Semakin amburadul regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada
masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk
berkontribusi kepada masyarakat. Memang tidak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa tanggung jawab sosial
bukanlah aktivitas utama bagi pelaku bisnis. Fokus utama bisnis adalah mendongkrak laba. Mereka mengakui perlunya tanggung jawab sosial, namun sifatnya hanya
instrumental. Maksudnya, tanggung jawab sosial perusahaan hanya sekedar sarana untuk menggapai maksimalisasi profit sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa
perusahaan melihat tanggung jawab sosial perusahaan sebagai hal eksternal dalam kegiatan bisnis. Ironisnya, dengan berbagai alasan, barangkali penganut aliran inilah
yang dominan saat ini Wibisono, 2007:34. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini, perusahaan
memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya, melainkan sentra laba di masa mendatang.
Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan. Hal ini akan terasa ketika
perusahaan tengah berada di masa-masa sulit akibat dilanda krisis atau pun terpaan publisitas negatif.
II.3.2 Lingkup Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif. Bentuk
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam dari yang bersifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas, dari yang bernuansa
abstrak sampai pada bentuk yang konkrit. Pada dasarnya tidak terkait dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, seperti sebuah reklame tetapi tidak berisi produk dari
si pembuat reklame. Suatu kegiatan disebut CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut Rahman,
2009:13 : 1.
Continuity and Sustainability Berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan unsur vital dari CSR. Suatu
kegiatan amal yang berdasar trend ataupun insidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term perspective bukan instant, happenning, atau pun
booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang terencana, sistematis, dan dapat dievaluasi.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Perusahaan hendaknya mendorong kesejahteraan sosial dengan memberdayakan masyarakat dan menjadikannya mandiri.
3. Two Ways
Artinya program CSR bersifat dua arah. Perusahaan bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tapi juga harus mampu mengetahui dan mendengarkan kebutuhan
masyarakat.
Corporate Social Responsibility merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah
Universitas Sumatera Utara
pelanggan costumers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier, kompetitor dan masyarakat luas.
Kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikategorikan dalam 3 orientasi Rudito, 2007:210-212 :
1. Strategi Public Relations
Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat, khususnya komunitas, dengan menanamkan
persepsi yang baik tentang perusahaan. Tertanam di benak masyarakat bahwa perusahaan yang bersangkutan selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk
kegiatan sosial. 2.
Strategi Defensif Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif
masyarakat luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan, dan biasanya untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan komunitas atau masyarakat yang
sudah terlanjur berkembang. Prinsinya hampir sama dengan bentuk kegiatan PR, akan tetapi berbeda pada proses kejadian. Usaha CSR yang dilakukan adalah untuk
merubah anggapan yang berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang bersifat positif. Hal ini berkaitan
dengan usaha membersihkan nama baik yang telah beredar secara luas. 3.
Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan itu.
Kegiatan usaha dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap
komunitas dan masyarakat luas. Kegiatan CSR dari perusahaan yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
didorong oleh kebudayaan yang berlaku di perusahaan, sehingga secara otomatis dalam kegiatan CSR perusahaan yang bersangkutan sudah tersirat etika dari
perusahaan tersebut. Menurut Erni Ernawan 2007:114, setidaknya ada empat lingkup tanggung
jawab sosial perusahaan : 1.
Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas.
2. Keuntungan ekonomis, karena akan menimbulkan citra positif bagi perusahaan, hal
ini akan membuat masyarakat lebih menerima kehadiran produk perusahaan. 3.
Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik dalam kegiatan bisnis atau kegiatan sosial, agar bisnis berjalan baik dan teratur.
4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak tertentu yang terkait
dengan kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.
Yusuf Wibisono, mengemukakan beberapa contoh ruang lingkup CSR yang diklarifikasikan dalam beberapa bidang :
1. Bidang Sosial antara lain : a.
Pendidikan dan Pelatihan -
Program beasiswa atau anak asuh -
Bantuan sarana pendidikan -
Bantuan perpustakaan sekolah -
Pelatihan keterampilan Karang Taruna, dll b.
Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
- Pengobatan umum
- Khitanan massal
- Program kegiatan olahraga dan bantuan sarananya, dll
c. Kesejahteraan sosial
d. Kepemudaan
e. Keagamaan
f. Kebudayaan, dll
2. Bidang Ekonomi antara lain : a.
Kewirausahaan b.
Pembinaan UKM c.
Agribisnis d.
Pembukaan lapangan kerja e.
Sarana dan prasarana ekonomi, dll 3. Bidang Lingkungan antara lain :
a. Penggunaan energi secara efisien
b. Proses produksi yang ramah lingkungan
c. Pengendalian polusi
d. Penghijauan dan pelestarian alam
e. Pengelolaan air
f. Pengembangan ekowisata
g. Perumahan dan pemukiman, dll Wibisono, 2007:133-136.
II.3.3 Manfaat CSR Bagi Perusahaan