BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya masing–masing, baik kebutuhan
jasmani, rohani, dan sosial. Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera seperti yang diharapkan,
karena adanya permasalahan yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan. Masalah ini biasanya timbul karena adanya ketidakmampuan untuk menjalankan
fungsi-fungsi sosialnya seperti rintangan–rintangan maupun hambatan–hambatan dalam mewujudkan nilai–nilai, aspirasi, serta pemenuhan kebutuhan–
kebutuhannya Nurdin 2006:57. Seperti yang kita ketahui, sejak dilahirkan ke dunia ini anak dilahirkan
dalam keadaan tidak berdaya dan lemah. Didalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangan hidup anak ditopang oleh orang-orang dewasa yang ada disekitar
anak baik ayah, ibu, kakak, maupun saudara dekat yang lain. Topangan yang diberikan melalui pengasuhan, pendidikan, membesarkan dan mencukupi segala
kebutuhannya. Semua usaha-usaha dalam rangka membesarkan anak bukan berarti tanpa tujuan, melainkan ada sebuah harapan yang diberikan oleh orang-
orang yang dekat disekitar anak secara khusus orang tua. Bahkan bukan hanya orang tua yang mempunyai harapan tetapi juga masyarakat, bangsa dan negara.
Diharapkan dari anak adalah menjadi manusia yang berhasil pada masa yang akan datang, membawa perubahan lebih baik bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Anak sebagai generasi penerus menjadi pewaris cita-cita perjuangan
bangsa yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Masa depan bangsa akan sangat
tergantung pada kualitas anak-anak yang berusia 0-18 tahun. Untuk mewujudkan harapan tersebut anak-anak harus tumbuh menjadigenerasi yang berkualitas dan
sangat tergantung pada perlindungan dan pemenuhan atas hak-haknya Juwartini W, 2005, Profil Kehidupan Anak Jalanan.
Setiap anak yang lahir menjadi satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat
realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak-anak justru banyak yang ternistakan oleh hiruk pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan
kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik
pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak– anak yang tidak memperolah pendidikan yang maksimal http:www.ilo.org
diakses tanggal 14 Januari 2015 pukul 19.00 WIB. Salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa
Indonesia adalah masalah anak dalam kaitannya dengan pendidikan. Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO, terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati
peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Berdasarkan analisa dari badan
pendidikan dunia UNESCO, untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality,
kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah
menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang
nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif.
Pentingnya peran keluarga menjadi pranata sosial pertama dan utama yang memiliki peran paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai
kehidupan yang dibutuhkan oleh anak–anak yang tengah mencari makna pendidikan maupun kehidupannya. Meskipun diakui bahwa keluarga bukan satu-
satunya pranata yang menata kehidupan dan pendidikannya karena disamping keluarga masih banyak pranata sosial lainnya yang secara kontributif mempunyai
andil dalam pembentukan kepribadian. Dengan kata lain pranata keluarga adalah titik awal keberangkatan, sekaligus sebagai modal awal perjalanan hidup mereka
yang kemudian dilengkapi dengan rambu-rambu perjalanan yang digariskan pranata social lainnya di lingkungan pergaulan sehari-hari.
Dalam upaya pertumbuhan dan perkembangan pendidikan yang maksimal bagi anak, diperlukan perhatian yang serius dari pihak-pihak yang paling dekat
dengan anak. Tidak semua anak memiliki pertumbuhan yang baik, ada banyak faktor yang menyebabkan. Salah satunya orang tua yang terlalu keras dalam
mendidik, baik kekerasan verbal maupun kekerasan fisik. Hal ini merupakan suatu masalah karena dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami
hambatan. Masalah tersebut membutuhkan penanganan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat melalui LSM Lembaga Swadaya Mayarakat
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789164794Chapter20I.pdf diakses pada tanggal 9 Januari 2015 pukul 14:39 WIB.
