BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. John Dewey dalam Veerger, 1985, filsuf sosial Amerika, mengemukakan bahwa ada tiga pendapat
mengenai konsep masyarakat dan hubungannya dengan individu. Konsep yang pertama yaitu individu ada untuk masyarakat, kedua bahwa masyarakat ada untuk
individu, dan ketiga masyarakat dan individu saling tergantung dan berkorelasi satu sama lain. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai individu yang merupakan
bagian dari masyarakat sudah sewajarnya apabila mereka ikut berpartisipasi aktif atau berkontribusi dalam memajukan masyarakatnya.
Mahasiswa memiliki citra akademis dengan kemampuan nalar logis, kritis, dan sistematis. Mahasiswa juga dikatakan memiliki kesadaran akan tugas
bagi perubahan dan kemajuan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Apabila dilihat dari perspektif tanggung jawabnya, mahasiswa dilihat sebagai perintis
perubahan dan perbaikan agent of social change bagi kemajuan masyarakatnya. Mereka juga diharapkan agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang ada.
Pada proses pematangan selanjutnya, mereka diharapkan memiliki ide-ide atau konsep-konsep yang berhubungan dengan persoalan real dalam kehidupan
masyarakatnya http:www.bigs.or.idbujet5-3artikel4.htm. Arbi Sanit 1990, tokoh intelektual yang aktif mengikuti perkembangan
Gerakan Mahasiswa, juga mengemukakan dua peran pokok pemuda mahasiswa.
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peran pertama adalah sebagai kekuatan korektif terhadap penyimpangan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
mahasiswa sebagai pemuda sebaiknya tidak tinggal diam ketika ada penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Peran kedua adalah sebagai
penerus kesadaran masyarakat luas akan problema masalah yang ada dan menumbuhkan kesadaran tersebut untuk menerima alternatif perubahan yang
dikemukakan atau didukung oleh pemuda itu sendiri sehingga masyarakat berubah ke arah kemajuan dalam Widjojo, 1999.
Mahasiswa dalam merealisasikan perannya, tentunya dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang
dialaminya, yaitu berada pada masa remaja akhir atau memasuki masa dewasa awal. Hurlock 1980 mengungkapkan bahwa remaja akhir memiliki beberapa
karakteristik. Remaja akhir dalam konteks ini adalah mahasiswa. Karakteristik pertama, yaitu emosi mahasiswa cenderung meninggi. Mahasiswa memiliki
keinginan untuk memberontak, tidak akan tinggal diam, dan melakukan perubahan ketika melihat sesuatu yang tidak disukainya. Karakteristik kedua yaitu
mahasiswa berusaha untuk mencari identitas diri, terkait penjelasan mengenai siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Karakteristik ketiga, yaitu
mahasiswa memiliki idealisme atau cita-cita, yang mana terkadang idealisme tersebut tidak realistik. Karakteristik keempat, yaitu mahasiswa bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka terlihat menginginkan dan menuntut suatu kebebasan, tetapi mereka cenderung takut bertanggung jawab
pada akibat yang ditimbulkan. 2
Mahasiswa merupakan bagian dari pemuda. Karakteristik mahasiswa menurut Hurlock sejalan dengan pandangan Depernas Dewan Perancang
Nasional yang mengemukakan bahwa sifat khas pemuda cenderung semakin berani, dinamis, revolusioner, radikal, dan kritis. Depernas 1961-1969 juga
menyatakan bahwa semakin berkembangnya pengertian dan penghargaan akan nilai-nilai pada diri mahasiswa, maka akan semakin terbentuk pandangan hidup
dan cita-citanya. Cita-cita mahasiswa tersebut sudah berorientasi pada kegiatan- kegiatan sosial, tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga dan sekolahnya
dalam Surakhmad, 1980. Karakteristik-karakteristik mahasiswa itu, mungkin dapat membantu atau menghalangi kemampuan mahasiswa dalam
mengaktualisasikan dirinya. Rogers mengatakan bahwa individu yang bertambah besar usianya
akan mengalami perkembangan “diri”. Pada masa ini, tekanan pada tendensi aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis berpusat pada
kepribadian. Menurut pemikiran-pemikiran Rogers, dapat disimpulkan bahwa perubahan tendensi aktualisasi pada individu dimulai pada masa kanak-kanak dan
berakhir pada masa adolesensi remaja dalam Schultz, 1991. Setelah “diri” mulai muncul, maka akan terlihat kecenderungan ke arah aktualisasi diri, yang mana
aktualisasi diri ini akan berlangsung terus dalam kehidupan individu. Menurut Hurlock 1980, masa awal mahasiswa berada dalam tahap
perkembangan masa remaja akhir dan memasuki masa dewasa awal. Berdasarkan pemikiran Rogers dan Hurlock tersebut, berarti mahasiswa yang berada pada masa
remaja akhir dan memasuki masa dewasa awal, dapat dikatakan sebagai individu 3
yang sudah memasuki masa awal terjadinya aktualisasi diri. Proses aktualisasi diri mahasiswa ini akan dapat terus berlangsung pada masa dewasa awal, yaitu ketika
mahasiswa berada di Perguruan Tinggi. Selanjutnya, pergerakan aktualisasi diri dapat mengalami pergerakan sampai sepanjang usianya. Batasan usia mahasiswa
yang terlibat dalam organisasi Gerakan Mahasiswa sebagai bagian dari Gerakan Pemuda ini mengacu pada pandangan Depernas Dewan Perancang Nasional.
Depernas 1961-1969 menyatakan bahwa batas usia pemuda yang terlibat dalam organisasi Gerakan Pemuda yaitu antara 15-35 tahun dalam Surakhmad, 1980.
Dalam penelitian ini, usia mahasiswa yang menjadi subjek penelitian yaitu dimulai usia 18 sampai 35 tahun.
Aktualisasi diri merupakan suatu proses yang tidak bersifat statis dan berlangsung terus dalam kehidupan individu serta berorientasi ke masa yang akan
datang Rogers, 1961. Pengaktualisasian diri individu dapat dicapai melalui perluasan pengalaman, pencarian stimulus, dan aktivitas-aktivitas lain yang bisa
merangsang pengungkapan potensi-potensinya Rogers, 1959, dalam Koeswara, 1989. Mahasiswa sebagai seorang individu juga tidak akan pernah berhenti untuk
mencari aktivitas-aktivitas untuk mengaktualisasikan diri dan mengeksplorasi dunianya sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan kedua pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa salah satu hal yang penting bagi mahasiswa dalam aktualisasi diri yaitu terlibat dalam
aktivitas-aktivitas dan menemukan berbagai pengalaman dalam hidupnya. Salah satu aktivitas yang diikuti oleh mahasiswa yaitu terlibat dalam Gerakan
Mahasiswa. Gerakan Mahasiswa dalam konteks ini adalah kegiatan yang dilandasi 4
spirit atau semangat kepemudaan dan ideologi tertentu yang bergerak untuk memperjuangkan kepentingan publik rakyat lewat berbagai aktivitas seperti
berdiskusi serius, dialog, membuat petisi, demonstrasi, mogok, maupun terlibat dalam ruang ‘eksperimentasi’ yang lain. Ruang ‘eksperimentasi’ yang dimaksud
adalah media untuk merealisasikan potensi mereka, seperti advokasi perburuhan, petani, Pedagang Kaki Lima, Sekolah Masyarakat, maupun Gerakan-Gerakan di
bidang sosial lainnya. Mahasiswa yang terlibat dalam aktivitas Gerakan Mahasiswa dinamakan sebagai aktivis Gerakan Mahasiswa. Oleh karena itu,
apabila melihat dari sudut pandang teori Carl Rogers, peneliti mengasumsikan bahwa aktualisasi diri dapat terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari aktivitas atau keterlibatan mahasiswa dalam Gerakan Mahasiswa. Carl Rogers merupakan tokoh psikologi penganut aliran humanistik.
Oleh karena itu, Rogers memandang individu dalam arah yang cenderung optimistik dan positif Rogers, dalam Koeswara, 1989. Aktualisasi diri menurut
Rogers 1961 merupakan proses pergerakan pengungkapan potensi-potensi individu ke arah pertumbuhan yang positif. Aktualisasi diri dipahami sebagai
proses menuju tujuan akhir yaitu menjadi individu yang berfungsi penuh fully functioning person. Individu yang berfungsi penuh ini ditandai dengan tiga
karakteristik, yaitu adanya peningkatan keterbukaan terhadap pengalaman, peningkatan hidup secara eksistensial, dan adanya peningkatan kepercayaan pada
organisme. Rogers dalam Cremers, 1987 juga mengemukakan bahwa individu yang berfungsi sepenuh-penuhnya atau pribadi yang ideal merupakan gambaran
ideal yang utopis. Meskipun demikian, dinyatakan bahwa individu dikatakan 5
“lebih baik” jika ia berusaha untuk mencapai pribadi ideal tersebut bergerak ke arah adanya peningkatan tiga karakteristik fully functioning person, walaupun
pribadi yang ideal itu tidak akan pernah dicapai sepenuh-penuhnya. Penelitian ini menggunakan konsep aktualisasi diri Carl Rogers yang beraliran humanistik yang
memandang individu secara positif. Oleh karena itu, konsekuensi dari penggunaan konsep humanistik tersebut yaitu bahwa hasil penelitian ini akan cenderung
melihat lebih banyak sisi positif dari aktivis Gerakan Mahasiswa. Dilihat dari segi peranan aktualisasi diri, dapat dikatakan bahwa
aktualisasi diri merupakan hal yang penting karena pada akhirnya aktivis Gerakan Mahasiswa akan lebih mampu melakukan tanggung jawabnya dengan baik.
