adanya kebebasan, dan kreativitas. Meskipun demikian, peneliti hanya menggunakan tiga karakteristik individu yang berfungsi penuh, yang mana
menggunakan penjelasan teoritis berdasarkan pada teori asli Rogers 1961 agar tidak terjadi interpretasi yang berlebihan. Karakteristik tersebut yaitu adanya
peningkatan keterbukaan pada pengalaman, peningkatan hidup secara eksistensial, dan peningkatan kepercayaan pada organismenya.
3. Aktualisasi Diri atau Proses Menuju Individu Yang Berfungsi Penuh
The Fully Functioning Person
Rogers dalam Schultz, 1991 mengungkapkan bahwa individu yang bertambah besar usianya bertambah, akan mengalami perkembangan “diri”.
Pada masa ini, aktualisasi individu akan berubah dari segi fisiologis ke segi psikologis atau berpusat pada kepribadian. Perubahan itu mulai pada masa kanak-
kanak dan selesai pada akhir masa remaja. Setelah “diri” mulai muncul, maka tendensi aktualisasi akan mulai menjadi aktualisasi diri. Hal ini dapat dikatakan
bahwa aktualisasi diri mulai berlangsung pada masa akhir remaja, lalu memasuki masa dewasa awal, dan akan terus berlangsung sampai sepanjang hidup individu.
Aktualisasi diri merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus pada kehidupan setiap individu.
Rogers 1959 mengungkapkan bahwa diri merupakan bagian dari medan fenomenal yang terdeferensiasikan pemisahan dari medan fenomenal.
Diri berisi persepsi-persepsi pola pengamatan dan penilaian sadar tentang sifat- sifat dari diri subjek atau diri obyek dan tentang hubungan-hubungan antara diri
subjek atau diri obyek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini dalam Hall Lindzey,
1993. Rogers 1961 mengemukakan bahwa aktualisasi diri adalah suatu
proses individu untuk menjadi diri sendiri, mengungkapkan potensi-potensi psikologis yang unik, dan berusaha ke arah pertumbuhan diri yang optimal
sehingga menjadi individu yang berfungsi penuh the fully functioning person. Individu yang mengaktualisasikan diri akan terlihat paling jelas ketika individu
diamati dalam jangka waktu yang lama. Menurut Rogers, menjadi individu yang berfungsi penuh itu merupakan sesuatu yang utopis dan tidak akan pernah dicapai
individu dalam kehidupannya. Individu yang ideal ini hanya akan menjadi arah hidup bagi seseorang. Individu dikatakan lebih baik apabila ia berusaha berproses
untuk menuju menjadi individu yang ideal dibandingkan dengan individu yang tidak berproses dalam Cremers, 1987. Individu yang mengalami proses
aktualisasi diri menuju keberfungsian penuh inilah yang merupakan individu yang sehat.
Menurut Rogers 1961, proses pergerakan menjadi individu yang berfungsi penuh melibatkan tiga karakteristik yaitu adanya peningkatan
keterbukaan pada pengalaman, peningkatan hidup secara eksistensial, dan adanya peningkatan kepercayaan pada organismenya. Karakteristik pertama yaitu adanya
peningkatan keterbukaan pada pengalaman. Individu yang memiliki keterbukaan pada pengalaman tidak akan menolak atau mengantisipasi pengalaman-
pengalaman yang dianggap mengancam. Pengalaman yang mengancam ini 40
dipahami sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan gambaran dirinya atau lingkungan di luar dirinya. Keterbukaan pada pengalaman menjadikan individu
dapat melihat secara akurat berbagai pengalaman, perasaan, dan berbagai reaksi yang tidak sesuai gambar diri yang dimilikinya. Apabila individu telah mencapai
keterbukaan terhadap pengalaman maka ia akan secara penuh terbuka untuk menerima setiap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal, tanpa
terdistorsi oleh mekanisme pertahanan apapun. Individu akan menghidupi semua stimulus yang ada pada dirinya dan akan menerimanya secara lengkap dalam
kesadarannya. Individu yang terbuka pada pengalaman juga akan merasa bebas menghidupi perasaan, sikap, pengalaman-pengalaman sebagaimana adanya.
Karakteristik kedua dari proses menjadi individu yang berfungsi penuh menurut Rogers yaitu adanya peningkatan hidup secara eksistensial. Individu
yang terbuka pada pengalamannya akan cenderung hidup secara penuh di setiap momen hidupnya. Individu mampu menganggap setiap momen tersebut sebagai
sesuatu yang baru. Individu yang hidup dalam momen berarti bahwa ia tidak kaku dan akan membentuk diri dan kepribadiannya berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang dialami dan dihidupinya. Ia akan rela menjadi suatu proses secara terus menerus atau menjadi partisipan dalam proses tersebut. Individu yang
hidup dalam momen juga akan cenderung menjadi seseorang yang adaptif secara maksimum, menjadi organisme yang mengalir dan sanggup berubah.
Karakteristik ketiga yaitu adanya peningkatan kepercayaan pada organismenya. Kemampuan individu untuk terbuka pada pengalaman dan hidup
secara penuh di dalam dan dengan setiap perasaan maupun reaksi-reaksinya akan 41
membuatnya mengindera seakurat mungkin terhadap situasi eksistensial yang dihadapi. Hal ini mengarahkan individu untuk menggunakan semua informasi
yang dimiliki kemudian menggunakannya dalam kesadarannya. Setelah itu, individu akan mampu memilih secara bebas atas berbagai kemungkinan perilaku
yang dianggap paling memuaskan saat ini. Pada keberfungsian ini, individu mampu menaruh kepercayaan lebih pada organismenya karena ia dapat secara
penuh terbuka pada konsekuensi-konsekuensi atas setiap perilaku yang dilakukannya apabila perilaku tersebut terbukti kurang memuaskan.
Rogers 1961 juga mengungkapkan bahwa individu yang memiliki keterbukaan pada pengalaman menjadi lebih mampu mengalami seluruh
pengalamannya. Ia menjadi tidak lagi begitu takut pada perasaan-perasaannya dan lebih terbuka pada berbagai sumber. Ia juga terlibat secara penuh dalam proses
“mengada” dan menjadi dirinya sendiri. Dengan demikian, individu akan realistis dan penuh bersifat sosial, hidup lebih penuh dalam momen saat ini serta akan
belajar memaknai momen hidup yang sedang dialaminya. Pada akhirnya, individu akan menjadi organisme yang berfungsi secara penuh dan karena kesadaran akan
dirinya sendiri yang mengalir bebas melalui keterlibatan dalam pengalamannya maka ia akan menjadi orang yang lebih berfungsi secara penuh.
Selain itu, Rogers 1961 mengatakan bahwa individu yang terbuka terhadap pengalaman akan memiliki kepercayaan pada kemampuannya dalam
membentuk hubungan baru dengan lingkungannya. Hal ini akan membuat individu mampu menjadi individu yang hidup kreatif dan konstruktif dalam tiap
momen hidupnya secara harmonis. Individu tersebut juga paling mungkin untuk 42
dapat beradaptasi dan survive bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah- ubah. Ia akan mampu membuat penyesuaian yang benar pada kondisi-kondisi
yang baru maupun yang lama.
B. Aktivis Gerakan Mahasiswa