Pengembangan pendidikan dapat dilihat dari program di salah satu daerah di Indonesia. Bandung terpilih menjadi gerakan percontohan Financial Literacy
Sports FITS Training of Trainer, yakni sebuah program pelatihan guru berupa pendidikan finansial dasar yang dikombinasikan dengan kegiatan olahraga sepak
bola dan basket bagi anak-anak berusia 11-14 tahun. Salah satu peserta, Asori, mengatakan, terdapat 25 guru olahraga dari 16 SD di Bandung terpilih sebagai
master trainer FITS dalam setahun. Pelatihan mencakup teori mengenai dasar matematika, keterampilan sepak bola dan bola basket, serta penggabungan
keduanya. “Dari 16 SD, sebanyak 15 SD merupakan sekolah negeri seperti Banjarsari, Soka, Merdeka, Babakan Surabaya, Kiaracondong, dan Mochamad
Toha. SD-SD tersebut yang selama ini menerima bantuan olahraga usia dini dari Pemprov Jabar. Sedangkan 1 SD lainnya adalah SD St Angela,” ujar Asori dalam
kick off FITS di SD St Angela Bandung, Rabu 17122014. Asori mengaku, anak-anak sangat antusias mengikuti metode pembelajaran ini. Hal ini juga
membuat daya serap anak terhadap pelajaran matematika lebih cepat dibanding biasanya. Anak-anak juga lebih senang dan sehat, karena berolahraga
mengeluarkan keringat Kompas, 2014. Pengembangan pendidikan pada anak juga memberikan respon tersendiri
kepada orang tua. Respon orang tua kepada program anak dapat dilihat pada LSM HUMUS dari Jakarta yang menangani anak jalanan. Respon para orang tua anak
jalanan cukup baik dan sangat mendukung keberadaan LSM HUMUS di Wilayah Pasar Proyek Bekasi Timur. Keberadaan LSM HUMUS sangat membantu anak-
anak jalanan maupun masyarakat sekitar. Para orang tua senang dengan keberadaan LSM HUMUS, karena memiliki manfaat untuk anak-anak jalanan
dalam hal pendidikan, sangat membantu agar anak-anak jalanan tidak buta huruf dan terhindar dari kebodohan serta selalu memotivasi anak-anak jalanan agar terus
bersemangat dalam berpendidikan, sedangkan untuk masyarkat sekitar para pengurus selalu aktif dalam kegiatan masyarakat.Keberadaan LSM HUMUS
dalam pemberdayaan anak-anak jalanan memiliki nilai positif bagi anak-anak jalanan ataupun masyarakat sekitar. Keberadaannya sangat membantu dalam
pendidikan yang berguna untuk mencerdaskan dan memotong mata rantai kebodohan terhadap anak-anak bangsa. Respon orang tua cukup baik untuk
mendukung keberadaan LSM HUMUS dalam menjalankan program-program pemberdayaan terhadap anak jalanan dalam hal pendidikan Andri Prakarsa, 2011,
Peran LSM HUMUS dalam Pemberdayaan Anak Jalanan. Kondisi masyarakat daerah pinggiran Sumatera Utara yang memiliki
banyak tantangan untuk pemenuhan kebutuhan akan pendidikan dan sebagai upaya memperbaiki kehidupan masyarakat dibidang pendidikan maka
pertengahan tahun 2011 Yayasan Fondasi Hidup Indonesia mencoba memulai upaya peningkatan pendidikan bagi masyarakat Sumatera Utara di dua kabupaten
yaitu Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Di Kabupaten Langkat Fondasi Hidup hadir di Desa Securai Selatan, Desa Teluk Meku dan Desa Jaring
Halus dan di Kabupaten Deli Serdang Fondasi Hidup hadir di Desa Baru, Desa Sumbul dan Desa Gunung Rintih.
Fokus program Fondasi Hidup adalah anak, dan menjadi tanggung jawab keluarga, lembaga agama, pemimpin masyarakat dan pihak-pihak lain yang
bertanggung jawab atas kebutuhan anak. Dengan tujuan memperkuat dan memperlengkapi mereka agar lebih mampu dan lebih peduli atas kebutuhan anak
demi peningkatan kesejahteraan anak. Hasil pre-assessment menemukan tingginya angka melek huruf dibeberapa komunitas, banyak anak-anak yg malas
bersekolah dengan alasan guru-guru mereka sering absen, beberapa anak yang disuruh orang tua untuk bekerja dimasa-masa panen serta tidak jarang anak
bekerja untuk membantu mencari nafkah keluarganya, selain itu juga banyak anak-anak yang tidak memiliki kegiatan positif setelah pulang sekolah.
Upaya awal dilakukan berupa penghimpunan data dari Yayasan Fondasi Hidup Indonesia dan yang mengejutkan bahwa di Kabupaten Deli Serdang,
Kecamatan Pancur Batu, Desa Baru anak-anak mengalami masalah pendidikan yaitu angka buta huruf yang menjadi masalah utama karena ditemukannya anak-
anak yang kelas III – VI SD yang masih belum bisa membaca dan menulis. Tahun 2013 ditemukan sekitar 40 anak yang belum mampu membaca dan menulis.
Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Tua, berdirinya program Kids Club sangat memberikan keuntungan tersendiri bagi anak-anak di
sana terutama dibidang pendidikan. Program Kids Club ini dapat meringankan beban orang tua dalam hal pendidikan untuk anak-anak, karena banyak para orang
tua tidak dapat menyekolahkan anaknya dengan alasan faktor biaya pendidikan yang cukup mahal. Diprogram Kids Club para orang tua sama sekali tidak
dipungut biaya apapun. Kegiatan yang dilakukan dalam program Kids Club di Desa Baru, FH
melakukan kegiatan belajar luar sekolah secara rutin satu kali dalam seminggu untuk anak-anak PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, TK Taman Kanak-
Kanak, SD Sekolah Dasar, SMP Sekolah Menengah Pertama dan SMA Sekolah Menengah Atas. Kegiatan belajar sekolah ini dilakukan dengan metode
yang kreatif dan menyenangkan. Materi pelajaran yang diajarkan kepada anak- anak adalah beberapa pelajaran sekolah diantaranya membaca dan berhitung,
sains, bahasa inggris,pelajaran moral, matematika, pelajaran kesehatan dasar memberikan pengetahuan dasar kepada anak-anak untuk menjaga kesehatan dan
materi livelihood untuk mendorong anak-anak untuk menabung dan mengolah sampah menjadi barang yang berguna recyling. FH juga membuka kelas baca,
kelas ini dibuka untuk anak-anak kelas III-VI SD yang belum mampu membaca dan menulis dengan baik. Kelas ini dibuka sejak tahun 2013 dengan
memperhatikan kebutuhan anak-anak yang belum bisa membaca. Kelas ini secara intensif belajar sebanyak 3 tiga kali dalam seminggu dengan target 6 bulan
semua anak-anak sudah mampu membaca dan menulis dengan baik. Selain kelompok belajar FH juga membentuk kelompok bermain anak yaitu kelompok
bola kaki soccer club, kelompok bermain anak ini dibentuk sebagai wadah anak bermain karena salah satu hak anak adalah hak bermain. Kelompok bermain ini
dibentuk sejak tahun 2012 melihat minat dan potensi anak yang cukup besar terhadap permainan sepak bola
.
Hal yang membuat saya tertarik dalam mengangkat judul ini ke dalam skripsi saya yaitu menurut informasi yang saya peroleh terdapat beberapa anak
yang rajin mengikuti kegiatan belajar, disisi lain informasi saya peroleh dari Community Staff Local FH terdapat juga beberapa anak yang jarang mengikuti
program Kids Club karena kurangnya kesadaran anak untuk belajar yang menyebabkan anak malas belajar di Desa Baru. Disamping itu sebagian anak tidak
menghadiri kegiatan belajar dalam program Kids Club dikarenakan membantu orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun ada
beberapa juga orang tua yang tetapi mendorong anak untuk mengikuti program Kids Club.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana Respon Orang Tua Anak Binaan Terhadap
Program Kids Club Oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Maka penulis menyusun
penelitian ini dalam suatu karya ilmiah dengan judul “Respon Orang Tua Anak Binaan Terhadap Program Kids Club Oleh Yayasan Fondasi Hidup
Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah