- Pengobatan umum
- Khitanan massal
- Program kegiatan olahraga dan bantuan sarananya, dll
c. Kesejahteraan sosial
d. Kepemudaan
e. Keagamaan
f. Kebudayaan, dll
2. Bidang Ekonomi antara lain : a.
Kewirausahaan b.
Pembinaan UKM c.
Agribisnis d.
Pembukaan lapangan kerja e.
Sarana dan prasarana ekonomi, dll 3. Bidang Lingkungan antara lain :
a. Penggunaan energi secara efisien
b. Proses produksi yang ramah lingkungan
c. Pengendalian polusi
d. Penghijauan dan pelestarian alam
e. Pengelolaan air
f. Pengembangan ekowisata
g. Perumahan dan pemukiman, dll Wibisono, 2007:133-136.
II.3.3 Manfaat CSR Bagi Perusahaan
Banyak pemerhati sosial dan pakar ilmu sosial dan kemanusiaan mengkaitkan tanggung jawab sosial perusahaan dengan etika. Hal ini terjadi karena perusahaan dan
Universitas Sumatera Utara
pelaku usaha kerap kali dianggap sebagai makhluk yang buas, yang hanya memperhatikan kepentingan sendiri, menghalalkan segala cara dalam rangka
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kerusakan lingkungan dan kesengsaraan masyarakat yang diakibatkan oleh praktek ekonominya.
Karena itu, perubahan paradigma dunia usaha untuk tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi harus pula bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi
sosial dengan mengimplementasikan CSR terus mengalami perkembangan Siagian, 2010:68.
Thomas Jones, pakar ekonomi pembangunan Amerika pernah melakukan penelitian berkenaan dengan manfaat tanggung jawab sosial perusahaan bagi
perusahaan yang menerapkannya dengan baik. Hasil penelitian tersebut antara lain menyimpulkan, ditemukan korelasi positif antara peran perusahaan dalam implementasi
program tanggung jawab sosial perusahaan dengan peningkatan keuangan perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini berhasil menepis kecenderungan banyak pelaku usaha yang
memandang tanggung jawab sosial perusahaan hanya sebagai biaya yang harus ditanggung atau dikeluarkan, tanpa terkait dengan hasil atau keuntungan perusahaan.
Ada beberapa manfaat dan keuntungan bagi perusahaan bila mengimplementasikan CSR, yang diantaranya dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra perusahaan.
2. Layak mendapatkan social license to operate.
Program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi
perusahaan. 3.
Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Karena itu, menempuh langkah antisipatif dan
preventif melalui penerapan CSR merupakan upaya investatif yang dapat menurunkan resiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber daya.
Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber
daya yang diperlukan perusahaan. 5.
Membentangkan akses menuju market. Program CSR dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang besar yang
terbuka lebar, termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.
6. Meningkatkan hubungan dengan stakeholder.
Implementasi CSR dapat membentuk kepercayaan kepada perusahaan. 7.
Meningkatkan hubungan dengan pemerintah. Perusahaan yang menerapkan program CSR pada dasarnya mampu meringankan
beban pemerintah sebagai regulator yang menjadi penanggung jawab utama untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan.
8. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan sehingga wajar bila
karyawannya menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu citra perusahaan yang baik dimata stakeholdernya merupakan ‘vitamin’ tersendiri bagi
karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya.
Universitas Sumatera Utara
9. Peluang mendapatkan penghargaan.
Wibisono, 2007:78-81 Kegiatan CSR yang dijalankan perusahaan bukan hanya sebagai tuntutan dunia
usaha namun menjadi semakin jelas untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan citra perusahaan.
Bagi masyarakat, pelaksanaan CSR diharapkan akan dapat membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Setiap kegiatan
tersebut diharapkan akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta
kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus
merespon dan mengembangkan tanggung jawab sosial perusahaan sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh
karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya
ketidaknyamanan pada masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan
kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik bisa berasal akibat
dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan Wibisono, 2007:71-72.
Buahnya, perusahaan tidak saja mendapat citra positif, tapi kepercayaan dan
dukungan penuh dari masyarakat. II.3.4 Perkembangan CSR di Indonesia
Sebagai sebuah konsep, CSR boleh dikatakan menjadi konsep yang tengah ramai dibicarakan. CSR menjadi tren global dimana-mana, perusahaan berlomba-lomba
melaksanakannya tidak hanya di pentas internasional tapi juga di Indonesia. Sejarah kehadiran CSR di Indonesia dipengaruhi perkembangan yang
berlangsung di negara-negara lain. Perkembangan ini didukung oleh sikap politik ekonomi pemerintah Indonesia yang senantiasa membuka diri terhadap penanaman
modal asing. Sejarah kehadiran CSR berkaitan erat dengan perilaku sosial para penanam modal internasional atau perusahaan multi nasional yang melakukan aktivitas ekonomi
di Indonesia. Perkembangan signifikan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
ditandai dengan adanya undang-undang tentang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 UUPT, disahkan pada tanggal 20 Juli 2007 yang mengharuskan Perseroan untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial. Pada pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya ini, perusahaan
Universitas Sumatera Utara
khususnya Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat
Wibisono, 2007. Saidi dan Abidin dalam Siagian, 2010:78 mengemukakan sedikitnya ada empat
model atau pola CSR yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia, yaitu : 1.
Model keterlibatan langsung Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program
tanggung jawab sosial perusahaan. 2.
Model yayasan atau organisasi sosial perusahaan Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi untuk mengimplementasikan
program tanggung jawab sosial perusahaan. 3.
Model bermitra dengan pihak lain Pihak perusahaan melakukan kerja sama dengan organisasi lain, dimana
organisasi mitra kerja sama tersebutlah yang mengelola pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Model mendukung dan bergabung dalam konsortium
Sejumlah perusahaan bekerja sama mendirikan organisasi sosial, yang selanjutnya organisasi sosial ini yang secara langsung bertanggung jawab dalam
melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Di Indonesia, saat ini memang belum memiliki acuan pelaksanaan CSR. Kecenderungan pelaksanaan CSR di Indonesia sangat bergantung pada chief executive
officer CEO korporasi. Artinya, jika CEO memiliki kesadaran moral bisnis berwajah manusiawi, besar kemungkinan korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR yang
Universitas Sumatera Utara
layak. Sebaliknya, jika orientasi CEO-nya hanya berkutat pada kepentingan dan kepuasan pemegang saham serta mengejar prestasi pribadi, boleh jadi kebijakan CSR
hanyalah sekedar kosmetik Wibisono, 2007:38. Hingga saat ini, implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
masih belum dipraktekkan oleh banyak perusahaan secara baik. Padahal kekuatan yang terpendam berkenaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia ini sangat
besar. Masalah kerusakan lingkungan, pendidikan, kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, dan kemiskinan masih membelit masyarakat. Sayangnya, kondisi semacam
ini baru ditangkap oleh segelintir perusahaan di Indonesia. Peta praktik CSR di Indonesia memang masih didominasi oleh sejumlah perusahaan besar.
II.4 CITRA PERUSAHAAN II.4.1 Pengertian Citra