Latar Belakang Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)

budidaya untuk satu unit KJA telah optimal maka secara tidak langsung akan menurunkan banyaknya jumlah unit KJA pada Waduk Cirata.

1.2 Perumusan Masalah

Semakin banyaknya jumlah KJA di Waduk Cirata khususnya Desa Bobojong menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan waduk akibat endapan sisa pakan ikan yang menumpuk di dasar waduk. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas perikanan budidaya KJA itu sendiri. Karakteristik petani budidaya KJA di perairan Waduk Cirata Desa Bobojong adalah petani tradisional. Pola usahatani yang dilakukan bersifat sederhana karena hanya berdasarkan pengalaman atau lama usaha dan feelling sehingga dapat mempengaruhi penggunaan input-input produksi yang dilakukan. Input pokok produksi yang digunakan pada usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa bobojong adalah pakan dan benih. Tenaga kerja yang digunakan masih tergolong sedikit. Adanya sistem KJA ganda bertujuan untuk menghemat penggunaan pakan dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani budidaya karena dengan penggunaan input produksi yang sama akan menghasilkan dua komoditas produksi sekaligus secara bersamaan. Hal ini menjadi peluang petani untuk terus menambah jumlah unit KJA karena memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menghemat biaya produksi. Seiringan dengan hal tersebut terkesan bahwa sistem KJA ganda ini kurang tepat sasaran dengan tujuan yang secara tidak langsung untuk menjaga kelestarian waduk jika petani terus menambah jumlah unit KJA. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu terhadap satu luasan unit KJA agar usahatani tersebut efisien. Berdasarkan penjelasan tersebut permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong? 3. Bagaimana efisiensi produksi dan pendapatan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui tingkat pendapatan dan efisiensi produksi budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda yang dilakukan petani budidaya di Desa Bobojong untuk satu unit KJA dalam satu tahun. Tujuan khusus berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong; 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong; 3. Menganalisis efisiensi produksi dan pendapatan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada perairan Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Stakeholder terkait yaitu DPPK Kabupaten Cianjur, BPWC dan BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Populasi penelitian adalah RTP budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Responden penelitian adalah kepala RTP pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Aspek yang dikaji adalah mencakup ketiga tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan terhadap satu unit KJA dalam satu tahun. Penelitian ini tidak membahas kelembagaan dan jalur pemasaran hasil produksi ikan pada budidaya KJA. Penelitian ini tidak membahas pengaruh faktor lingkungan atau teknis terhadap pendapatan. Penelitian ini fokus pada budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Analisis pendapatan dan produksi dilakukan secara ekonomi. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Budidaya Perikanan pada Waduk

Potensi lahan kolam yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan tercatat seluas 375 800 ha. Jenis-jenis komoditas ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan mas, gurame, patin, arwana, nila, mola, tawes, sepat siam. Intensitas pembudidayaan ikan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan cara mula-mula meningkatkan padat penebaran dan ditingkatkan sebanding dengan input kuantitas dan kualitas hara diikuti oleh perbaikan kondisi lingkungan guna mengimbangi masalah-masalah yang timbul. Perkembangan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat ditentukan oleh mutu pakan yang tersedia, jumlah pakan, frekuensi pemberian pakan, temperatur, stabilitas mutu air dan minimum harian serta rata-tata keefektifan sistem pembuangan limbah. Berat rata-rata dan berat total dari setiap spesies yang dibudidayakan untuk jangka waktu tertentu tergantung pada komposisi gizi dari pakan, perubahan lingkungan, reproduksi, represipenahanan, predasikebuasan, hama dan penyakit, mortalitas, komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan Fachturi 2002.

