Gratitude Letters : Manfaat Menulis

25 callosum dimana serat optik menghubungkan otak kiri dan kanan, semakin tebal sehingga meningkatkan kemampuan remaja memroses informasi Gield, 2008 dalam Santrock, 2011. Remaja juga mengalami perkembangan seksual. Remaja cenderung melakukan eksplorasi dan eksperimen seksual. Sebagian remaja mampu mengembangkan identitas seksual yang matang namun sebagian besar mengalami masa yang rentan dan membingungkan. Remaja perlu dibantu mengembangkan identitas seksual yang positif yang mencakup aktivitas seksual, minat, gaya perilaku dan indikasi yang mengarah pada orientasi seksual jelas. b. Perkembangan kognitif Teori perkembangan kognitif Piaget menempatkan remaja dalam tahap operasional formal. Pemikiran remaja lebih bersifat abstrak dibandingkan pemikiran operasional konkret. Kualitas abstrak pemikiran remaja tampak dalam kemampuan mereka memecahkan masalah secara verbal Santrock 2011. Selain itu pemikiran operasional formal remaja cenderung idealis. Remaja juga mampu berpikir logis dan memecahkan masalah melalui trial-and-error. Remaja mulai mampu mengembangkan hipotesis untuk memecahkan masalah dan secara sistematis memecahkan masalah dengan langkah- langkah deduktif. Perkembangan kognitif juga memengaruhi relasi sosial. Remaja mulai mampu memikirkan realitas sosial orang lain. Maier 1969, 26 dalam Croxford, 2011 mengatakan bahwa remaja mulai merefleksikan konsep keadilan dalam cara pandang yang berbeda melalui konsep- konsep yang relatif. Remaja juga mengalami situasi-situasi yang menuntut kemampuan mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan kognitif yang baik memampukan remaja mengambil keputusan yang benar. Kemampuan nalar memungkinkan remaja memahami hidupnya dan mampu memberikan penilaian atas kehidupannya Croxford, 2011 c. Perkembangan sosioemosi Erikson 1950, 1968 dalam Berk, 2007 memandang penemuan identitas sebagai pencapaian perkembangan kepribadian remaja yang utama. Masa remaja merupakan masa krusial untuk menjadi orang dewasa yang produktif dan bahagia. Remaja mengalami konflik psikososial yaitu identitas vs kebingungan peran. Erikson 1950, 1968 dalam Santrock 2011 mengatakan bahwa pada masa ini, remaja harus memutuskan siapa dan bagaimana dirinya serta tujuan apa yang hendak dicapai. Remaja yang berhasil mengatasi konflik psikososial ini tumbuh menjadi remaja yang mengenal diri sendiri dan merasa nyaman dengan dirinya Erikson, 1968 dalam Berk, 2007. Sebaliknya, remaja yang gagal mengatasi krisis identitas akan mengalami kebingungan identitas Santrock 2011. Remaja ingin mengubah relasinya dengan orangtuanya karena keinginan untuk menjadi otonom. Kemampuan remaja untuk mencapai otonomi dan kemampuan mengendalikan tingkah lakunya sendiri 27 terjadi karena pengaruh reaksi-reaksi yang tepat dari orang dewasaorang tua terhadap hasrat remaja untuk memperoleh kendali Laursen Collins, 2009, dalam Santrock 2011. Remaja akan mencapai otonomi yang tepat jika orang dewasa secara bijaksana mengurangi kendali dalam bidang-bidang di mana remaja dapat mengambil keputusan yang rasional. Santrock, 2011. Kecenderungan mengejar otonomi pada masa remaja mengakibatkan banyak konflik dengan orang tua. Remaja ingin berperan mandiri sebagaimana orang tua. Negosiasi adalah cara yang baik untuk mengatasi konflik tersebut. Konflik merupakan bagian dari proses normatif dalam tahap perkembangan dalam rangka menciptakan relasi orang tua-remaja yang lebih seimbang Collins, et al., 1997 dalam Croxford, 2011. Remaja yang cenderung ingin mandiri akan menghadapi dunia pergaulan yang lebih luas. Mereka mulai bergaul dengan teman sebaya dan membangun persahabatan atau terlibat dalam kelompok-kelompok sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya membuat remaja berada dalam konflik antara menjadi diri sendiri atau tenggelam dalam kelompok Hook, 2002 dalam Croxford, 2011. Tugas remaja adalah menemukan keseimbangan antara mengembangkan pertemanan yang suportif dan usaha memelihara kemandirian dirinya Croxford, 2011. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI