Proses Pemetaan Memetakan Inisiatif: Sebuah Langkah Awal

4 • Kelompok dan organisasi korban • Organisasi non-pemerintah atau LSM, termasuk kelompok-kelompok yang tidak terdaftar sebagai yayasan atau perkumpulan terbatas • Institusi keagamaan yang bekerja untuk keadilan, perdamaian dan hak asasi manusia • Institusi akademik dan lembaga penelitian • Departemen dan kantor pemerintah • Organisasi internasional termasuk lembaga donor • Komite ad hoc atau jaringan advokasi yang menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia tertentu. Menyadari bahwa banyak organisasi dan kelompok yang dibentuk dalam beberapa tahun bahkan bulan terakhir saat pemetaan ini dilakukan, peneliti juga merasa perlu membuat batas-batas tambahan menyangkut jangka waktu kegiatan dan sustainability. Pada bulan-bulan pertama setelah Soeharto mengundurkan diri di banyak tempat bermunculan komite aksi yang menuntut agar mantan presiden itu diadili karena korupsi dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun komite-komite ini umumnya hanya berumur singkat dan kemudian menghilang setelah gerakan protes mulai surut. Inisiatif semacam ini sekalipun berperan penting pada masanya, tidak menjadi perhatian dalam pemetaan. Masalah lain adalah penamaan “inisiatif transitional justice” itu sendiri. Banyak organisasi yang menganggap kegiatannya hanya berkisar pada masalah hak asasi manusia secara umum, tanpa konsep mengenai “penanganan kekerasan masa lalu” atau penegakan keadilan di masa transisi. Namun dalam kenyataannya, kegiatan mereka sangat relevan dengan kerangka transitional justice yang digunakan dalam pemetaan ini. Untuk memperjelas batas-batasnya, para peneliti mengarahkan perhatian pada lembaga atau kelompok yang menangani salah satu atau beberapa kegiatan berikut: • Pengungkapan kebenaran atau fakta kekerasan • Proses peradilan terhadap pelaku kekerasan • Reformasi hukum dan kelembagaan • Reparasi dan rehabilitasi bagi korban kekerasan • Rekonsiliasi

1.3. Kerangka Analisis

Tujuan utama pemetaan ini adalah menggambarkan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Analisis hanya dilakukan untuk melihat masalah-masalah yang umum dihadapi serta menentukan beberapa isu strategis berdasarkan pengamatan tersebut. Dengan kerangka analisis seperti ini kedalaman dan intensitas dari tiap inisiatif tentunya tidak dapat dijelaskan dengan baik.

2. Proses Pemetaan

5 Pemetaan ini dimulai dengan menyusun sebuah daftar alamat dari sekitar 400 organisasi dan kelompok yang tersebar di seluruh Indonesia. 2 Para peneliti kemudian mengadakan pertemuan dengan berbagai narasumber kunci di Jakarta dan Yogyakarta yang dapat memberikan keterangan awal mengenai organisasi-organisasi hak asasi manusia di berbagai daerah sebagai bahan perbandingan. Dari hasil rangkaian pertemuan dan diskusi terbatas tersebut, para peneliti berhasil menyusun daftar yang berjumlah lebih kecil tapi relevan bagi pemetaan. Selama bulan September dan awal Oktober 2002, peneliti membuat kontak- kontak awal dengan berbagai organisasi yang tercantum dalam daftar tersebut dan mewawancarai sejumlah orang berdasarkan daftar pertanyaan yang disusun dalam lokakarya September. Pengenalan pada proyek pemetaan beserta tujuannya sebelum wawancara dilakukan terbukti membantu karena banyak aktivis, peneliti dan korban kekerasan yang merasa perlu memberikan dukungan setelah dihubungi. Kunjungan lapangan mulai dilakukan sejak akhir September dan sempat terhenti selama sekitar sebulan karena pergantian tenaga peneliti. Daftar Kota yang Dikunjungi 1. Medan 2. Padang 3. Jambi 4. Bengkulu 5. Palembang 6. Bandar Lampung 7. Jakarta 8. Bandung 9. Semarang 10. Salatiga 11. Yogyakarta 12. Solo 13. Surabaya 14. Malang 15. Denpasar 16. Pontianak 17. Banjarmasin 18. Samarinda 19. Palu 20. Makassar 21. Kupang 22. Jayapura Beberapa daerah yang awalnya ditentukan sebagai wilayah yang perlu dikunjungi seperti Nanggroe Aceh Darussalam serta Maluku tidak jadi dikunjungi karena keterbatasan waktu dan tenaga. Karena keterbatasan waktu pula, pada Januari 2003 para peneliti mendapat bantuan tenaga asisten yang melakukan wawancara di berbagai kota dan mengumpulkan dokumentasi yang diperlukan. Jumlah keseluruhan lembaga yang dihubungi selama proses pemetaan adalah 178 organisasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagian dihubungi melalui telepon dan e- mail mengingat keterbatasan waktu dan tenaga. Di samping itu para peneliti juga berkesempatan mengunjungi dan mewawancarai sejumlah narasumber dari kalangan universitas dan lembaga donor yang membantu memberikan informasi dan membahas beberapa temuan awal pemetaan ini. Jumlah Organisasi Berdasarkan Kategori Kelompok dan organisasi korban 13 2 Informasi ini diperoleh antara lain dari beberapa direktori LSM yang diterbitkan oleh lembaga konsultan dan lembaga penelitian, seperti Masindo, Indonesian Associations and NGOs Guide 2000, Jakarta 2000; LP3ES, Direktori Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia, Jakarta 2001; Muchtar Bahar dan Siswanto Imam Prabowo, Direktori LSM dan Mitra 2000, Jakarta 2000. 6 Organisasi non-pemerintah atau LSM 124 Institusi keagamaan 9 Institusi akademik 8 Departemen dan kantor pemerintah 2 Organisasi internasional 10 Komite ad hoc atau jaringan advokasi 12 TOTAL 178 Lokakarya kedua untuk pemetaan ini dilakukan di Jakarta pada 8-9 Januari 2003. Para peneliti menyampaikan laporan kemajuan pemetaan dan membahas beberapa temuan awal. Para peserta menilai perlunya peneliti menyampaikan hasil temuan dan informasi dasar mengenai transitional justice kepada lembaga yang belum dihubungi agar mengetahui kerangka dan tujuan pemetaan. Setelah lokakarya para peneliti mengadakan pertemuan dengan Komnas Perempuan, ELSAM dan HuMA untuk menyelenggarakan lokakarya di Padang, Banjarmasin, Palu dan Denpasar. Masing-masing lokakarya dihadiri sekitar 20-25 orang dari berbagai lembaga hak asasi manusia, kelompok korban dan organisasi perempuan serta individu yang berminat pada isu transitional justice. Dalam setiap lokakarya para peserta membuat peta-peta kekerasan dan mendiskusikan berbagai inisiatif yang telah dan tengah berjalan. Di hari terakhir para peserta merumuskan isu-isu strategis yang muncul dalam proses lokakarya dan memikirkan beberapa strategi dan langkah untuk menindaklanjuti temuan tersebut.

3. Struktur Laporan