2.2 Pedoman Teknis Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan budidaya adalah pakan. Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan secara intensif seperti dalam sistem KJA. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan Mokoginta 2005. Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknik KJA lebih efisien dari segi biaya daripada teknik tambak di kawasan teluk atau perairan tertutup yang sifatnya permanen dan rentan terhadap konflik kepemilikan lahan atau tanah. Selain bertujuan untuk mengurangi sisa pakan, KJA ganda dapat menghasilkan tambahan produksi ikan nila yang dipelihara pada jaring lapis luar sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. KJA dapat dibuat ukuran besar yaitu sekitar 98 m 3 unit dan ukuran kecil yaitu 1-10 m 3 unit berbentuk persegi panjang. KJA dengan ukuran mini atau lebih kecil akan meningkatkan produksi ikan atau hasil panen. Ikan tidak banyak bergerak pada ruang yang sempit sehingga dapat menghemat energi yang diperoleh dari pakan. Energi yang ada pada ikan akan dimanfaatkan secara optimal untuk metabolisme tubuh sehingga ikan dapat lebih cepat besar. Cahyono 2001. Budidaya KJA yang banyak dilakukan adalah budidaya pembesaran ikan mas dan nila. Ikan nila dengan ukuran kecil atau masih anakan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan nila yang lebih dewasa. Keadaan air dan lingkungan harus diperhatikan dalam budidaya KJA karena akan memperngaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Kualitas air yang tidak baik akibat endapan lumpur dari hasil sisa pakan yang menumpuk menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Budidaya KJA dengan pemeliharaan sistem ekstensif atau tradisional tidak perlu diberi pakan tambahan. Selain itu, pada sistem ini petani menebar benih ikan dalam jumlah sedikit atau padat tebar yang rendah Rochdianto 2003. Penggunaan jaring apung ganda sebenarnya lebih diperuntukkan pada ikan mas. Hal ini karena ikan mas yang dipelihara pada satu lapis jaring dengan ukuran 98 m 2 dengan padat tebar 100 ekorm 3 dan menghasilkan produksi 20-25 kgm 2 serta konversi pakan 2-3 dari bobot tubuh ikan per hari ternyata terbukti bahwa sebanyak 30-40 pakan ikan yang diberikan terbuang. Oleh karena itu, dengan adanya sistem KJA ganda dengan memelihara ikan mas pada jaring lapis atas dan ikan nila pada jaring lapis bawah diharapkan ikan nila dapat memakan sisa taburan pakan yang terbuang pada lapis atas. Hal ini dapat meningkatkan produksi ikan di KJA Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Terdapat beberapa tahapan atau pedoman teknis budidaya KJA ganda khususnya pada pembesaran ikan mas dan nila, tahapan tersebut antara lain:

1. Penebaran Benih

Padat penebaran benih ikan dalam suatu budidaya dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain; ukuran ikan yang ditebar, jenis ikannya, dan sistem budidaya yang akan diterapkan. Hingga saat ini belum ada ketentuan pasti ukuran kepadatan ideal untuk setiap jenis ikan yang dibudidayakan dalam kantong jaring terapung. Para pakar perikanan telah mencoba menawarkan rumus untuk menentukan besarnya padat penebaran tersebut, sebagai berikut: PPI = X BRT Keterangan: PPI = Padat Penebaran ikan kgm 3 BTP = Berat Total Panen kgm 3 BRP = Berat Rata-Rata Produksi Akhir kgekor BRT = Berat Rata-Rata Penebaran kgekor Misalkan kita menginginkan ikan yang akan kita panen kelak memiliki berat rata-rata 0.5 kgekor, berat total saat panen 25 kgm 3 , dan ikan yang akan kita tebarkan memiliki berat rata-rata 0.1 kgekor. Wadah budidaya yang digunakan berukuran 4m x 4m dan ketinggiannya 1.5 m, maka volume air dalam wadah ini berjumlah 24 m 3 . Berdasarkan angka padat penebaran yang diperoleh, jumlah ikan yang harus ditebarkan ke dalam wadah budidaya berukuran seperti di atas adalah 24 x 5 kg = 120 kg ikan. Cara yang biasanya diandalkan para petani untuk menentukan padat penebaran ikan yang ideal umumnya adalah pengalaman lapangan. Beberapa kali periode usaha yang mereka tekuni, akhirnya dapat diperoleh angka penebaran yang ideal sesuai dengan kondisi perairan setempat dan jenis ikan yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian terdahulu di beberapa lokasi, padat penebaran ikan yang biasa digunakan para petani berkisar antara 5-10 kgm 3 dengan ukuran awal ikan 50-100 gramekor. Ukuran ikan yang akan ditebar dengan ukuran mata jaring yang akan dijadikan wadah budidaya harus disesuaikan telebih dahulu agar ikan yang ditebarkan tidak keluar dari wadah. Penebaran ikan dengan ukuran 50-100 gramekor dengan ukuran mata jaring 2 inci dapat diandalkan mencegah lolosnya ikan dari wadah. Penebaran ikan dengan ukuran kurang dari 50 gramekor harus menggunakan mata jaring yang berukuran lebih kecil. Ukuran benih ikan pada penebaran awal biasanya memiliki ukuran yang seragam. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Hal ini dilakukan untuk menghindari ikan dari stress. Sebelum ikan ditebar, perlu dilakukan aklimitasi penyesuaian kondisi lingkungan sekitar 5-10 menit. Caranya ialah ikan dalam kantong plastik wadah pengangkutan dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 2-4 menit, kemudian secara bertahap air pada waduk sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah pengangkutan. Setelah suhu air di wadah pengangkut telah sesuai, maka ikan-ikan yang ada di wadah pengangkutan biasanya akan keluar dengan sendirinya ke waduk atau perairan.

