Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus :Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

(1)

ANALISIS USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN IKAN MAS

(Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

SKRIPSI

DESI PERMATASARI H34076043

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

DESI PERMATASARI.Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan YUSALINA).

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan memiliki potensi yang sangat besar. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil produk perikanan yang cukup besar. Salah satu waduk yang dijadikan tempat budidaya ikan mas dengan menggunakan keramba jaring apung adalah waduk Cirata Kabupaten Cianjur.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pembudidaya dalam membudidayakan ikan mas di Cirata dan menganalisis pendapatan yang dimiliki oleh pembudidaya ikan mas di Cirata. Penelitian ini dilakukan kepada pembudidaya ikan mas di sentra produksi ikan Cirata, Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Febuari hingga bulan Mei 2010. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknikconvinience sampling dimana penelitian ini dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan mas yang berada di daerah penelitian dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden yang diambil sebanyak 50 responden pembudidaya ikan mas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Minitab Release 14 dan program Microsoft Excel.

Faktor produksi (variabel independen) yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah kolam, benih, Pakan, Obat-obatan , lama produksi dan tenaga kerja. Variabel dependennya adalah produksi ikan mas . Berdasarkan hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) didapar sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien korelasi (R2 adj) sebesar 69,9 persen. Nilai R2 tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih, pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sekitar 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

Berdasarkan pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang lain berpengaruh tidak nyata pada produksi ikan mas. Berdasarkan hasil pemeriksaan asumsi Ordinary Least Square pada model tidak terdapat multikolinearitas. Nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi memiliki tanda positif dan besarnya kurang dari satu. Angka ini menunjukkan bahwa usahatani pembesaran ikan mas berada pada Daerah Produksi II (Rational RegionatauRational Stage of Production).


(3)

Pendapatan usahatani pembesaran ikan mas diperoleh dari hasil selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Ikan mas dapat dipanen pada saat berumur antara tiga bulan sampai empat bulan. Satu kolam ikan mas rata-rata dapat menghasilkan produksi 378 kilogram dengan harga rata-rata di tingkat pembudidaya sebesar Rp 13.000 – Rp 14.000 per kilogram, sehingga rata-rata penerimaan pembudidaya sebesar Rp 5.196.530 untuk satu kolam. Adapun biaya tunai yang dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp 4.380.460 dan biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah sebesar Rp 5.148.760 untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam. Data menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1,186 dan R/C untuk biaya total sebesar 1,009. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang di keluarkan oleh pembudidaya menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,186 per kolam dan untuk Rp 1 biaya total yang dikeluarkan pembudidaya memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,009 per kolam. Dengan demikian, usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat memberikan keuntungan bagi pembudidaya walaupun pendapatan yang diperoleh per kolam terbilang kecil.


(4)

ANALISIS USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN IKAN MAS

(Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

DESI PERMATASARI H34076043

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Skrips : Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus :Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

Nama : Desi Permatasari NIM : H34076043

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2010

Desi Permatasari H34076043


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Desember 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ridwan Nurjaman dan Ibu Elliyah Sirait. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Pasirhalang 1 Kabupaten Sukabumi pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama di SLTP N 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMA N 3 Sukabumi.

Pada tahun 2004 Penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular. Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2007 penulis melanjutkan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Departemen Agribnisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk lulus dari Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Seperti diketahui bahwa pendapatan petani di Indonesia pada umumnya terbilang rendah. Oleh sebab itu skripsi ini bertujuan menganalisis pendapatan usahatani pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembesaran ikan mas di Waduk Cirata.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak lain yang berkepentingan.

Bogor, November 2010


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. Dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis atas semua bantuannya terhadap penulis.

4. Orang tua dan keluarga tercinta atas semua dukungan kasih sayang baik materi maupun nonmateri terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh petani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata yang menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

6. Teman-teman seperjuangan di ekstensi Agribisnis yang telah banyak membantu penulis, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama penelitian hingga penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Oktober 2010 Desi Permatasari


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Deskripsi Ikan Mas ... 9

2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata ... 13

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA TEORITIS ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Konsep Usahatani... 18

3.1.2 Penerimaan Usahatani ... 19

3.1.3 Biaya Usahatani... 19

3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani ... 20

3.1.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ... 22

3.1.6 Teori Produksi ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sample) ... 30

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 30

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi ... 31

4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 35

4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ... 35

4.6 Definisi Operasioal ... 36

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 38

5.1 Karakteristik Wilayah ... 38

5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian... 38

5.3 Karakteristik Petani Responden... 40

5.3.1 Umur Petani Responden ... 40

5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden... 41

5.3.3 Pengalaman Petani ... 42


(11)

5.3.5 Sifat Usahatani... 44

5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 45

5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata ... 45

VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ... 49

6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi... 49

6.1.1 Sarana Produksi Benih ... 50

6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan ... 51

6.1.3 Sarana Produksi Pakan ... 51

6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja ... 52

6.1.5 Alat-Alat Pertanian ... 54

6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas... 54

6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 55

6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 57

6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 58

VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ... 60

7.1 Analisis Fungsi Produksi... 60

7.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Usaha Pembesaran Ikan Mas . 61 7.2.1 Banyak Jaring Apung (X1)... 61

7.2.2 Benih (X2) ... 62

7.2.3 Pakan (X3) ... 63

7.2.4 Obat-obatan ... 63

7.2.5 Lama Produksi ... 64

7.2.6 Tenaga Kerja ... 65

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

8.1 Kesimpulan ... 66

8.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 70

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8


(12)

2.4 Deskripsi Ikan Mas ... 9

2.5 Potensi Pengembangan Waduk Cirata ... 13

2.6 Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA TEORITIS ... 18

3.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.3.1 Konsep Usahatani... 18

3.3.2 Penerimaan Usahatani ... 19

3.3.3 Biaya Usahatani... 19

3.3.4 Konsep Pendapatan Usahatani ... 20

3.3.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ... 22

3.3.6 Teori Produksi ... 22

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sample) ... 30

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 30

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi ... 31

4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 35

4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ... 35

4.6 Definisi Operasioal ... 36

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 38

5.1 Karakteristik Wilayah ... 38

5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian... 38

5.3 Karakteristik Petani Responden... 40

5.3.1 Umur Petani Responden ... 40

5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden... 41

5.3.3 Pengalaman Petani ... 42

5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan... 43

5.3.5 Sifat Usahatani... 44

5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 45

5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata ... 45

VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ... 49

6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi... 49

6.1.1 Sarana Produksi Benih ... 50

6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan ... 51

6.1.3 Sarana Produksi Pakan ... 51

6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja ... 52

6.1.5 Alat-Alat Pertanian ... 54

6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas... 54

6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 55

6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 57

6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 58

VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ... 60


(13)

7.1 Analisis Fungsi Produksi... 60

7.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Usaha Pembesaran Ikan Mas . 61 7.2.1 Banyak Jaring Apung (X1)... 61

7.2.2 Benih (X2) ... 62

7.2.3 Pakan (X3) ... 63

7.2.4 Obat-obatan ... 63

7.2.5 Lama Produksi ... 64

7.2.6 Tenaga Kerja ... 65

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

8.1 Kesimpulan ... 66

8.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa

Barat Tahun 2008 ... 1 2. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan

Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 ... 2 3. Daftar Harga Ikan Air Tawar dan Air Laut di Provinsi Jawa Barat

Pada Bulan Juli Tahun 2009 ... 3 4. Kandungan Gizi Ikan Mas, Kakap dan Kembung ... 3 5. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia di Desa Bobojong

Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 39 6. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bobojong Kecamatan

Mande, Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 39 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 40 8. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Umur di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten

Cianjur Tahun 2010 ... 41 9. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande

Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 42 10. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Pengalaman Berusahatani di Desa Bobojong Kecamatan Mande

Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 42 11. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Jumlah Kolam di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten

Cianjur Tahun 2010 ... 43 12. Sifat Usahatani Petani Ikan di Desa Bobojong Kecamatan

Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 44 13. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bobojong Kecamatan

Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 ... 45 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli 2009 sampai Juli Tahun 2010

di Waduk Cirata... 48 15. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Pembesaran

Ikan Mas di Waduk Cirata per Tahun ... 54 16. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk


(15)

17. Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk

Cirata per Kolan untuk Satu Musim Tanam... 58 18. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Isokuan ... 25 2. Kurva Fungsi Produksi ... 27 3. Kerangka Operasional ... 29


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Faktor Produksi Budidaya Ikan Mas ... 71

2. Data Karakteristik Responden ... 73

3. Hasil Uji Cobb-Douglas... 75


(18)

RINGKASAN

DESI PERMATASARI.Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan YUSALINA).

