obat dalam tubuh akan habis dalam waktu 8 jam, sebaiknya obat diberikan 3 kali sehari WHO, 2012.
Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu farmakokinetika obat adalah waktu paruh eliminasi obat t½ eliminasi, t½ eliminasi sering
digunakan untuk menentukan interval pemberian obat. Waktu paruh eliminasi obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk mencapai penurunan
konsentrasi obat sebesar 50 dari konsentrasi sebelumnya dalam plasma Wahab, 2000. Tujuan adanya intervalfrekuensi pemberian obat adalah untuk menjaga
konsentrasi obat dalam cairan plasma agar selalu berada pada konsentrasi terapetik minimal sehingga obat dapat bekerja dan memberikan efek. Kondisi
ginjal dan hati sebagai organ ekskresi utama juga mempengaruhi interval frekuensi pemberian obat. Jika organ ekskresi mengalami gangguan, maka proses
eliminasi obat akan berjalan lebih lambat.
Hasil penelitian pada lampiran 3, didapatkan semua antibiotika tepat frekuensiinterval waktu dan sudah sesuaitepat dengan standartpustaka yang
diacu yaitu Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Depkes RI, 2005.
D. Rangkuman Evaluasi Antibiotika
Berdasarkan evaluasi antibiotika yang telah dijabarkan sebelumnya didapatkan hasil total pasien sebanyak 16 pasien dengan total jumlah antibiotika
18 jumlah antibiotika, ditemukan terdapat ketidaktepatan dosis yaitu dosis kurang sebanyak 6 jumlah antibiotika 33,33 yaitu sefotaksim sebanyak 3 jumlah
antibiotika sefotaksim dan sefiksim sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim, dan
dosis lebih sebanyak 3 jumlah antibiotika 16,67 yaitu sefiksim sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim, karena tidak sesuai dengan standartpustaka yang
diacu untuk menentukan ketidaktepatan dosis. Tidak ditemukan kasus penggunaan antibiotika yang tidak tepat rute pemberian antibiotika karena semua antibiotika
sesuaitepat dengan standartpustaka yang diacu untuk menentukan ketidaktepatan rute pemberian antibiotika, dan dapat dilihat cara pemberian secara peroral
sebanyak 12 jumlah antibiotika 63,16 dan secara parenteral sebanyak 7 jumlah antibiotika 36,84. Evaluasi penggunaan antibiotika pada ketidaktepatan
frekuensiinterval waktu didapatkan semua antibiotika tepat frekuensiinterval waktu dan sudah sesuaitepat dengan standartpustaka yang diacu karena telah
sesuaitepat dengan standartpustaka yang diacu untuk menentukan tepat frekuensiinterval waktu.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik demografi pasien ISPA paling banyak terjadi pada responden
laki-laki yaitu 11 pasien 68,75, dengan usia terbanyak ≤4 tahun sebesar 14
pasien 87,5. Jumlah pasien dengan diagnosis akhir ISPA tanpa penyakit penyerta yaitu 16 pasien 42,11, dan lama hari perawatan untuk pasien
ISPA berkisar 1-7 hari dengan 3 hari sebanyak 6 pasien 37,5. 2.
Pola penggunaan antibiotika pada pasien ISPA untuk sub golongan paling banyak yaitu antibiotika golongan sefalosporin generasi III sebanyak 13
jumlah antibiotika golongan sefalosporin generasi III 68,42 dengan jenis antibiotika tertinggi yaitu sefiksim sebanyak 7 jumlah antibiotika sefiksim
36,84. Durasi penggunaan antibiotika tertinggi adalah sefiksim selama 3 hari sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim 15,80.
3. Antibiotika yang tidaktepat dosis yaitu dosis kurang sebanyak 6 jumlah
antibiotika 33,33 dan dosis lebih sebanyak 3 jumlah antibiotika 16,67. Tidak ditemukan ketidaktepatan rute pemberian, dan dapat dilihat rute
pemberian secara per oral sebanyak 12 jumlah antibiotika 63,16 dan