2. Pemberian Pakan

Pakan ikan yang diberikan harus bergizi agar ikan cepat tumbuh besar selama pemeliharaan. Kandungan protein pada pakan ikan yang baik adalah di atas 20. Pelet merupakan salah satu jenis pakan buatan ikan yang memiliki gizi tinggi. Ukuran pemberian pakan pelet pada bulan pertama pemeliharaan sebanyak 4 dari berat total ikan yang dipelihara dalam kantong jaring terapung. Bulan kedua, jumlah pelet dikurangi menjadi 3.5. Bila budidaya ini dilakukan lebih dari dua bulan, maka jumlah pelet yang diberikan setiap hari adalah 3 dari berat total ikan pada bulan ketiga dan keempat. Kemudian pada bulan kelima pelet diberikan sebanyak 2.5. Bulan-bulan berikutnya, pelet cukup diberikan sebanyak 2 agar kehilangan bobot ikan dapat dicegah, namun hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi pada perairan atau waduk. Setiap 7-10 hari sekali diadakan sampling populasi ikan pada kolam. Hal ini dilakukan agar jumlah pakan yang diberikan dapat ditentukan. Misalnya jumlah populasi setiap kantong jaring sekitar 1 200 ekor. Sampling ikan yang dapat diambil dari kantong tersebut cukup sekitar 120 ekor saja. Ikan ini kemudian ditimbang satu per satu. Misalkan berat rata-rata 0.2 kgekor, berarti berat populasi ikan yang ada dalam kantong tersebut dapat dihitung. Caranya adalah berat rata-rata setiap ekor tersebut 0.2 kg dikalikan dengan jumlah populasi ikan dalam kantong 1 200 ekor. Jadi jumlah ikan dalam kantong seberat 240 kg. Bila akan diberi pelet setiap hari sebanyak 3, maka harus disediakan pelet sejumlah 3 x 240 kg, yaitu 7.2 kghari. Setiap hari, ikan yang dipelihara diberi pelet sebanyak tiga kali yaitu; pagi, siang, dan sore hari. Bila jumlah pakan yang diberikan setiap hari sejumlah 3, maka porsi pemberian ikan itu dibagi tiga untuk pemberian pakan pada pagi, siang, dan sore hari. Masing-masing porsinya 1. Pemberian pakan ini

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Ikan Keramba Berdasarkan Skala Usaha (Studi Kasus: Desa Sibagandmg, Kecamatan Insang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun)

0 29 99

Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba

6 46 116

Strategi Pemasaran Ikan Nila Hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) (Studi Kasus : Desa Tongging Dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

28 234 101

Sistem Usaha Tani Mina Padi Ikan Mas Studi Kasus Di Desa Totap Majawa Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

0 43 109

Analisis efisiensi usaha budidaya ikan mas (syprinus carpio) dalam keramba jaring apung di Waduk Cirata, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

0 14 96

Prospek usaha budidaya ikan nila gift sistem color pada keramba jaring apung di waduk Cirata Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

0 6 138

Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus :Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

0 43 232

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI IKAN MAS : Studi Pada Budidaya Ikan Mas Kolam Jaring Apung di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur.

3 14 35

ANALISIS PRODUKTIVITAS PERIKANAN BUDIDAYA KARAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA (STUDI KASUS DI KECAMATAN MANDE KABUPATEN CIANJUR).

0 0 1

ANALISIS PENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KERAMBA JARING APUNG DENGAN DIVERSIFIKASI SPESIES IKAN BUDIDAYA DI WADUK CIRATA

0 0 9