36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian disajikan secara sistematis, mulai dari karakteristik demografi pasien, pola peresepan antibiotika, hingga gambaran ketidaktepatan
pemberian antibiotika.
A. Karakteristik Demografi Pasien ISPA
Karakteristik demografi pasien yang akan dibahas meliputi jenis kelamin, usia, dan diagnosis. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Jumlah pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah pasien yang didapatkan sebagai subyek penelitian sebanyak 16 pasien. Dari total pasien ISPA sejumlah 16
pasien, 11 diantaranya adalah laki-laki sebesar 68,75. Hal ini dikarenakan anak laki-laki lebih suka bermain di tempat yang kotor, berdebu, dan banyak bermain
diluar rumah, sehingga kontak dengan penderita ISPA lain yang memudahkan penularan dan anak terkena ISPA Suyami dan Sunyoto, 2004. Proses penularan
penyakit ISPA ternyata tidak merata untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini berkaitan dengan faktor penularan ISPA yang tidak hanya akibat terpapar
lingkungan. ISPA dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan anggota keluarga penderita ISPA.
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di Puskesmas I Purwareja Klampok oleh Hapsari dan Astuti 2007 juga menemukan pasien laki-laki lebih
banyak daripada pasien ISPA yang berjenis kelamin perempuan, dimana penderita dengan jenis kelamin laki-laki 55,8 jumlahnya lebih banyak daripada
penderita dengan jenis kelamin perempuan 44,2. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hapsari 2004 bahwa pneumonia lebih sering terkena pada laki-laki
berusia kurang dari 6 tahun, hal ini berkaitan dengan respon pada anak, karena secara biologis sistem pertahanan tubuh laki-laki berbeda dengan anak
perempuan. Secara ringkas hasil penelitian ini akan disajikan pada gambar 3 sebagai
berikut:
Gambar 3. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-September
2013 Berdasarkan Jenis Kelamin n=16
2. Jumlah pasien ISPA berdasarkan usia
Subyek penelitian ini adalah pasien pada kelompok pediatri yang menderita ISPA. Pembagian klasifikasi umur menjadi
≤ 4 tahun, 5-11 tahun, 12- 14 tahun. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kasus ISPA di RS Panti Rapih
68.75 31.25
Laki-laki Perempuan
Yogyakarta paling banyak terjadi pada kelompok usia anak-anak yaitu umur ≤ 4
tahun sebesar 87,5 dengan banyak pasien yaitu 14 pasien n=16. Hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian Berawi 2013 menunjukkan bahwa selama periode Januari-
Oktober 2013 di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung terdapat 184 kasus infeksi saluran pernafasan akut pada balita dan semuanya 100 didiagnosis
sebagai penderita pneumonia. Data yang tercatat berdasarkan umur menunjukkan bahwa penderita kelompok umur 12 - 35 bulan paling banyak yakni 52,2. Usia
merupakan salah satu faktor risiko utama pada beberapa penyakit. Hal ini disebabkan karena usia dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Anak-
anak yang berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak yang berusia diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan oleh
imunitas yang belum sempurna dan saluran pernafasan yang relatif sempit. Selain itu, pada pediatri kondisi tubuh anak masih lemah, dimana fungsi hampir seluruh
sistem organ masih dalam perkembangan sehingga kelompok pasien ini mempunyai kemungkinan lebih besar terinfeksi oleh agen infektan ISPA.
Pada masa balita belum mempunyai daya tahan tubuh yang kuat untuk melawan kumanvirus yang masuk ke dalam tubuh. Batuk dan pilek merupakan
salah satu bentuk ISPA yang sering menyerang balita. ISPA paling banyak terjadi pada usia fase awal balita hingga usia 6-7 tahun. Pada masa ini balita cenderung
memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Hal ini bisa sebagai perantara masuknya kuman ke dalam tubuh. Pengawasan dari keluarga sangat diperlukan. Disamping