LATAR BELAKANG PENELITIAN PENDAHULUAN

5 di Indonesia. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa remaja perlu dibantu untuk berfungsi secara optimal atau berkembang secara positif. Sekitar 66 juta jiwa penduduk Indonesia adalah remaja. Untuk mendukung perkembangan optimal remaja Indonesia dan menyukseskan program revolusi mental, intervensi syukur perlu mendapat tempat dalam pembinaan kaum remaja. Hal ini mendorong peneliti melakukan percobaan efektivitas intervensi syukur terhadap peningkatan kebahagiaan remaja di Indonesia. Sedikit sekali penelitian tentang hubungan antara syukur dan kebahagiaan dengan subjek remaja Indonesia. Penelitian tentang hubungan antara gratitude dan happiness yang pernah dilakukan di Indonesia melibatkan subjek mahasiswa Djudiah, Sumantri, Harding, 2015; Safaria, 2014, dan beberapa penduduk Yogyakarta yang selamat dari bencana Gunung Merapi tahun 2010 Subandi, et al, 2014. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas metode menulis surat syukur selama 5 hari terhadap peningkatan SWB remaja SMA yang tinggal di asrama.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan utama penelitian ini yaitu apakah kebiasaan bersyukur atau gratitude dapat meningkatkan kebahagiaan remaja? Apakah remaja yang mengungkapkan syukurnya dalam gratitude letters, mengalami peningkatan kebahagiaan secara signifikan? Apakah tingkat kebahagiaan remaja yang menulis surat syukur berbeda secara signifikan dengan remaja yang tidak menulis surat syukur? 6

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian bertujuan menguji efektivitas intervensi syukur dalam bentuk menulis surat syukur terhadap peningkatan kebahagiaan remaja.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memperkaya teori tentang efektivitas intervensi syukur terhadap peningkatan Subjective Well-Being atau kebahagiaan remaja. Penelitian ini akan memperkuat bukti bahwa metode menulis surat syukur gratitude letter merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam meningkatkan kebahagiaan remaja.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan membantu remaja meningkatkan kebahagiaan mereka dengan cara yang tepat. Tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi mendorong munculnya perilaku sosial dan motivasi belajar yang baik. Kebiasaan bersyukur dan kebahagiaan membantu remaja berkembang secara optimal. Penelitian ini dapat bermanfaat juga bagi kalangan lain di luar kaum remaja, untuk meningkatkan kebahagiaan mereka dengan kebiasaan mengungkapkan rasa syukur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. SUBJECTIVE WELL-BEINGKEBAHAGIAAN

1. Definisi Subjective Well-Being SWB

Dalam literatur psikologi, SWB sering dipakai sebagai sinonim dari kata happiness atau kebahagiaan Snyder, Lopez, Pedrotti, 2011. Kata subjektif berarti kebahagiaan itu berasal dari penilaian pribadi seseorang terhadap kehidupannya sendiri bukan penilaian orang lain atau pengamat Baumgardner Crother, 2009. Diener 1984; Diener, 2002, dalam Snyder, Lopez Pedrotti, 2011; Diener, 2009 membagi definisi well-being dalam 3 kelompok. Pertama, kebahagiaan telah didefinisikan berdasarkan kriteria eksternal seperti keutamaan dan kesucian. Secara normatif kebahagiaan bukan pikiran tentang suatu keadaan subjektif, tetapi berarti memiliki beberapa kualitas yang diinginkan. Aristoteles menulis bahwa eudamonia kebahagiaan diperoleh terutama dengan menjalani sebuah hidup yang luhur, bukanlah perasaan sukacitasenang semata Diener, 2009. Eudamonia bukanlah kebahagiaan seperti yang dipahami dunia modern tetapi suatu keadaan yang dikehendaki yang dinilai dari suatu kerangka nilai khusus yang bersifat objektif. Kebahagiaan dalam konteks ini didasarkan pada kerangka nilai dari pengamat atau orang lain Snyder, Lopez, Pedrotti, 2011. 8 Kedua, ilmuwan sosial berfokus pada pertanyaan tentang apa yang mengarahkan orang-orang untuk mengevaluasi hidup mereka secara positif Diener, 1984; Diener, Oishi, Lukas, 2009. Chekola 1975, dalam Diener 1984 mendefinisikan kebahagiaan sebagai kepuasan yang harmonis terhadap keinginan dan tujuan-tujuan hidup. Ketiga, kebahagiaan adalah keadaan yang menunjukkan superordinasi afek positif terhadap afek negatif Larsen Eid, 2009. Definisi ini menekankan pentingnya pengalaman emosional yang menyenangkan. Kebahagiaan dalam arti subjective well-being tampak dalam definisi kedua dan ketiga. Definisi tersebut menunjukkan dua unsur penting SWB yaitu kepuasan hidup dan perasaan positif. Dengan demikian, SWB adalah kombinasi dari perasaan-perasaan positif, ketiadaan atau kurangnya perasaan-perasaan negatif dan kepuasan hidup secara umum. Kepuasan hidup merupakan penghargaan positif terhadap apa yang dialami dan diperoleh dalam hidup seseorang. Diener, 1984; Diener, Oishi, Lucas, 2009. Komponen afektif merupakan reaksi-reaksi emosional terhadap peristiwa-peristiwa hidup individu Diener, Oishi, Lucas, 2009 Dalam perkembangan, unsur-unsur SWB tidak hanya mencakup kepuasan hidup secara global tetapi juga domain satisfaction atau kepuasaan dalam aspek-aspek penting kehidupan manusia Schimmack, 2008. Diener et al. 1999, dalam Sirgy, 2012 mendefinisikan subjective well-being sebagai suatu kategori fenomena yang luas yang mencakup 9 respon-respon emosi seseorang komponen afektif, kepuasaan dalam aspek-aspek hidup manusiadomain satisfaction dan penilaian global terhadap kepuasan hidup manusia komponen kognitif. Penelitian ini menggunakan definisi SWB dari Diener 1984; 2009; Diener, et al., 2009, yaitu evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap kehidupannya. Evaluasi kognitif mencakup kepuasan hidup dan kepuasan dalam aspek-aspek hidup individu karena didasarkan pada keyakinan-keyakinan individu terhadap kehidupannya. Evaluasi afektif mencakup emosi positif dan negatif individu yang merupakan reaksi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa hidupnya Diener, Oishi, Lukas, 2009; Schimack, 2008.

2. Komponen Subjective Well-Being

Kebahagiaan subjektif memiliki dua komponen utama yaitu komponen kognitif dan afektif. Komponen kognitif terdiri atas kepuasan hidup secara global global life satisfaction dan kepuasan dalam aspek- aspek kehidupan penting individu domain satisfaction. Komponen afektif mencakup perasaan-perasaan positif positive affects dan perasaan- perasaan negatif negative affects Diener, 1984; Schimmack, 2008. a. Komponen Kognitif Komponen kognitif dari subjective well-being atau sering disebut cognitive well-being, terdiri dari life satisfactionLS dan domain satisfactionDS. Kedua unsur ini merupakan komponen kognitif karena didasarkan pada sikap evaluatif atau keyakinan-keyakinan seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI