diberikan untuk pasien pada data rekam medik. Contoh: Sporetik Sefiksim 100 mg5 ml diberikan secara per oral p.o.
3 FrekuensiInterval waktu pemberian antibiotika adalah berapa kali
pasien menggunakan antibiotika dalam sehari. Berdasarkan
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Depkes RI, 2005 dan berdasarkan terapi antibiotika yang diberikan
untuk pasien pada data rekam medik. Contoh: Sporetik Sefiksim 100 mg5 ml diberikan 2 kali dalam sehari.
9. Rekam medis adalah catatan yang berisi data pasien meliputi nomor rekam medis, nama pasien, usia, jenis kelamin, tanggal masuk dan tanggal keluar
pasien, lama perawatan, keluhan, diagnosis masuk, diagnosis keluar, data non laboratorium dan data laboratorium, nama obat yang digunakan, dosis,
frekuensi, serta cara pemberian terhadap antibiotika.
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian meliputi pasien anak yang mendapatkan diagnosis ISPA di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-
September 2013. 1.
Kriteria inklusi subyek adalah pasien pediatri berumur ≤14 tahun yang menerima terapi antibiotika dan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta yang mendapat diagnosis utama keluar Infeksi Saluran Pernafasan Akut tanpa penyakit penyerta.
2. Kriteria eksklusi subyek adalah pasien pediatri yang mendapatkan diagnosis
akhir ISPA dengan penyakit penyerta dan pasien pediatri yang data rekam medisnya tidak lengkap.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah data rekam medis pasien pediatri yang mendapat diagnosis utama keluar ISPA tanpa penyakit
penyerta yang terdapat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli- September 2013.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah standaracuan yang meliputi Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Depkes RI,
2005 yang digunakan untuk mengevaluasi ketidaktepatan dosis, rute pemberian, dan frekuensiinterval waktu.
69 populasi pasien ISPA
Inklusi 16 pasien
Eksklusi 53 pasien
11 pasien berumur diatas 14
tahun 2 pasien yang
rekam medisnya tidak lengkap.
18 pasien tidak mendapatkan
terapi antibiotika
22 pasien mendapatkan
diagnosis akhir ISPA dengan penyakit
penyerta
F. Tata Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap berikut :
1. Tahap perencanaan
Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah mencari informasi mengenai prevalensi penyakit ISPA melalui media cetak maupun media internet seperti
buku, penelitian, dan jurnal, kemudian mengajukan proposal dan surat ijin penelitian untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih. Setelah
permohonan penelitian disetujui oleh pihak rumah sakit, maka penelitian dapat dilakukan pada bagian rekam medik rumah sakit tersebut.
2. Tahap analisis situasi
Tahap analisis situasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah pasien ISPA yang sedang menjalani rawat inap pada tahun 2013.
Berdasarkan hasil printout nomor rekam medis dan jumlah pasien ISPA tersebut, didapatkan jumlah pasien pediatri yang mendapatkan diagnosis ISPA baik
diagnosis utama keluar dan diagnosis lainkomplikasi sebanyak 69 kasus. Sebanyak 69 pasien, hanya 16 pasien yang memenuhi kriteria penelitian inklusi.
Terdapat 53 pasien tidak memenuhi kriteria inklusi karena 11 pasien berumur diatas 14 tahun, 18 pasien tidak mendapatkan terapi antibiotika, 22 pasien
mendapatkan diagnosis akhir ISPA dengan penyakit penyerta, dan 2 pasien yang rekam medisnya tidak lengkap.
3. Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pencatatan data pasien ISPA dari rekam medik. Data yang diperoleh dari rekam medik meliputi nomor rekam