BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Studi deskriptif yang dimaksudkan adalah peneliti ingin mendapatkan kejelasan dengan
mendeskripsikan data-data yang diperoleh, sedangkan studi kualitatif adalah proses studi yang digunakan untuk memahami fenomena sosial atau masalah
manusia secara lebih mendalam. Dalam penelitian kualitatif, peneliti membuat suatu gambaran atas suatu fenomena secara kompleks, melaporkan data-data rinci
dari sumber informan, dan melakukan penelitian dalam setting yang alami serta mementingkan kedekatan dengan penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh
pemahaman yang lebih jelas tentang realitas nyata mengenai apa yang diteliti. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi.
Pendekatan fenomenologi merupakan sebuah studi yang menggambarkan makna dari pengalaman hidup dari beberapa individu tentang sebuah konsep atau
fenomena Creswell, 1994. Dalam penelitian ini berfokus pada pemahaman makna dari pengalaman aktualisasi diri yang dialami aktivis Gerakan Mahasiswa
berdasarkan teori Carl Rogers.
51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian dalam penelitian ini adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah proses individu untuk menjadi diri sendiri dan berusaha ke
arah pertumbuhan diri yang optimal. Berdasarkan penekanan teori aktualisasi diri Carl Rogers yang menggunakan sudut pandang humanistik, maka karakteristik
aktualisasi diri yang digunakan dalam penelitian ini juga cenderung melihat dalam arah yang positif humanistik pula. Proses tersebut ditandai dengan adanya
pergerakan menuju ke arah individu yang berfungsi penuh fully functioning person, dengan tiga karakteristik proses pergerakan yaitu adanya peningkatan
keterbukaan pada pengalaman, peningkatan hidup secara eksistensial, dan peningkatan kepercayaan pada organisme pada individu.
1. Peningkatan keterbukaan pada pengalaman
a. Menerima dalam kesadaran setiap stimulus seperti warna, suara, konfigurasi
bentuk, kenangan masa lalu, ataupun sensasi kengerian, jijik, atau kesenangan yang sedang dialami.
b. Bersikap terbuka dan bebas mengalami rasa senang, kagum, kelembutan hati,
keberanian atau lainnya secara subyektif, sebagaimana perasaan-perasaan tersebut ada dalam dirinya.
c. Tidak mempersepsi realitas sesuai dengan apa yang sudah dipersepsikan
sebelumnya. d.
Memiliki kepercayaan yang tidak kaku dan dapat mentoleransi ambiguitas suatu hal yang bermakna mendua.
e. Bersikap realistik dapat melihat secara senyatanya ketika menghadapi orang-
orang baru, situasi baru, dan berbagai masalah baru. 2.
Peningkatan hidup secara eksistensial a.
Melihat setiap momen kehidupan sebagai sesuatu yang baru belum pernah ada sebelumnya dan berfokus pada masa sekarang.
b. Munculnya diri dan kepribadian dari pengalaman yang sedang dialami.
c. Menjadi partisipan dalam, pengamat dari proses, dan menyerahkan diri pada
kemungkinan-kemungkinan yang sedang berkembang. d.
Bersikap tidak kaku rigid, sanggup berubah, dan adaptif atas pengalaman. 3.
Peningkatan kepercayaan pada organisme a.
Percaya pada penilaian keputusan perilaku yang akan diambil pada situasi yang dihadapi berdasar pada diri sendiri, yaitu tidak tergantung pada prinsip
pemandu kode-kode yang ditanamkan suatu kelompok atau institusi penilaian orang lain istri, teman, dan lain-lainnya pengalaman masa lalu saat menghadapi
situasi yang sama. b.
Melakukan apa yang “dirasa benar” dalam memilih perilaku yang paling memuaskan ketika menghadapi suatu situasi baru.
c. Perilaku yang dipilihnya akan cenderung memuaskan semua kebutuhannya,
kebutuhan untuk mengembangkan diri, berafiliasi dengan orang lain, dan lain sebagainya.
d. Percaya pada reaksi-reaksi inner yang dialami bersifat intuitif dalam
menghasilkan perilaku-perilaku untuk mengatasi masalahnya. 53
e. Mengekspresikan keinginan, seperti keinginan marah, afeksi, afiliasi, atau
relasi ketika “merasa akan” mengekspresikan keinginan tersebut dan merasakan bahwa ekspresi ini memuaskan Rogers, 1961.
C. Subjek Penelitian