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan memiliki potensi yang sangat besar. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil produk perikanan yang cukup besar. Salah satu waduk yang dijadikan tempat budidaya ikan mas dengan menggunakan keramba jaring apung adalah waduk Cirata Kabupaten Cianjur.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pembudidaya dalam membudidayakan ikan mas di Cirata dan menganalisis pendapatan yang dimiliki oleh pembudidaya ikan mas di Cirata. Penelitian ini dilakukan kepada pembudidaya ikan mas di sentra produksi ikan Cirata, Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Febuari hingga bulan Mei 2010. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknikconvinience sampling dimana penelitian ini dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan mas yang berada di daerah penelitian dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden yang diambil sebanyak 50 responden pembudidaya ikan mas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Minitab Release 14 dan program Microsoft Excel.

Faktor produksi (variabel independen) yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah kolam, benih, Pakan, Obat-obatan , lama produksi dan tenaga kerja. Variabel dependennya adalah produksi ikan mas . Berdasarkan hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) didapar sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien korelasi (R2 adj) sebesar 69,9 persen. Nilai R2 tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih, pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sekitar 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

Berdasarkan pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang lain berpengaruh tidak nyata pada produksi ikan mas. Berdasarkan hasil pemeriksaan asumsi Ordinary Least Square pada model tidak terdapat multikolinearitas. Nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi memiliki tanda positif dan besarnya kurang dari satu. Angka ini menunjukkan bahwa usahatani pembesaran ikan mas berada pada Daerah Produksi II (Rational RegionatauRational Stage of Production).


(19)

Pendapatan usahatani pembesaran ikan mas diperoleh dari hasil selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Ikan mas dapat dipanen pada saat berumur antara tiga bulan sampai empat bulan. Satu kolam ikan mas rata-rata dapat menghasilkan produksi 378 kilogram dengan harga rata-rata di tingkat pembudidaya sebesar Rp 13.000 – Rp 14.000 per kilogram, sehingga rata-rata penerimaan pembudidaya sebesar Rp 5.196.530 untuk satu kolam. Adapun biaya tunai yang dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp 4.380.460 dan biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah sebesar Rp 5.148.760 untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam. Data menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1,186 dan R/C untuk biaya total sebesar 1,009. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang di keluarkan oleh pembudidaya menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,186 per kolam dan untuk Rp 1 biaya total yang dikeluarkan pembudidaya memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,009 per kolam. Dengan demikian, usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat memberikan keuntungan bagi pembudidaya walaupun pendapatan yang diperoleh per kolam terbilang kecil.


(20)

ANALISIS USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN IKAN MAS

(Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

DESI PERMATASARI H34076043

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(21)

Judul Skripsi : Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus :Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur)

Nama : Desi Permatasari

NIM : H34076043

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002


(22)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Kasus : Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2010

Desi Permatasari H34076043


(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Desember 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ridwan Nurjaman dan Ibu Elliyah Sirait. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Pasirhalang 1 Kabupaten Sukabumi pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama di SLTP N 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMA N 3 Sukabumi.

Pada tahun 2004 Penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular. Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2007 penulis melanjutkan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Departemen Agribnisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(24)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk lulus dari Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Seperti diketahui bahwa pendapatan petani di Indonesia pada umumnya terbilang rendah. Oleh sebab itu skripsi ini bertujuan menganalisis pendapatan usahatani pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembesaran ikan mas di Waduk Cirata.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak lain yang berkepentingan.

Bogor, November 2010


(25)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. Dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis atas semua bantuannya terhadap penulis.

4. Orang tua dan keluarga tercinta atas semua dukungan kasih sayang baik materi maupun nonmateri terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh petani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata yang menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

6. Teman-teman seperjuangan di ekstensi Agribisnis yang telah banyak membantu penulis, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama penelitian hingga penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Oktober 2010 Desi Permatasari


(26)

ii DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9 2.1 Deskripsi Ikan Mas ... 9 2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata ... 13 2.3 Penelitian Terdahulu ... 15 III. KERANGKA TEORITIS ... 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18 3.1.1 Konsep Usahatani ... 18 3.1.2 Penerimaan Usahatani... 19 3.1.3 Biaya Usahatani ... 19 3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani... 20 3.1.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ... 22 3.1.6 Teori Produksi ... 22 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28 IV. METODE PENELITIAN ... 30 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30 4.2 Metode Pengambilan Contoh (Sample) ... 30 4.3 Jenis dan Sumber Data ... 30 4.4 Metode Pengumpulan Data ... 31 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31 4.5.1 Pendugaan Fungsi Produksi ... 31 4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 35 4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ... 35 4.6 Definisi Operasioal ... 36 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 38 5.1 Karakteristik Wilayah ... 38 5.2 Penduduk dan Mata Pencaharian... 38 5.3 Karakteristik Petani Responden... 40 5.3.1 Umur Petani Responden ... 40 5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani Responden ... 41 5.3.3 Pengalaman Petani ... 42 5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan ... 43


(27)

ii 5.3.5 Sifat Usahatani... 44 5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 45 5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata ... 45 VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS ... 49 6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi... 49 6.1.1 Sarana Produksi Benih ... 50 6.1.2 Sarana Produksi Obat-obatan ... 51 6.1.3 Sarana Produksi Pakan ... 51 6.1.4 Sarana Produksi Tenaga Kerja ... 52 6.1.5 Alat-Alat Pertanian ... 54 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 54 6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 55 6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 57 6.2.3 Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas ... 58 VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI

PEMBESARAN IKAN MAS... 60 7.1 Analisis Fungsi Produksi ... 60 7.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Usaha Pembesaran Ikan Mas . 61 7.2.1 Banyak Jaring Apung (X1) ... 61 7.2.2 Benih (X2) ... 62 7.2.3 Pakan (X3) ... 63 7.2.4 Obat-obatan ... 63 7.2.5 Lama Produksi ... 64 7.2.6 Tenaga Kerja ... 65 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 8.1 Kesimpulan ... 66 8.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ... 70


(28)

vi DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa

Barat Tahun 2008 ... 1 2. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan

Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 ... 2 3. Daftar Harga Ikan Air Tawar dan Air Laut di Provinsi Jawa Barat

Pada Bulan Juli Tahun 2009 ... 3 4. Kandungan Gizi Ikan Mas, Kakap dan Kembung ... 3 5. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia di Desa Bobojong

Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 39 6. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bobojong Kecamatan

Mande, Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 39 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 40 8. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Umur di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten

Cianjur Tahun 2010 ... 41 9. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande

Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 42 10. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Pengalaman Berusahatani di Desa Bobojong Kecamatan Mande

Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 42 11. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Jumlah Kolam di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten

Cianjur Tahun 2010 ... 43 12. Sifat Usahatani Petani Ikan di Desa Bobojong Kecamatan

Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010... 44 13. Jumlah Responden Petani Pembesaran Ikan Mas Berdasarkan

Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bobojong Kecamatan

Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 ... 45 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli 2009 sampai Juli Tahun 2010

di Waduk Cirata... 48 15. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Pembesaran

Ikan Mas di Waduk Cirata per Tahun ... 54 16. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk


(29)

vii 17. Analisis Pendapatan Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk

Cirata per Kolan untuk Satu Musim Tanam... 58 18. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi


(30)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Isokuan ... 25 2. Kurva Fungsi Produksi ... 27 3. Kerangka Operasional ... 29


(31)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Faktor Produksi Budidaya Ikan Mas ... 71 2. Data Karakteristik Responden ... 73 3. Hasil Uji Cobb-Douglas... 75 4. Gambar di Lokasi Penelitian ... 77


(32)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan memiliki potensi yang sangat besar. Luasnya perairan Indonesia, yaitu 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan teritorial 300 ribu km², perairan nusantara 2,8 juta km² dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km². Potensi ikan di laut diperkirakan sebesar 6,26 juta ton per tahun dan perairan ZEEI sekitar 1,86 juta ton per tahun (Direktorat Jendral Perikanan 2000).

Indonesia memiliki perairan umum yang cukup luas. Luas perairan umum Indonesia diperkirakan lebih dari 50 juta ha yang terdiri atas perairan rawa 39,4 juta ha, perairan sungai serta lebaknya 11,95 juta ha, danau alam serta waduk seluas 2,1 juta ha (Rochdianto 2003). Dalam perekonomian Indonesia potensi perikanan tersebut menjadi salah satu faktor penunjang perekonomian masyarakat. Potensi perikanan Indonesia berasal dari perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan budidaya adalah kegiatan ekonomi dalam bidang budidaya ikan atau binatang air lain atau tanaman air. Perikanan budidaya diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu budidaya air laut, budidaya air payau (tambak) dan budidaya air tawar (kolam, keramba jaring apung, keramba dan sawah) (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2004).

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil produk perikanan yang cukup besar. Produksi perikanan di provinsi Jawa Barat menurut cabang usahanya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Perikanan Menurut Cabang Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007

No Cabang Usaha Produksi (ton)

1 Budidaya Laut 10.318

2 Tambak 83.320

3 Kolam 116.066

4 Keramba 970

5 Sawah 25.529

6 Kolam Air Deras 11.513

7 Keramba Jaring Apung 115.976

Total 365.629


(33)

2 Tabel 1 menunjukkan produksi ikan dari cabang usaha Keramba Jaring Apung (KJA) memiliki nilai terbesar kedua setelah cabang usaha kolam, yaitu sebesar 115.976 ton per tahun atau sebesar 31,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha keramba jaring apung memiliki potensi yang cukup besar untuk dijalankan.

Pada umumnya keramba jaring apung digunakan di daerah dengan perairan yang tenang seperti danau atau waduk (danau buatan). Adapun jenis ikan yang dibudidayakan menggunakan keramba jaring apung antara lain ikan mas, mujair, nila, gurami, patin lele dan sebagainya. Produksi perikanan budidaya keramba jaring apung berdasarkan jenis ikan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Berdasarkan Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008

No Jenis Ikan Produksi (ton)

1 Mas 57.433

2 Mujair 17.987

3 Nila 16.972

4 Gurami 1.764

5 Patin 9.568

6 Lele 563

7 Lain-lain 5.687

Total 110.965

Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (2007)

Tabel 2 menunjukkan bahwa ikan mas merupakan ikan yang paling banyak diproduksi oleh para petani ikan keramba jaring apung di Jawa Barat. Berdasarkan total produksi perikanan budidaya keramba jaring apung pada tahun 2008 ikan mas menduduki peringkat pertama sebesar 57.433 ton dari total produksi 110.965 ton atau sebesar 49,5 persen. Produksi tersebut menunjukkan ikan mas menjadi salah satu andalan petani ikan di Jawa Barat. Hal ini dikarenakan ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat Indonesia, khususnya provinsi Jawa Barat. Selain itu ikan mas memiliki harga jual yang cukup bersaing dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Harga ikan mas dibandingkan dengan harga ikan lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.


(34)

3 Tabel 3. Daftar Harga Ikan Air Tawar dan Air Laut di Provinsi Jawa Barat Pada

Bulan Juli Tahun 2009

No Jenis Ikan Harga per Kg (Rp)

1 Mas 18.000

2 Mujair 11.000

3 Nila 13.000

4 Gurami 32.000

5 Patin 12.000

6 Lele 13.500

7 Tuna 19.500

8 Kakap Merah 35.000

9 Kembung 22.000

10 Tenggiri 34.000

Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (2009)

Masyarakat memilih ikan mas untuk dikonsumsi karena harganya relatif lebih murah dibandingkan harga ikan air laut. Selain itu ikan mas memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Ikan sebagai bahan pangan, merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Kandungan gizi ikan mas dibandingkan dengan ikan kakap dan kembung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Ikan Mas, Kakap Dan Kembung

ZAT GIZI IKAN

Mas Kakap Kembung

Air (gram) 80,0 77,0 76,0

Protein (gram) 16,0 20,0 22,0

Energi (K) 86,0 92,0 103,0

Lemak (gram) 2,0 0,7 1,0

Kalsium (mg) 20,0 20,0 20,0

Besi (mg) 2,0 1,0 1,5

Vitamin A (SI) 150,0 30,0 30,0

Sumber : Sentra Informasi IPTEK (2009)

Salah satu waduk yang dijadikan tempat budidaya ikan mas dengan menggunakan keramba jaring apung adalah waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Waduk Cirata sebagai salah satu danau buatan (man made lake) berada dan dibuat dengan membendung Sungai Citarum serta merendam lahan darat seluas 6.200 ha.


(35)

4 Akibatnya, ekosistem awal yang tadinya daratan dan airnya mengalir (lentic) berubah menjadi perairan tergenang (lotic) dengan volume air maksimum sebanyak 2.165 juta meter kubik. Waduk Cirata adalah PLTA terbesar di Pulau Jawa dengan kapasitas listrik 1.008 MW (8×126 MW). Waduk dengan total luas 6.200 hektar sangat penting dalam menjaga pasokan listrik Jawa-Bali terutama pada saat puncak di jam 17:00-18:00 saat orang secara bersama-sama mulai menyalakan lampu. Waduk Cirata bertindak sebagai buffer untuk pasokan listrik yang diperlukan yang dalam waktu cepat naik.

Selain untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik, seperti yang sudah dijelaskan di atas, waduk Cirata telah menjadi pusat kegiatan ekonomi bagi sebagian masyarakat di seputar waduk, yaitu berupa usaha pemeliharaan ikan pada keramba jaring apung (KJA). Usaha ini memberikan kontribusi cukup besar dalam menggerakkan perekonomian masyarakat setempat. Teknologi budidaya jaring apung mulai diaplikasikan di waduk Cirata pada tahun 1986. Keramba jaring apung merupakan wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka yang mengambang di air. Berkembangnya aktivitas pembudidayaan ikan menggunakan keramba jaring apung memberi dampak positif terhadap peningkatan produksi ikan, peluang usaha, kesempatan bekerja, serta peningkatan pendapatan petani ikan di sekitar Waduk Cirata.

Numberi (2006) menyatakan bahwa Waduk Cirata memiliki volume produksi rata-rata 6.450 ton ikan per bulan atau 66,74 persen dari seluruh produksi jaring apung di Jawa Barat1. Hampir seluruh petani ikan di waduk Cirata menggunakan alat budidaya berupa keramba jaring apung. Keramba jaring apung dipilih karena sesuai dengan kondisi waduk Cirata yang memiliki wilayah yang sangat luas, selain itu memudahkan petani dalam proses pemanenan. Setiap petani ikan di wilayah waduk Cirata memiliki keramba jaring apung dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung pada jumlah modal masing-masing petani.

