2. Akses: Maksudnya mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta
terlibat aktif dalam mengelola barang-barang publik termasuk didalamnya akses warga dalam pelayanan publik.
3. Control: Maksudnya adalah bagaimana warga masyarakat mau dan
mampu terlibat dalam mengawasi tugas-tugas pemerintah, sehingga nantinya akan terbentuk pemerintahan yang transparan, akuntabel dan
responsif terhadap kebutuhan berbagai masyarakatnya. Sastropoetro 1988 mendefenisikan partisipasi sebagai keterlibatan
mentalpikiran dan emosiperasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Hal ini menegaskan bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya
mengalami keterlibatan dirinyaegonya yang sifatnya lebih dari pada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Selain itu, Sastropoetro 1988 juga mengemukakan
pendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
2.2 Fungsi Partisipasi dalam Pembangunan
Conyers 1991 menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
tanpa melibatkan masyarakat program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai
rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisipasi umum dibanyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu
hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep manceter development yaitu pembangunan
yang diarahkan demi perbaikan nasib manusia Sementara Mardikanto 1994 menyatakan bahwa pembangunan yang partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan
untuk mencapai perbaikan kesejahteraan masyarakat secara material, akan tetapi harus mampu menjadikan warga masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu
setiap hubungan atau interaksi antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya asimetris seperti: menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta
mekanisme yang menindas tidak boleh terjadi, di dalam partisipasi masyarakat, maka masyarakat menjadi ujung tombak dalam pembangunan sedangkan pemerintah
berfungsi dibidang pengaturan dan pembinaan, fungsi pengaturan pada dasarnya dimaksudkan untuk menjamin agar hak-hak masyarakat dan aparat dapat
diaktualisasikan sesuai dengan tata nilai, norma dan ketentuan legal yang berlaku dengan adil dan sebaik-baiknya. Sedangkan fungsi binaan yang dilaksanakan oleh
pemerintah menjadi menfasilitasi yang memungkinkan masyarakat dan aparat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri sebaik-baiknya.
Universitas Sumatera Utara
Sejak tahun 1999 dikeluarkan berbagai instrument hukum berupa undang- undang UU atau Peraturan Pemerintah PP yang membuka lebar ruang bagi
partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik dan monitoring pembangunan. Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, secara
substansif menempatkan partisipasi masyarakat sebagai instrument yang sangat penting dalam system pemerintahan daerah dan berguna untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasa memiliki pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas dan kepentingan umum, mendapatkan aspirasi
masyarakat, dan sebagai wahana untuk agregasi kepentingan dan mobilisasi dana.
2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat