.30 sore sudah harus membeli sayur mayur untuk dijual dan pulang ke rumah pukul 17.30 sore.
Para bapak yang bekerja sebagai supir angkot justru hanya sempat bertemu anak saat makan malam, kemudian harus mengejar setoran hingga pukul 21.30 malam
kemudian menghibur diri dengan berkumpul di warung tuak.
Ekonomi
Beragam jenis pekerjaan terdapat di desa ini mulai dari pemulung, peternak, petani, pengrajin hingga buruh, Babby Sitter dan pembantu rumah
tangga serta supir angkot. Sebagian warga juga bekerja di pemerintahan sebagai pegawai dan polisi. Karena keragaman tersebut, sangat sulit membuat rata-rata
pendapatan bulanan penduduk. Ada satu koperasi Karya Baru yang beranggotakan 98 Keluarga dengan
syarat keanggotaan harus memiliki usaha kecil dan pinjaman dilakukan untuk produksi bukan konsumsi. Selain dari koperasi terdapat juga BPR Bank Sumut
dibawah pemerintahan propinsi dan juga jula-jula yang sangat populer dikalangan ibu. Namun pinjaman uang ke rentenir dengan suku bunga berbunga 20 per
bulan juga merupakan satu pilihan yang biasanya dilakukan penjual bakso dan warung yang memiliki putaran uang harian dan juga saat membutuhkan dana
relatif besar dalam waktu singkat seperti biaya pengobatan, pendidikan dan perayaan hari raya.
Warga juga menganggap ternak sebagai bentuk tabungan walaupun untungnya sangat tipis dan mereka mengeluhkan harga pakan yang cukup mahal
Rp.75.000karung untuk 2 hari bagi jumlah rata rata babi perkandang sebanyak 5 ekor. Itupun sudah diberi pakan hijauan tambahan dan juga konsentrat. Bagi
pekerja tidak tetap atau musiman seperti buruh bangunan, disaat tidak ada borongan mereka mencari nafkah dengan mengikuti lomba memancing yang
diselenggarakan setiap malam yang dibuka bagi 60 hingga 120 peserta. Tiap peserta membayar sebesar Rp. 100.000 untuk satu putaran yang dihitung 1 jam.
Pemenang lomba adalah peserta yang dapat memancing ikan lele terbesar seberat 15 kgekor dengan hadiah Rp.6.000.000,- dan dipotong Rp.1.000.000,- bagi
pemilik kolam.
4.4 Orbitasi