1

Dadang W I, Slamet R. 9 Juni 2009. Cirataku Sayang Cirataku Malang. Harian Agrina [Diakses Tanggal 15 Febuari 2010]


(36)

5 Perbedaan modal dan skala usaha ini berdampak kepada perbedaan pemakaian faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi jalannya usaha ikan mas tersebut. Faktor-faktor produksi usahatani ikan mas cukup beragam dan perlu dipahami dengan baik oleh pembudidaya pembesaran ikan mas. Pengelolaan faktor produksi secara efisien tentunya dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan usahatani ikan mas. Dengan demikian maka analisis usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan mas di Waduk Cirata ini sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Keramba jaring apung merupakan salah satu usaha budidaya pembesaran ikan yang banyak dipilih oleh pengusaha budidaya di daerah Jawa Barat. Salah satu sentra penghasil ikan air tawar dengan menggunakan teknik keramba jaring apung adalah Waduk Cirata. Hasil produksi ikan dari Waduk Cirata tidak hanya diserap oleh wilayah Jawa Barat, tetapi meliputi beberapa wilayah lain seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan Lampung.

Permasalahan yang dihadapi petani sejak tahun 1990 hingga sekarang adalah kematian massal ikan, terutama pada saat musim hujan. Suhu air hujan yang lebih rendah daripada suhu perairan menyebabkan terjadinya pergerakan massa air dari dasar perairan ke permukaan (up-welling). Up welling sendiri merupakan fenomena alam biasa. Up welling biasanya terjadi pada musim pancaroba dan musim hujan, antara bulan Desember hingga Februari. Ketika hujan mulai turun, air di permukaan menjadi dingin sedangkan di dasar waduk tetap hangat. Perbedaan berat jenis menyebabkan air di dasar waduk yang bersuhu lebih hangat naik ke atas waduk, sedangkan air di permukaan turun. Peristiwa ini lazim terjadi, tidak hanya di Cirata melainkan di lingkungan perairan mana pun tak terkecuali di lautan.

Up wellingbisa berakibat “luar biasa” apabila pada saat air naikke atas ia mengangkut massa air dari lapisan bawah perairan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah dan kadar polutan yang tinggi (seperti amonia yang berasal dari kotoran ikan). Hal ini yang sering menyebabkan ikan mati secara mendadak dan massal di waduk Cirata. Sejak awal tahun 1990 kematian masal ikan di Cirata


(37)

6 memang mulai terdengar. Misalnya pada 1991, 1993 dan 1997 jumlah ikan yang mati di Cirata berturut-turut 34,5 ton, 29,2 ton dan 209,3 ton2.

Selain kejadian up-welling, kematian massal ikan mas disebabkan oleh adanya virus yang menyerang ikan. Memasuki musim kemarau, petani ikan mengkhawatirkan terjadinya wabah penyakit herpes koi yang menyerang ikan mas. Penyakit herpes koi bisa menyebabkan kematian massal ikan. Penyakit yang disebabkan sejenis virus yang menyerang insang dan badan ikan.

Koi Herpes virus (KHV) yang menyerang ikan mas dan koi pertama kali ditemukan di Israel tahun 1997 (Doyle, 2003), kemudian Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa diantaranya Inggris, Denmark , Belanda. Di Asia, KHV menyerang ikan mas dan koi pada tahun 2002 di Indonesia, awal tahun 2003 di Taiwan dan terakhir di Jepang akhir tahun 2003. Virus herpes koi menyerang ikan mas dan koi pertama kali di Blitar pada bulan Maret 2002 , terus menyebar ke Jawa barat pada bulan April 2002, Jawa Tengah dan Bali . Pada bulan Februari 2003, penyakit ini menyebar ke Pulau Sumatera. (Sunarto et al, 2002).

Penyakit herves koi dikhawatirkan akan mengganggu ikan-ikan yang dibudidayakan di jaring apung. Hal tersebut terjadi karena penularan penyakit ini berlangsung dengan cepat. Jika tidak diantisipasi, bisa menimbulkan kematian ikan secara massal. Di sisi lain, belum ada obat untuk mengatasi penyebaran virus ini. Petani ikan juga memprediksikan penurunan hasil produksi ikan karena adanya penurunan debit air akibat musim kemarau.

Selain masalah yang berhubungan dengan lingkungan, petani ikan di Cirata pun dihadapkan pada masalah tingginya harga pakan buatan (pelet). Saat ini pakan buatan yang beredar diantaranya merk Sinta, STP (Comfeed), CPP (Charoen), Cargill, dan Wonokoyo, dan hampir seluruh pakan yang digunakan adalah pakan kualitas dua dan tiga dengan harga Rp 4.500,- per kg. Hal ini disebabkan para petani yang tidak sanggup membeli pakan kualitas 1 dengan harga Rp 6.000,- per kg.

2

Imam S. 14 Juni 2007. Kematian Ikan di Waduk Cirata. Pikiran Rakyat [Diakses Tanggal 3 Oktober 2010]


(38)

7 Petani ikan di Cirata pada umumnya menggunakan bibit yang dihasilkan oleh pembibitan ikan di daerah Bandung dan Subang. Hal ini disebabkan bibit ikan yang dihasilkan oleh petani pembibitan di Cianjur tidak cocok dengan kondisi Waduk Cirata, karena pada saat pembibitan petani menggunakan air yang terlalu bersih sehingga sulit beradaptasi dengan air di waduk Cirata. Adapun harga bibit yang berasal dari Cianjur lebih murah yaitu Rp 18.000 per kg dibandingkan harga bibit yang berasal dari Bandung, yaitu seharga Rp 19.000 per kg dan Subang Rp 22.000 per kg.

Lama produksi ikan mas setiap petani di Waduk Cirata tidak sama, tergantung kepada pengalaman petani dan target hasil produksi yang diinginkan. Ikan mas pada umumnya dibesarkan selama 90 – 120 hari ( tiga sampai empat bulan). Selama proses budidaya sebagian besar petani hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, yaitu petani sendiri tanpa bantuan tenaga kerja luar keluarga. Adapun tenaga kerja untuk proses budidaya ikan mas sangat mudah diperoleh karena penduduk di sekitar Waduk Cirata pada umumnya mengetahui proses pembudidayaan pembesaran ikan mas, sehingga dapat membantu petani dalam menjalankan usahataninya.

Berdasarkan uraian kondisi tersebut maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah usahatani keramba jaring apung pembesaran ikan mas di Waduk Cirata masih menguntungkan petani, selain itu dari beragam faktor-faktor produksi, faktor apa yang mempengaruhi usahatani secara signifikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis pendapatan usahatani pembesaran ikan mas di Waduk Cirata 2. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani petani

dalam membudidayakan ikan mas dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait, antara lain :


(39)

8 2. Pemerintah daerah setempat, sebagai bahan masukan dalam menetapkan

kebijakan

3. Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya, terutama penelitian mengenai ikan mas

4. Pembaca, diharapkan sebagai bahan rujukan dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai pertanian (dalam hal ini komoditi ikan mas).

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai usahatani dan faktor-faktor produksi ikan mas dilakukan di Desa Bobojong Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Analisis usahatani dalam penelitian ini menggunakan analisis penerimaan, biaya baik tunai dan diperhitungkan, pendapatan tunai dan diperhitungkan serta rasio R/C tunai dan diperhitungkan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan model Cobb-Douglas dengan variabel independen yang dapat diidentifikasi adalah jumlah keramba jaring apung, benih, pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja.


