Uji multikolinearitas Analisis Faktor-Faktor Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran
tersebut perlu dilakukan pengoptimalan saat keuntungan maksimal dan produksi optimal. Hasil perhitungan optimalisasi penggunaan input buddidaya pembesaran
ikan mas dan nila di Desa Bobojong untuk setiap unit KJA dalam satu tahun dapat ditunjukkan pada Tabel 20.
Tabel 20 Hasil optimalisasi penggunaan input produksi pada budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong per unit dalam satu
tahun
Jenis input Input awal
kgunittahun Input optimal
kgunittahun Persentase
Benih ikan mas kg 781
787.7 0.8
Benih ikan nila kg 437.24
441.25 0.9
Pakan ikan mas kg 18614
18 783.9 0.9
Tenaga kerja HOK 320
322.9 0.9
Sumber: Olahan Data Primer 2013
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh lampiran 9 ternyata penggunaan iput yang digunakan petani budidaya di Desa Bobojong belum
optimal sehingga perlu dioptimalkan. Hasil perhitungan yang diperoleh yaitu seperti yang dilihat pada Tabel 20 yaitu input benih ikan mas penggunaannya
perlu ditingkatkan dari 781 kgunittahun menjadi 787.7 kgunittahun atau meningkat sebesar 0.8 . Benih ikan nila yang digunakan petani perlu
ditingkatkan dari 437.24 kgunittahun menjadi 441.25 kgunittahun atau meningkat sebesar 0.9 . Pakan ikan mas perlu ditingkatkan dari 18 614
kgunittahun menjadi 18 783.9 kgunittahun atau meningkat sebesar 0.9 . Tenaga kerja perlu ditingkatkan dari 320 HKPtahun menjadi 322.9 HOKtahun
atau meningkat sebesar 0.9 . Secara teknis produksi ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong masih
memungkinkan untuk dioptimalkan dan begitu pula pada penggunaan inputnya. Hal ini karena ukuran antara padat tebar benih dengan pakan yang diberikan
petani hanya secara sederhana. Selain itu, sebagian besar kolam untuk ikan mas yang dimiliki petani budidaya di desa tersebut adalah terdiri dari dua kolam dalam
satu unit KJA atau disebut dolos. Secara teknis dengan ukuran kolam yang lebih luas tersebut produksi ikan mas dan nila masih bisa ditingkatkan sampai batas
optimal dengan menambah input-input yang digunakan pula. Petani yang terus meningkatkan produksinya pada kondisi optimal akan mengalami penurunan
pendapatan. Berdasarkan hasil perhitungan lampiran 9 diperoleh nilai ATC yaitu sebesar Rp 12 573 unittahun. Hal ini menjelaskan bahwa biaya total rata-rata
yang dikeluarkan petani saat kondisi optimal pada produksi masih lebih kecil dari harga. Nilai ATC ini diperlukan untuk menggambarkan total biaya rata-rata yang
dikeluarkan petani saat kondisi optimal.
6.3.2 Efisiensi Pendapatan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila KJA Ganda Di Desa Bobojong
Efisiensi pendapatan perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilakukan dari segi pendapatan yang diterima petani. Efisiensi ini
dilakukan dengan melakukan rasio atara penerimaan dengan biaya. Pendapatan yang diperoleh petani dapat dikatakan efisien jika produksi yang dilakukan telah
optimal. Efisiensi pendapatan ini merupakan rasio dari penerimaan terhadap biaya yang dikeluarkan petani selama melakukan usahatani. Pengukuran indikator
efisiensi pendapatan ini dilakukan terhadap pendapatan atas biaya tunai dan total.