Gambaran durasi penggunaan antibiotika pada pasien ISPA

2. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika berdasakan rute

pemberian Rute pemberian antibiotika yang banyak digunakan dalam pengobatan ISPA kelompok umur pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta yaitu oral dan parenteral. Penggunaan oral lebih banyak dibandingkan penggunaan parenteral dan penggunaan sirup dan tablet masing-masing 6 jumlah antibiotika 50. Hal ini disebabkan karena penggunaan oral yang lebih nyaman, mudah, ekonomis, dan aman bila dibandingkan dengan penggunaan parenteral. Dari 19 jumlah antibiotika yang diresepkan untuk 16 pasien anak, sebanyak 7 jumlah antibiotika 36,84 diberikan secara parenteral dan sebanyak 12 jumlah antibiotika 63,16 diberikan kepada pasien secara peroral. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai Wulandari,2014. Antibiotika yang digunakan secara parenteral merupakan sub golongan sefalosporin generasi III dari jenis sefotaksim sebanyak 4 jumlah antibiotika sefotaksim dan seftriakson ada 2 jumlah antibiotika seftriakson, dan untuk sub golongan penisilin dari jenis amoksisilin hanya 1 antibiotika. Alasan pemakaian secara parenteral diberikan pada penelitian ini adalah kemungkinan pasien tidak dapat menerima obat secara oral karena kesulitan menelan, misalnya karena muntah, kesulitan melarutkan, dan menyerap obat. Pemakaian secara parenteral ini juga terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran gastrointerstinal, dapat menghasilkan efek obat yang cepat tetapi durasinya yang lebih pendek Syamsuni,2005. Rute pemberian obat tergantung dengan derajat berat gejala klinik suatu penyakit berat untuk membutuhkan waktu cepat dalam mencapai kadar obat dalam plasma sehingga cepat meredakan penderitaan pasien tergantung kemampuan pasien meminum obat lewat mulut kesadaran pasien, keadaan fisik pasien, kemampuan absorpsi saluran cerna. Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada gambar 8 berikut ini: Gambar 8. Persentase Distribusi rute pemberian antibiotika pada pasien ISPA kelompok pediatri di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Periode Juli-September 2013 n=19 Rute pemberian antibiotika merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses keberhasilan suatu terapi. Rute pemberian suatu obat harus disesuaikan dengan kebutuhan klinis dan kondisi pasien saat itu. Rute pemberian obat harus dipilih rute yang paling aman dan bermanfaat bagi pasien Djatmiko et al, 2008. Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan kasus penggunaan antibiotika yang tidak tepat rute pemberian antibiotika.

3. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika berdasakan frekuensi

waktu Frekuensi penggunaan antibiotika salah satunya dipengaruhi oleh profil farmakokinetika obat, misalnya tiap 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12 jam atau 24 jam. Jika 36.84 63.16 oral parenteral obat dalam tubuh akan habis dalam waktu 8 jam, sebaiknya obat diberikan 3 kali sehari WHO, 2012. Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu farmakokinetika obat adalah waktu paruh eliminasi obat t½ eliminasi, t½ eliminasi sering digunakan untuk menentukan interval pemberian obat. Waktu paruh eliminasi obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk mencapai penurunan konsentrasi obat sebesar 50 dari konsentrasi sebelumnya dalam plasma Wahab, 2000. Tujuan adanya intervalfrekuensi pemberian obat adalah untuk menjaga konsentrasi obat dalam cairan plasma agar selalu berada pada konsentrasi terapetik minimal sehingga obat dapat bekerja dan memberikan efek. Kondisi ginjal dan hati sebagai organ ekskresi utama juga mempengaruhi interval frekuensi pemberian obat. Jika organ ekskresi mengalami gangguan, maka proses eliminasi obat akan berjalan lebih lambat. Hasil penelitian pada lampiran 3, didapatkan semua antibiotika tepat frekuensiinterval waktu dan sudah sesuaitepat dengan standartpustaka yang diacu yaitu Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Depkes RI, 2005.

D. Rangkuman Evaluasi Antibiotika

Berdasarkan evaluasi antibiotika yang telah dijabarkan sebelumnya didapatkan hasil total pasien sebanyak 16 pasien dengan total jumlah antibiotika 18 jumlah antibiotika, ditemukan terdapat ketidaktepatan dosis yaitu dosis kurang sebanyak 6 jumlah antibiotika 33,33 yaitu sefotaksim sebanyak 3 jumlah antibiotika sefotaksim dan sefiksim sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim, dan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2006-2010

2 30 113

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012.

0 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012.

0 6 17

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Evaluasi Drug Related Problems (DRP’S) Pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap Rumah

0 0 14

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Evaluasi Drug Related Problems (DRP’S) Pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap Rumah

0 1 18

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009.

0 5 26

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI Evaluasi Dosis Penggunaan Obat pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen Tahun 2008-2009.

0 0 14

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus diabetes mellitus di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 7 116

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Desember 2010 - USD Repository

0 3 153

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus kaki diabetika di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2012 - USD Repository

0 1 69