(40)

8 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Mas

Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk dalam familiCyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas Teleostrei.Ikan Mas sudah lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling populer di masyarakat. Selain dikenal dengan nama ikan mas, ikan ini dikenal dengan nama dengan nama Ikan Karper ataupun ikan tombro3.

Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias. Indonesia pertama kali mengenal ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting.

Menurut Santika (2000) ikan mas sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan mas bersisik penuh dan ras ikan mas bersisik sedikit. Kelompok ras ikan mas yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan mas yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan mas yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan mas majalaya, ikan mas punten, ikan mas si nyonya dan ikan mas merah. Sedangkan yang tergolong dalam ras ikan mas bersisik sedikit adalah ikan mas kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan mas hias, beberapa di antaranya adalah mas kumpay, kaca, mas merah dan koi.

Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Umumnya,

3

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetauan dan Teknologi [Diakses Tanggal 26 Agustus 2010]


(41)

9 hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 m di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30 persen. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Adapun jenis-jenis ikan mas yang berkembang di Indonesia antara lain :

a. Ikan Mas Punten

Ras ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1933 di Desa Punten, Malang, Jawa Timur. Tubuhnya relatif pendek, tetapi bagian punggungnya lebar dan tinggi. Karena itu, bentuk badan ikan mas punten terkesan membuntak atau bulat pendek (big belly). Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan adalah 2,3-2,4: 1. Warna sisik hijau gelap, mata agak menonjol, gerakan tubuhnya lambat, dan bersifat jinak.

b. Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya

Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66: 1. Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol,


(42)

10 kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air. Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000-125.000 dan diameternya 0,3-1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur delapan bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasitMyxoxporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5-8,5.

c. Ikan Mas Taiwan

Ikan mas taiwan memiliki bentuk badan yang memanjang dan bentuk punggung seperti busur agak membulat. Sisiknya berwarna hijau kekuningan hingga kuning kemerahan di tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor. Ikan mas taiwan sangat responsif terhadap makanan sehingga akan saling berebut ketika diberi pakan. Diduga nenek moyang ikan mas ini berasal dari Taiwan, kemudian diintroduksi dan dikembangkan di Indonesia.

d. Ikan Mas Merah

Ciri khas dari ikan mas ini adalah sisiknya yang berwarna merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya agak menonjol.

e. Ikan Mas Majalaya

Sesuai dengan namanya, ikan mas ini berkembang pertama kali di daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ukuran badannya relatif pendek dan punggungnya lebih membungkuk dan lancip dibandingkan dengan ras ikan mas lainnya. Perbandingan antara panjang dan tinggi tubuhnya adalah 3,2: 1.Bentuk tubuhnya semakin lancip ke arah punggung dan bentuk moncongnya pipih. Sifat ikan mas ini relatif jinak dan biasa berenang di permukaan air. Sisiknya berwarna hijau keabuan dan bagian tepinya berwarna lebih gelap, kecuali di bagian bawah insang dan di bagian bawah sirip ekor berwarna kekuningan. Semakin ke arah punggung, warna sisik ikan ini semakin gelap.


(43)

11 Ikan mas majalaya memiliki keunggulan, di antaranya laju pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla, rasanya lezat dan gurih, dan tersebar luas di Indonesia. Fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan ikan mas majalaya tergolong tinggi, yakni 84.000-110.000 butir per kilogram induk

f. Ikan Mas Yamato

Ikan mas ini kurang populer di kalangan petani ikan mas di Indonesia. Bentuk tubuhnya memanjang. Sisiknya berwarna hijau kecokelatan. Ikan mas ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang. g. Ikan Mas Lokal

Ikan mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah satu ras atau jenis ikan mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini. Bentuk tubuh dan warnanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis ikan mas yang sudah ada. Secara umum, bentuk tubuhnya memanjang dan matanya tidak sipit. Kemungkinan besar ikan ini muncul akibat perkawinan silang yang tidak terkontrol dengan jenis-jenis ikan mas lain yang ada di masyarakat.

Jenis Ikan mas yang banyak dibudidayakan dalam keramba jaring apung di waduk Cirata adalah jenis Majalaya dan lokal. Hal ini disebabkan oleh keunggulan yang dimiliki oleh kedua jenis ikan mas tersebut, yaitu laju pertumbuhannya relatif lebih cepat dibandingkan jenis ikan mas yang lain. Ikan mas jenis Majalaya dan Lokal dapat dipanen dalam ukuran konsumsi setelah berumur dua bulan, tergantung kepada pakan yang diberikan.

Menurut Santika (2000) siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.


(44)

12 Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.

Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.

Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4 -5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70 persen dari bobotnya.

Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.

Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan.

2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata

Menurut hasil penelitian Yuyung (2005) Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Di Jawa Barat terdapat empat waduk buatan antara lain waduk Cirata, waduk Saguling, waduk Darma dan waduk Jatiluhur. Keempat waduk tersebut selain menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memenuhi kebutukan listrik di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya dijadikan sebagai pusat perekonomian yang potensial


(45)

13 bagi masyarakat disekitarnya. Salah satunya adalah budidaya perikanan khususnya menggunakan alat keramba jaring apung.

Hasil Penelitian Rudiansyah (2007) menunjukkan bahwa salah satu waduk yang memiliki potensi perikanan yang sangat baik adalah waduk Cirata. Banyaknya potensi yang dimiliki oleh waduk memerlukan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolaannya, karena dapat menunjang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama kegiatan perikanan dan wisata tirta. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka kegiatan perikanan dan wisata yang di lakukan di Waduk Cirata mengorbankan fungsi utama dan fungsi ekosistem dari waduk berupa eksploitasi berlebihan dan limbah kegiatan yang berpengaruh terhadap kualitas dan keadaan lingkungan waduk.

Waduk Cirata adalah salah satu waduk yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Citarum sendiri merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, dengan luas 6.080 km2dan panjang 269 km. Waduk Cirata yang dibangun pada 1982—1987 itu berada pada ketinggian 221 m dari permukaan laut. Luasnya 6.200 hektar (ha) dengan luas tangkapan air 603.200 ha, kedalaman rata-rata 34,9 m, dan volume 2.165 x 106 m3. Wilayah genangan airnya meliputi Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung. Namun, wilayah genangan air terluas berada di Cianjur.

Sejak menjadi genangan yang relatif permanen, Waduk Cirata merupakan badan air besar, dan mempunyai karakteristik ekosistem perairan umum. Oleh sebab itu, Cirata memiliki berbagai potensi dibidang sosial ekonomi, seperti sumber pengairan sawah, air bersih, air minum, tempat budidaya ikan, wahana rekreasi, dan sarana perhubungan.

Aktivitas perikanan budidaya di Cirata, menjadikan Cianjur sebagai lumbung ikan air tawar di Jabar. Dinas Perikanan Provinsi Jabar mencatat, produksi perikanan keramba jaring apung Jabar pada 2007 sebanyak 115.976 ton. Dari jumlah itu, 56.893,91 ton diantaranya, senilai Rp353,05 miliar, berasal dari aktivitas di keramba jaring apung Cianjur.

Menurut definisi Direktorat Jenderal Perikanan (1993), Jaring apung adalah tempat pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang memudahkan keluar masuknya air, sehingga terjadi pertukaran air dan limbah atau


(46)

14 sisa-sisa pakan dari dalam kolam ke perairan sekitarnya dengan mudah. Kolam jaring apung berbahan polyethylene yang terapung di permukaan air berbentuk kantung atau kolam dengan ukuran relatif besar, kolam tersebut terapung karena ada penyangga berupa bambu atau besi pada setiap sisinya yang menyerupai rakit yang berbentuk segi empat dan disangga oleh drum plastik.

