1
Bab 3 Gerakan Masyarakat Sipil dan
Transitional Justice di Tingkat Nasional
1. Pengantar
Sampai saat ini masih ada perdebatan luas mengenai batas-batas civil society di Indonesia. Dalam pemetaan ini pengertian yang digunakan adalah semua lembaga non-
pemerintah, baik yang memiliki status hukum sebagai yayasan, perhimpunan dan beberapa lembaga semi-pemerintah seperti lembaga penelitian yang berada di bawah
universitas negeri, maupun kelompok orang yang bekerja-sama berdasarkan kesamaan kepentingan maupun minat.
Para pengamat masalah sosial dan politik Indonesia sepakat bahwa gerakan masyarakat sipil ini berperan penting dalam perlawanan terhadap militerisme Orde Baru
maupun membantu memberdayakan masyarakat yang menjadi korban. Peran itu mulai dibicarakan sejak akhir 1980-an ketika kemacetan dalam proses politik menuntut orang
memikirkan jalan dan bentuk ekspresi politik baru, termasuk untuk menangani kasus- kasus pelanggaran hak asasi manusia.
Perubahan politik pertengahan 1998 membuka jalan bagi pembentukan berbagai lembaga baru, mulai dari partai politik, serikat buruh, perhimpunan jurnalis dan media
sampai organisasi keagamaan dan ornop. Lembaga advokasi hukum dan kelompok hak asasi manusia termasuk sektor yang paling pesat pertumbuhannya
1
Bagaimanapun banyak organisasi yang kemudian hanya bertahan beberapa waktu saja dan menghentikan
atau mengubah kegiatannya ketika dukungan finansial mulai merosot. Di sisi lain perkembangan penting yang patut dicatat dalam konteks penegakan
keadilan di masa transisi adalah munculnya organisasi-organisasi berbasis korban dan gerakan rakyat di tingkat komunitas yang biasa disebut organisasi rakyat OR. Mereka
juga terlibat dalam penanganan berbagai aspek penegakan hak asasi manusia, termasuk mengungkap dan mempersoalkan kasus-kasus pelanggaran semasa Orde Baru. Sebagian
tumbuh dengan dukungan berbagai NGO Non-Governmental Organisation, selanjutnya disebut LSM, Lembaga Swadaya Masyarakat, tapi dalam perumusan dan pelaksanaan
programnya relatif mandiri.
Bab ini akan menampilkan profil dan kegiatan beberapa organisasi yang bergerak di tingkat nasional, artinya mengembangkan program melintasi batas-batas propinsi dan
memusatkan perhatian pada perubahan yang berskala nasional. Hampir semua organisasi ini berkantor di Jakarta, yang merupakan pusat pemerintahan dan sekaligus pusat
1
Sebuah laporan UN Support Facility for Indonesian Recovery mencatat bahwa sejak 1998 jumlah lembaga yang bergerak di bidang ini meningkat dua belas kali lipat. Lihat Frank Feulner, “Consolidating
Democracy in Indonesia: Contributions of Civil Society and the State. Part One: Civil Society”, Working Paper No. 0104. Jakarta: UNSFIR, October 2001.
2 kekuasaan, atau kota besar lain di Pulau Jawa seperti Yogyakarta. Kenyataan ini kadang
menimbulkan ketegangan karena adanya “bias Jakarta” atau “bias Jawa” yang menganggap apa pun yang terjadi atau ditangani di Jakarta sebagai masalah nasional.
2
2. Organisasi dan Kelompok