Peradilan dan Penuntutan Justice and Prosecution

23 INISIATIF-INISIATIF PENGUNGKAPAN KEBENARAN Organisasi 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. NGOs INFID • KPIKD • • KONTRAS • • • KPA • • • LBH-APIK • • ELSAM • • • • SYARIKAT • • • PBHI • • SNB • • • • TRK • • • YKM • • YLBHI • • • • • VIC T IM S IKOHI • LPKP • • LPR-KROB • • • PAKORBA • • ACADE MIC CSPS-UGM • • • • PSPP-UKDW • • PUSHAM UII • • CERIC-UI • • • •

3.2. Peradilan dan Penuntutan Justice and Prosecution

Tuntutan mengadili pelaku kekerasan adalah tema sentral dalam gerakan reformasi. Tapi melihat perkembangan pengadilan kasus Timor Leste dan terbengkalainya banyak kasus lain, lembaga-lembaga di atas menyadari bahwa proses penegakan keadilan tidak dapat diserahkan begitu saja ke tangan pemerintah. Sebagian bahkan mengatakan bahwa mendorong pengadilan dalam sistem hukum yang bobrok seperti sekarang justru akan membawa ketidakadilan baru dan memperpanjang rantai kekebalan hukum, seperti yang terjadi dalam pengadilan HAM ad hoc untuk kekerasan di Timor Leste. Lainnya coba mengembangkan berbagai strategi untuk mempersoalkan kekerasan masa lalu melalui jalur hukum. 3.2.1. Gugatan Hukum Gugatan hukum adalah salah satu strategi yang cukup sering digunakan LSM. Dalam kasus kekerasan Mei 1998 misalnya SNB menggugat pemerintah karena gagal memberikan rasa aman kepada warga negaranya. Di tingkat lokal lembaga ini berhasil mendapatkan ganti rugi bagi pemilik toko yang dirugikan dalam kerusuhan tersebut. LPR-KROB sementara itu menggunakan strategi yang sama untuk menuntut rehabilitasi 24 bagi korban peristiwa 1965-66, dan membawa persoalan itu ke hadapan pemerintah, DPR dan Mahkamah Agung. 11 Strategi lain yang digunakan adalah menggugat beberapa perwira militer di pengadilan luar negeri. Usaha ini pertama kali ditempuh organisasi solidaritas untuk Timor Leste menyusul pembunuhan di pemakaman Santa Cruz, 12 November 1991. Seorang perwira tinggi militer kemudian dinyatakan bersalah oleh pengadilan tersebut. Strategi serupa digunakan kembali setelah penghancuran wilayah tersebut pada 1999. Sejumlah organisasi di Indonesia mendukung upaya East Timor Action Network di AS untuk menggugat Letjen Johnny Lumintang yang saat itu menjabat sebagai Wakil KSAD. Beberapa tahun sebelumnya, ELSAM dan WALHI bekerja-sama dengan organisasi lokal dan seorang pengacara asal AS menggugat perusahaan tambang raksasa Freeport McMoran yang berbasis di New York. Perusahaan itu dituduh terlibat dalam tindak kekerasan terhadap warga Amungme yang tinggal di sekitar pertambangan pada 1996 yang menewaskan sejumlah orang. Upaya serupa diusahakan oleh Jaringan Advokasi Tambang JATAM terhadap perusahaan tambang yang terlibat kekerasan di berbagai wilayah Indonesia. 3.2.2. Penyusunan Undang-Undang Legal Drafting Menyadari bahwa akar kelumpuhan sistem hukum di Indonesia adalah undang-undang yang lemah, lembaga-lembaga hak asasi manusia cukup aktif terlibat dalam proses perumusan produk hukum. ELSAM misalnya berperan penting dalam advokasi dan kampanye soal pentingnya dibentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia yang kemudian secara legal terbentuk melalui UU No. 26 Tahun 2000. Selain itu, ELSAM, menanggapi usulan rekonsiliasi nasional yang diluncurkan oleh Presiden Habibie, mengajukan bahwa yang jauh lebih penting adalah pengungkapan kebenaran, bukan sekadar rekonsiliasi. Komentar ini, mengikuti pengalaman Afrika Selatan, ditindaklanjuti ELSAM dengan membuat academic draft bagi pembentukan Komisi Kebenaran. Dalam perkembangannya, gagasan ini semakin bergulir dengan adanya perumusan draf UU tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi oleh pemerintah. Lembaga ini juga berkali- kali dimintai pendapat oleh Departemen Kehakiman dan HAM mengenai rancangan dan pelaksanaan berbagai UU lainnya. Organisasi lain seperti YLBHI dan PBHI beberapa kali menyelenggarakan seminar dan lokakarya guna merumuskan masukan bagi departemen pemerintah yang sedang merancang UU tertentu dan kepada DPR yang akan mensahkannya. Sebuah koalisi LSM yang antara lain melibatkan LBH-APIK, KPIKD, Komnas Perempuan dan aktivis hak asasi manusia lainnya tahun lalu ikut merumuskan UU mengenai Perlindungan Saksi dan Korban yang melengkapi UU No. 262000. 3.2.3. Pelatihan bagi Aparat Penegak Hukum Saat pemerintah hendak membentuk pengadilan HAM ad hoc untuk kasus Timor Leste, muncul gagasan memberikan pelatihan kepada jaksa dan hakim yang akan memimpin pengadilan tersebut. Sebagian besar lembaga menilai kegiatan itu tidak akan 11 Saat ini ada lima tim yang dibentuk oleh eks-tahanan politik Orde Baru untuk memperjuangkan hak-hak para perwira TNI dan pegawai negeri sipil yang dipecat dari jabatan mereka menyusul peristiwa 1965. 25 membuahkan hasil selama pemerintah tidak menunjukkan political will untuk mencari penyelesaian terhadap kasus-kasus kekerasan, dan karena itu menolak terlibat. Sejauh ini hanya The Asia Foundation yang pernah mengalokasikan dana untuk melatih beberapa hakim ad hoc selama beberapa hari di Jakarta pada tahun 2000. Organisasi perempuan sementara itu beberapa kali melakukan pertemuan dan kegiatan pelatihan bagi aparat kepolisian untuk menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Sebuah koalisi yang beranggotakan aktivis perempuan dan anggota Komnas Perempuan beberapa kali menyelenggarakan pelatihan bagi perempuan polisi yang menangani women desk di kantor-kantor polisi. Tujuannya agar para pejabat publik memiliki kepekaan terhadap masalah tersebut dan tidak hanya bersandar pada prosedur hukum formal untuk memberikan pelayanan. 3.2.4. Kampanye dan Pendidikan Publik Organisasi yang dihubungi umumnya mengaku terlibat dalam kegiatan kampanye publik yang menyoroti sistem peradilan di Indonesia, khususnya penanganan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia. Jaringan organisasi ini biasanya mengumpulkan keterangan melalui pemantauan di sidang-sidang dan mengumumkan hasilnya melalui kegiatan seminar, media massa maupun jaringan elektronik. Organisasi yang memiliki divisi bantuan hukum seperti ELSAM, YLBHI, KONTRAS dan LBH-APIK termasuk yang paling aktif menyelenggarakan kegiatan semacam ini. Saat ini KONTRAS dan PBHI masing-masing bekerja-sama dengan organisasi hak asasi manusia di dalam maupun luar negeri untuk melancarkan kampanye menentang impunity di Indonesia. Kegiatan dalam kampanye ini bermacam-macam, mulai dari menyebarkan hasil studi dan laporan pemantauan pengadilan sampai pada pengiriman delegasi ke sidang UN High Commissioner for Human Rights di Jenewa dan Parlemen Eropa. Wilayah-wilayah yang banyak mendapat sorotan dalam kampanye ini adalah Aceh dan Papua. 3.2.5. Pemantauan Persidangan Lembaga-lembaga yang relatif besar dan memiliki sumber daya cukup biasanya mengirim utusan untuk mengikuti jalannya persidangan terhadap pelaku kekerasan di berbagai wilayah. Untuk pengadilan HAM ad hoc, beberapa lembaga seperti ELSAM dan KONTRAS melakukan pemantauan yang mencatat dan merekam proses persidangan secara seksama. Hasil pemantauan kemudian diterbitkan dalam bentuk laporan berbahasa Indonesia dan Inggris. YLBHI dan PBHI juga berkali-kali mengirimkan tim yang menyaksikan proses persidangan di beberapa wilayah lain seperti Aceh dan Papua. Untuk pengadilan kasus Abepura yang akan berlangsung di Makassar, LBH Makassar akan bekerja-sama dengan ELSAM untuk melakukan pemantauan dan melaporkan hasilnya kepada publik. Laporan hasil pemantauan biasanya dibuat secara berkala dengan kesimpulan umum setelah prosesnya berakhir. PERADILAN DAN PENUNTUTAN 26 Organisasi 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. NGOs INFID • KPIKD • • KONTRAS • KPA • • LBH-APIK • • • ELSAM • • • SYARIKAT PBHI • • SNB • • TRK • • YKM • • YLBHI • • • • VIC T IM S IKOHI • LPKP • • LPR-KROB • • PAKORBA • • AC AD EM IC CSPS-UGM • PSPP-UKDW PUSHAM UII • • CERIC-UI

3.3. Reformasi Hukum dan Kelembagaan Legal and Institutional Reform