2.3 Penelitian Terdahulu

Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, memiliki kandungan protein yang banyak dan juga harganya murah. Budidaya Ikan Mas pada keramba jaring apung merupakan usaha pemeliharaan ikan yang menggunakan lahan terbatas, padat penebaran ikan yang tinggi, keharusan memberikan pakan buatan dan diusahakan pada tempat yang kaya air (Asti, 2001).

Usahatani ikan mas di jaring apung dapat dikatakan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Mungky (2002), dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan pada Jaring Apung di Waduk Cirata yang bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi usaha budidaya perikanan dengan analisis usaha dan finansial. Kriteria yang digunakan adalah keuntungan, R/C Ratio, NPV, IRR dan Net B/C serta Analisis Sensitivitas. Kriteria tersebut digunakan untuk mengukur kelayakan finansial akibat perubahan biaya produksi, menurunnya harga produk dan menurunnya jumlah produksi.

Pada tingkat suku bunga 16 persen menunjukkan usaha budidaya jaring apung layak diusahakan dengan nilai NPV positif, IRR sebesar 34 persen yang artinya rata-rata pendapatan per tahun adalah 34 persen dari investasi yang ditanamkan. Net B/C yang dihasilkan 1,93 artinya setiap Rp 100 yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 193.

Dalam menjalankan usahatani maka petani perlu memperhatikan faktor-faktor produksi yang dikelolanya karena hal tersebut akan mempengaruhi usahanya. Widadi (2000), telah melakukan penelitian di Waduk Cirata dengan judul Analisis Produksi dan Kelayakan Finansial Usaha Kolam Jaring Apung. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang menentukan


(47)

15 usaha kolam jaring apung adalah : pakan, tenaga kerja, benih, luas lahan dan waktu pembesaran. Alat analisis yang digunakan adalah metode Cobb-Douglas dan Analisis Komponen Utama (AKU). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh nyata dari faktor-faktor produksi terhadap usaha yang dikembangkan.

Hasil penelitian menunjukkan nilai elastisitas faktor produksi benih adalah 0,879, pakan 0,713, tenaga kerja 0,297, lama pembesaran 0,288 dan jumlah kolam 0,253. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan usaha budidaya jaring apung sangat menguntungkan bila dijalankan.

Selain itu, Lindawati (2005) menganalisi mengenai Optimalisasi Produksi Usaha Pembesaran Ikan Mas pada Kolam Air Deras di Desa Situ Daun, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara nyata variasi hasil produksi ikan mas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan yaitu, luas kolam, benih, pakan dan tenaga kerja. Faktor produksi variabel yang secara parsial berpengaruh nyata terhafap hasil prodiksi ikan mas adalah benih, pakan dan tenaga kerja. Besarnya penjumlahan elastisitas faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha budidaya ikan mas menunjukkan kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah(increasing Return to scale).

Penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usaha budidaya ikan mas di kolam air deras belum menunjukkan kondisi optimal. Pada kondisi optimal, perlu adanya pengurangan benih sebesar 17,561 kg per rata-rata luas kolam, serta penambahan pakan dan tenaga kerja masing-masing sebesar 189,437 kg per rata-rata luas kolam dan 65,291 HKP per rata-rata luas kolam. Hasil analisis keuntungan menunjukkan bahwa kondisi optimal lebih menguntungkan daripada kondisi aktual. Pada kondisi actual optimal jumlah yang diperoleh sebesar Rp.6.908.619.50, sedangkan pada kondisi optimal jumlah keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 51.603.332.

Santy (2002) melakukan penelitian di Pasar Ikan Cibaraja, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan komoditi benih ikan mas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi penawaran benih ikan mas ukuran 5-8 cm serta respon dari penawaran benih ikan


(48)

16 mas terhadap perubahan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi fluktuasi penawaran adalah harga benih ikan mas, harga benih ikan sepat, harga benih ikan lele, dan penawaran benih ikan mas satu bulan sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam faktor yang diduga mempengaruhi penawaran, hanya penawaran benih ikan masa satu bulan sebelumnya yang signifikan berpengaruh trerhadap penawaran benih ikan mas. Hasil analisis elastisitas silang menunjukkan respon penawaran benih ikan mas terhadap harga benih ikan mas, harga benih ikan mas satu bulan sebelumnya, dan penawaran benih ikan mas satu bulan sebelumnya bersifat inelastic. Nilai elastisitas silang menunjukkan bahwa benih ikan mas memiliki hubungan competitive productdengan benih ikan nila dan benih ikan sepat, sedangkan benih ikan lele menunjukkan hubunganjoint product.

Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan mas dengan penelitian terdahulu terdapat pada objek dan lokasi dan waktu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah produksi ikan mas di Waduk Cirata. Alat analisis yang digunakan adalah metode Cob-Douglas dan alat analisis untuk mengukur pendapatan usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah R/C ratio yang juga digunakan oleh penelitian sebelumnya. Beberapa peubah penjelas yang signifikan di penelitian terdahulu juga digunakan oleh penelitian ini antara lain dari penelitian Widadi (2000), yaitu benih, pakan dan tenaga kerja. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian Lindawati (2005) adalah luas lahan, dalam hal ini adalah luasan keramba jaring apung yang dimiliki oleh petani. Adapun peubah penjelas yang berhubungan dalam menganalisis kriteria petani adalah pendidikan, umur dan jumlah anggota keluarga, seperti yang diteliti oleh Santy (2002).


(49)

18 III. KERANGKA TEORITIS

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani

Usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian (Rifai dalam Soeharja dan Patong, 1973). Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa komponen dalam usahatani tersebut terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen atau pengelolaan (organisasi). Alam, tenaga kerja dan modal merupakan unsur usahatani yang mempunyai bentuk, sedangkan pengelolaan tidak mempunyai bentuk tetapi keberadaannya dalam proses produksi dapat dirasakan.

Menurut Hernanto (1989) lahan memiliki sifat-sifat khusus seperti luas yang relatif tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Dikarenakan sifatnya yang khusus tersebut lahan kemudian dianggap sebagai salah satu fungsi produksi usahatani, meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai unsur pokok modal usahatani.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang kedua dalam proses produksi pertanian. Menurut sumbernya, tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dua sumber, yaitu tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani dan yang berasal dari luar keluarga petani yang diperoleh dengan sistem upahan. Sedangkan menurut jenisnya, tenaga kerja dalam usahatani ada tiga, yaitu tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik. Dalam pengukuran potensi tenaga kerja biasanya dilakukan konversi tenaga kerja, yaitu menyetarakan jenis-jenis penggunaan tenaga kerja ke dalam tenaga kerja pria. Penggunaan tenaga kerja dalam bidang pertanian sifatnya tidak tetap karena harus disesuaikan dengan tahapan proses produksi.

Dalam pengertian ekonomi modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu proses produksi. Modal yang tinggi diantara faktor produksi lain, yaitu modal operasional. Modal operasional dimaksudkan sebagai modal dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan


(50)

19 barang modal lain seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk pembiayaan pengelolaan (Hernanto, 1989). Menurut jenisnyanya modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu proses produksi seperti tanah dan bangunan, sedangkan modal lancar adalah modal yang habis dalam satu proses produksi seperti bahan perlengkapan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak dan ikan di lapangan (Hernanto, 1989).

Pengelolaan usaha tani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu menberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran daari keberhasilan ini adalah produksi dari setiap fakrtor maupun produktivitas dari usahanya (Hernanto,1989). Dengan demikian, pengenalan secara utuh atas faktor-faktor produksi yang dimiliki dan dikuasai termasuk lahan, tenaga kerja dan modal akan sangat menentukan eberhasilan pengelolaan usahatani.