Aktivis Gerakan Mahasiswa juga akan lebih dapat menyikapi berbagai kondisi, situasi, orang, masalah, atau pengalaman baru lainnya dalam lingkungannya yang
tentunya syarat dengan kedinamisan dan perubahan secara lebih adaptif. Pandangan tersebut didasari oleh asumsi Rogers dalam Schultz, 1991 yaitu
bahwa aktualisasi diri individu ikut berperan dalam mengatasi perkembangan zaman serta perubahan-perubahan lingkungan. Aktualisasi diri juga penting bagi
individu untuk dapat menyesuaikan diri dan memiliki fleksibilitas serta kreatifitas. Hal ini menunjukkan bahwa peranan aktualisasi diri sejalan dengan peran aktivis
Gerakan Mahasiswa yaitu untuk mengatasi berbagai permasalahan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat secara lebih baik.
Berkebalikan dengan peran penting adanya aktualisasi diri tersebut, apabila tidak ada proses aktualisasi diri pada aktivis Gerakan Mahasiswa maka
mereka cenderung tidak akan mampu menjadi individu penggerak atau pelopor 6
perbaikan bagi kemajuan masyarakatnya. Aktivis Gerakan Mahasiswa juga akan cenderung berperilaku yang tidak adaptif dan tidak kreatif atas situasi yang
dihadapinya. Hal ini didasari oleh asumsi Rogers yang menyatakan bahwa individu yang tidak mengalami aktualisasi diri akan cenderung defensif,
berperilaku tidak fleksibel, tidak spontan, dan tidak kreatif. Konsekuensi dari tidak adanya aktualisasi diri akan menyebabkan individu cenderung memilih
kehidupan yang aman daripada mencari tantangan, dorongan, maupun rangsangan baru dalam hidupnya dalam Schultz, 1991 dan Hall Lindzey, 1993.
Berikut ini merupakan salah satu contoh gambaran realita perubahan yang pernah terjadi dalam masyarakat Indonesia secara umum yaitu lahirnya era
reformasi demokrasi yang disebabkan oleh masalah ekonomi politik. Permasalahan ekonomi politik tersebut diawali adanya penyerbuan markas Partai
Demokrasi Indonesia pada tahun 1996 peristiwa 27 Juli, tingkat kecurangan yang tinggi dalam Pemilihan Umum tahun 1997, krisis moneter pada akhir tahun
1997, runtuhnya pemerintahan presiden Soeharto pada Mei 1998, peristiwa Semanggi I November 1998, penolakan Sidang Umum MPR September 1999
yang berakhir dengan munculnya peristiwa Semanggi II hingga Januari-Agustus 2001 yaitu adanya tuntutan mundurnya Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI
dan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi sampai tahun 2007. Para aktivis Gerakan Mahasiswa yang masih aktif saat ini, rata-rata
merupakan aktivis yang tidak terlibat dalam melahirkan era reformasi. Meskipun demikian, keberhasilan penegakan demokratisasi atas peristiwa-peristiwa tersebut
dapat ditentukan oleh peran aktif perjuangan aktivis Gerakan Mahasiswa, yang 7
mana didukung oleh aktualisasi diri. Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang dilakukan aktivis pada peristiwa-peristiwa di atas dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam melihat aktualisasi diri aktivis Gerakan Mahasiswa yang ada saat ini. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk perlunya melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana aktualisasi diri atau proses menuju tercapainya individu yang berfungsi penuh fully functioning
person yang terjadi dalam diri para aktivis Gerakan Mahasiswa berdasarkan teori Carl Rogers.
B. Perumusan Masalah