3.1.2 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan cabang usaha adalah jumlah salah satu produk usaha tani dalam jangka waktu tertentu. Penerima dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan pembayaran dan yang dapat disimpan. penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawidkk, 1986).

3.1.3 Biaya Usahatani

Untuk menganalisa pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah perkalian jumlah produksi total dan harga satuan. Sedangkan biaya dan pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses yang bersangkutan. Menurut Hernanto (1989) Biaya dikonsumsi rumah tangga


(51)

20 petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan pembayaran dan yang dapat disimpan. Biaya Produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas :

1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :

1) Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya; pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.

2) Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksinya, misalnya; pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja.

2. Berdasarkan yang langsung dan diperhitungkan terdiri dari :

1) Biaya tunai, adalah untuk biaya tetap dan variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.

2) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel).

Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan selain diukur dari nilai mutlak dapat pula dianalisis nilai efisiensinya. Ukuran efisiensi antara lain dapat dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C ratio).

3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani

Menurut Soeharjo dan Patong (1973) Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan cabang usahatani adalah penerimaan cabang usaha yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani akan berbeda untuk setiap petani, dimana perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan faktor produksi, tingkat produksi yang dihasilkan dan harga jual yang tidak sama nilainya.

Analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun. Tujuannya adalah untuk


(52)

21 membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama.

Dalam analisa ada beberapa ukuran pendapatan yang dipakai yaitu (Soeharjo dan Patong, 1973) :

a. Pendapatan kerja petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan dikurangi semua pengeluaran baik tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja petani. Bunga modal disertakan karena dianggap bahwa modal ini diperoleh dengan jalan meminjam atau karena untuk modal itu tersedia beberapa alternatif penggunaan. Angka endapan kerja petani umumnya kecil, bahkan mungkin negatif. Apabila bunga modal tidak disertakan mungkin lebih besar dan positif.

b. Penghasilan kerja petani

Angka ini diperoleh dari penambahan pendapatan kerja petani dengan penerimaan tidak tunai

c. Pendapatan kerja keluaraga

Pendapatan ini merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarganya. Apabila usahatani dilakukan oleh petani dan keluarganya, maka ukuran inilah yang terbaik untuk mengetahui berhasilnya kegiatan usaha. Pendapatan kerja petani merupakan penghasilan kerja petani ditambah dengan nilai kerja keluarga.

d. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.

Bagi seorang petani analisis pendapatan membantunya untuk mengukur apakah usahanya pada saat itu berhasil atau tidak. Usahatani dikatakan sukses apabila pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut (Soeharjo dan Patong, 1973) :


(1)

116 4. Saluran II (Petani - Pedagang - PT Djarum)

Petani – Pedagang No Nama

Responden

Tujuan penjualan

Hasil Tembakau (Kg) – Harga Jual Petani (Rp)

Hank Harga Eksport Harga Semi Lokal Harga Lokal Harga Jumlah tembakau

Jumlah Harga 1 Sairi Pedagang 190 9.500 183 23.000 275 26.500 330 29.500 978 88.500

2 Asmo Pedagang 76 7.000 80 21.000 109 26.500 133 29.000 398 83.500

3 Sutama Pedagang 57 8.000 50 23.000 82 25.000 100 29.000 289 85.000

4 Heri Pedagang 78 8.500 82 22.500 110 26.000 130 29.000 400 86.000

5 H. Samsul Pedagang 228 8.500 240 23.000 328 25.500 400 28.500 1.196 85.500 6 Supandi Padagang 109 9.500 112 22.000 150 25.500 185 28.500 556 85.500 7 Suliman Pedagang 200 8.000 210 22.000 275 25.000 335 29.000 1.020 84.000 8 Muther Pedagang 157 9.000 165 23.000 220 25.500 265 29.000 807 86.500 9 Andrik Pedagang 198 8.000 200 22.500 275 25.000 335 29.000 1.008 84.500 10 Weryadi Pedagang 195 8.500 200 22.000 280 25.000 330 28.500 1.005 84.000

Jumlah 7.657 853.000

Rata-rata 765,70 85.300


(2)

117 Pedagang – PT Djarum

No Nama

Responden

Tujuan penjualan

Hasil Tembakau (Kg) – Harga Jual Petani (Rp)

Hank Harga Eksport Harga Semi Lokal Harga Lokal Harga Jumlah Tembakau

Jumlah Harga 1 H. Lutfi PT.Djarum 190 12.000 183 25.000 275 28.000 330 32.000 978 97.000 2 H. Lutfi PT.Djarum 76 12.000 80 24.000 109 28.000 133 31.000 398 95.000 3 H. Lutfi PT.Djarum 57 12.000 50 25.000 82 28.000 100 31.000 289 96.000 4 Julis PT.Djarum 78 12.000 82 26.000 110 28.000 130 31.000 400 97.000 5 Julis PT.Djarum 228 12.000 240 25.000 328 28.000 400 31.000 1.196 96.000 6 Julis PT.Djarum 109 12.000 112 26.000 150 28.000 185 32.000 556 98.000 7 Julis PT.Djarum 200 12.000 210 24.000 275 28.000 335 31.000 1.020 95.000 8 Imam PT.Djarum 157 12.000 165 25.000 220 28.000 265 31.000 807 96.000 9 Imam PT.Djarum 198 12.000 200 25.000 275 28.000 335 31.000 1.008 96.000 10 Imam PT.Djarum 195 12.000 200 24.000 280 28.000 330 30.000 1.005 94.000

Jumlah 7.657 960.000

Rata-rata 765,70 96.000


(3)

118 Lampiran 11. Marjin Tataniaga Tembakau Voor OOgst Kasturi pada Petani Gapoktan Permata VII di Desa Pakusari, Kecamatan

Pakusari, Kabupaten Jember Tahun 2010

Unsur Marjin

Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV

Nilai (Rp/Kg)

Persen (%)

Nilai (Rp/Kg)

Persen (%)

Nilai (Rp/Kg)

Persen (%)

Nilai (Rp/Kg)

Persen (%) A Petani

Biaya Produksi 19.727 84,85 16.963 67,22 17.516 18.647

Biaya Tataniaga 1.237 5,29 1.544 6,12 0 0

Keuntungan Tataniaga 2.395 10,25 6.729 26,67

Harga Jual 23.359 100,00 25.236 100,00 21.438 93,97 21.325 88,85

Marjin 3.623 15,55 8.273 32,78

Rasio Keuntungan Biaya 1,94 0,01 4,36 0,02 B Pedagang

Harga Beli 21.438 93,97 21.325 88,85

Biaya Tataniaga 763 3,35 1.035 4,31

Keuntungan 612 2,68 1.640 6,83

Harga Jual 22.813 100,00 24,000 100,00

Marjin 1.375 6,03 2.675 11,15

Rasio Keuntungan Biaya 0,80 0.00 1,58 0,01

C Pabrik (PT. Sampoerna)

Harga Beli 23.359 100,00 22.813 100,00

D Pabrik (PT. Djarum)

Harga Beli 25.236 100,00 24.000 100,00

Total Biaya Tataniaga 1.237 1.544 763 1.035

Total Keuntungan 2.395 6.729 612 1.640

Total Marjin Tataniaga 3.632 8.273 1.375 2.675


(4)

199 Lampiran 12. Rincian Biaya Tataniaga yang Dikeluarkan Oleh Masing-masing

Lembaga Tataniaga Tembakau Voor Oogst Kasturi Tahun 2010 Lembaga Tataniaga Unsur Biaya Jumlah (Rp/kg)

Petani (Saluran I) Sarana Produksi 13.654,13

Tenaga Kerja 5.562,35

Lain-lain 510,42

Jumlah 19.727

Biaya Pengemasan 400,02

Biaya Transportasi 382,37

Biaya tenaga angkut 279,16

Koran 120,16

Tali Rafia 54,87

Jumlah Biaya Tataniaga 1.237

Petani (Saluran II) Sarana Produksi 11.063,96

Tenaga Kerja 5.424,58

Lain-lain 474,89

Jumlah 16.963

Biaya Pengemasan 359,90

Biaya Transportasi 712,05

Biaya tenaga angkut 257,27

Koran 142,46

Tali Rafia 72,08

Jumlah Biaya Tataniaga 1.544

Petani (Saluran III) Sarana Produksi 11.422,46

Tenaga Kerja 5.564,45

Lain-lain 528,89

Jumlah 17.516

Petani (Saluran IV) Sarana Produksi 12.021,16

Tenaga Kerja 6.116,14

Lain-lain 510,16

Jumlah 18.647

Pedagang (saluran III) Biaya Pengemasan 201,84

Biaya Transportasi 265,53

Biaya tenaga angkut 231,15

Koran 47,42

Tali Rafia 17,36

Jumlah Biaya Tataniaga 763

Pedagang (saluran IV) Biaya Pengemasan 217,57

Biaya Transportasi 414,90

Biaya tenaga angkut 290,59

Koran 84,31

Tali Rafia 27,88


(5)

RINGKASAN

DEVI NITASARI. Analisis Pendapatan Usahatani dan Tataniaga Tembakau

Voor Oogst Kasturi Pada Petani Gabungan Kelompok Tani Permata VII Desa

Pakusari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Departemen Agribisnis., Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Salah satu komoditas pertanian dalam mendukung kehidupan ekonomi bangsa Indonesia adalah perkebunan. Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu merupakan sumber pendapatan negara melalui devisa negara, cukai, pajak, serta sumber pendapatan petani, dan dapat menciptakan lapangan kerja.

Penelitian ini dilakukan di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur pada petani Gabungan Kelompok Tani Permata VII.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa Desa Pakusari tersebut merupakan salah satu sentra tembakau voor oogst

kasturi dan merupakan gabungan kelompok tani yang memiliki anggota terbanyak serta luas lahan yang tertinggi di Kecamatan Pakusari. Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis keragaan usahatani tembakau voor oogst kasturi,

menganalisis pendapatan petani tembakau voor oogst kasturi berdasarkan skala

usaha, menganalisis saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga dan efisiensi

tataniaga dalam usahatani tembakau voor oogst kasturi pada petani Gapoktan

Permata VII di Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Data yang digunakan terdiri data primer dan data skunder. Jumlah responden usahatani sebanyak 35 orang secara acak sederhana dengan menggunakan undian nama-nama petani. Penarikan sampel responden saluran tataniaga menggunakan metode snowball sampling yaitu dengan menelusuri saluran tataniaga mulai dari petani ke konsumen akhir.

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitataif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani dan

saluran tataniaga tembakau voor oogst kasturi pada angota Gapoktan Permata VII

di Desa Pakusari. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C rasio, dan analisis efisiensi tataniaga yang terdiri dari

marjin tataniaga, farme’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.

Input yang digunakan pada usahatani tembakau voor oogst kasturi terdiri

dari bibit, pupuk pestisida dan tenaga kerja. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk Urea, ZA, SP36, Drusband, Lanet dan Agrotanik. Pemanenan dilakukan pada saat tembakau umur 90 hari dan pemanenan dilakukan empat kali. Berdasarkan hasil

analisis, penerimaan yang diperoleh petani tembakau voor oogst kasturi pada

luasan satu hektar rata-rata dengan luas lahan skala besar (>5.336 m2) untuk

musim panen 2010 adalah sebesar 1.437,92 kilogram sedangkan skala kecil sebesar 1.408,55 kilogram tembakau kering yang sudah di unting. Hasil penerimaan pada luas lahan skala besar sebesar Rp 35.097.519,95 dan penerimaan pada luas lahan skala kecil sebesar Rp 33.981.464,75. Hal tersebut menggambarkan bahwa penerimaan luas lahan skala besar dan skala kecil tidak


(6)

jauh berbeda karena hasil output pada luas lahan skala besar tidak maksimal meskipun luas lahan yang di usahakan cukup besar, sedangkan pada luas lahan

skala kecil menunjukkan bahwa hasil output stabil karena skala yang diusahakan

kecil. Pada luas lahan skala besar biaya total yang dikeluarkan petani tembakau voor oogst kasturi adalah sebesar Rp 26.329.170,97/ha sedangkan pada luas lahan skala kecil biaya total adalah sebesar Rp 28.242.546,60/ha. Biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Nilai R/C rasio atas penggunaan biaya skala besar sebesar 1,33, sedangkan nilai R/C rasio atas penggunaan biaya skala kecil sebesar 1,20. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani

tembakau voor oogst kasturi menguntungkan karena bissa menutupi semua

biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut.

Terdapat empat saluran yang terjadi pada tataniaga tembakau voor oogst

kasturi di Desa Pakusari yaitu terdiri dari ; saluran I (Petani – PT. Sampoerna); saluran II (Petani – PT. Djarum); saluran III (Petani – Pedagang – PT. Sampoerna) dan saluran IV (Petani – Pedagang – PT. Djarum). Lembaga-lembaga tataniaga

yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tembakau voor oogst kasturi menjalankan

semua fungsi yang ada yaitu fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. Struktur pasar yang terjadi pada petani dan pedagang yaitu mendekati pasar persaingan oligopsoni. Perilaku pasar dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran serta kerjasama antara lembaga pemasaran.

Jika dibandingkan antara keempat saluran yang terdapat pada saluran tataniaga tersebut diketahui bahwa margin tataniaga pada setiap saluran tembakau voor oogst kasturi di Desa Pakusari berbeda. Total margin tataniaga pada saluran I, saluran II, saluran III dan saluran IV masing-masing adalah Rp 3.632,00; Rp 8.273,00; Rp 1.375,00 dan Rp 2.675,00. Biaya tataniaga yang dikeluarkan tergantung kapasitas tembakau yang dikelola. Biaya untuk tataniaga berupa biaya

pengemasan, tenaga angkut,transportasi, biaya Koran dan tali rafia. Farmer’s

share terbesar terdapat pada saluran I dan saluran II yaitu sebesar 100 persen

sedangkan farmer’s share yang paling rendah terdapat pada saluran IV yaitu

88,85 persen. Nilai rasio keuntungan dan biaya tertinggi terdapat pada saluran II yaitu 4,36 persen yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 per kilogram biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga tersebut akan memperoleh keuntungan

sebesar Rp 436,00 per kilogram tembakau voor oogst kasturi. Bila marjin

pemasaran dijadikan ukuran efisiensi maka saluran I yang lebih efisien

dibandingkan saluran lainnya yaitu Rp 1.375,00. Bila farmer’s share yang

dijadikan ukuran efisiensi makan saluran I dan saluran II yang lebih efisien dibandingkan saluran lainnya yaitu 100 persen. Bila rasio keuntungan biaya dijadikan ukuran efisien maka saluran II yang lebih efisien dibandingkan saluran lainnya yaitu sebesar 4,36.

Usahatani tembakau voor oogst kasturi menguntungkan, akan lebih

menguntungkan jika didukung oleh faktor cuaca yaitu sinar matahari. Harga tembakau dipengaruhi oleh kualitas tembakau maka petani harus bisa memisahkan

tembakau bagus dan jelek agar harga yang diberikan tidak rendah. Tembakau voor

oogst kasturi mempunyai prospek yang besar bagi petani maka disarankan

pemerintah ikut membantu petani dengan memberikan bantuan seperti bibit tembakau dan modal.