C. Kayu Manis Cinnamomum burmannii BI
Kayu manis berkhasiat mengatasi masuk angin, diare, dan penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Kayu manis juga memiliki aktivitas
sebagai antibakteri Bisset, 2001. Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit, batang, ranting, atau daunnya dengan cara penyulingan. Kandungan minyak
atsiri dalam kulit kayu manis Cinnamomum burmanni Bl. yang berasal dari Indonesia sebanyak 1,3-2,7. Kandungan utama minyaknya adalah sinamaldehid
65-80 Kardinan, 2005. Pada kulit batang kayu manis mengandung paling banyak cinnamic
aldehyde atau sinamaldehid, sedangkan pada daun lebih banyak mengandung
eugenol dibandingkan sinamaldehid Bisset Wichtl, 2001. Minyak pada kulit batang kayu manis mengandung cukup banyak aldehid, termasuk di dalamnya yaitu
: sinamaldehid 70-88, E-o-metoksi-sinamaldehid 3-15, Benzaldehid0,5- 2, salicildehid 0,2-1, sinamil asetat 0-6, eugenol 0,5 dan kumarin
1,5-4 Bruneton, 1999.
Gambar 2. Struktur senyawa sinamaldehid
Minyak atsiri digunakan pada penyakit dysmenorrhoea nyeri haid dan haemostyptic
pengganti plasma. Selain itu, minyak atsiri dan kulit batang kayu manis juga berkhasiat sebagai antibakteri dan fungisidal karena adanya kandungan
dari sinamaldehid Bisset Wichtl, 2001.
Kemampuan sinamaldehid dalam membunuh bakteri Streptococcus mutans dikarenakan adanya senyawa golongan fenol dan turunannya. Senyawa fenol
tersebut medenaturasi protein yang terdapat pada bakteri Streptococcus mutans. Sehingga bakteri Streptococcus mutans, tidak dapat menggandakan dirinya lagi
Bisset, 2001
.
D. Metode Uji Senyawa Antibakteri
1. Metode difusi
Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antibakteri berdasarkan pengamatan diameter daerah hambatan bakteri karena berdifusinya obat dari
titik awal pemberian ke daerah difusi Jawetz et al., 1996. Metode difusi dapat dilakukan dengan cara Kirby Bouwer McKane Kandel, 1996. Paper disk,
lubang sumuran, atau silinder tak beralas yang mengandung senyawa antibakteri diletakkan di atas media lalu diinkubasikan pada suhu 37 °C selama 18-24 jam.
Setelah inkubasi, diameter daerah hambatan jernih yang mengelilingi senyawa antibakteri dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan senyawa tersebut
terhadap bakteri uji Jawetz et al., 1996.
2. Metode dilusi
Pada dilusi, masing- masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi bakteri dalam media cair kemudian diinkubasi dan diamati pertumbuhan bakteri
uji yang tampak berdasarkan kekeruhan media. Media yang berisi konsentrasi senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terlihat
memiliki kekeruhan yang paling tipis dibandingkan dengan konsentrasi senyawa antibakteri yang tidak menghambat pertumbuhan. Konsentrasi senyawa
antibakteri yang dapat membunuh bakteri memberikan hasil berupa media yang tidak tampak adanya pertumbuhan bakteri pada saat di streak ke media lain.
Potensi antibakteri dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah yang dapat menghambatmembunuh bakteri McKane Kandel, 1996.
E. Pasta Gigi
1. Definisi
Pasta gigi adalah sediaan yang digunakan bersamaan dengan sikat gigi dengan tujuan untuk membersihkan permukaan gigi. Pasta gigi dikelompokkan ke dalam
obat bukan kosmetik. Hal ini dikarenakan obat mengandung suatu zat aktif untuk mencapai efek yang diinginkan, dan pasta gigi biasanya mengandung zat aktif,
baik alami maupun sintesis Okpalugo Ibrahim, 2009.
Syarat – syarat sediaan pasta gigi yang baik adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai daya abrasif yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih
yang maksimal. b.
Harus stabil dalam jangka waktu yang lama. c.
Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam mulut. d.
Tidak beracun Poucher, 2000.
2. Bahan-bahan pasta gigi
a. Abrasive berfungsi untuk membersihkan atau menghilangkan sisa-sisa
makanan yang menyangkut pada gigi. Pada umumnya, abrasive digunakan sebanyak setengah dari total formula Young, 1972. Penggunaan abrasive
dalam pasta gigi biasanya sebanyak 20 hingga 50 dari formulasi total
Garlen, 1996.
b.
Gelling agent adalah gum alam atau sintesis, resin, atau hidrokoloid lain yang
digunakan di dalam formulasi pasta gigi untuk menjaga konstituen cairan dan padatan dalam suatu bentuk pasta yang halus. Gelling agent meningkatkan
viskositas dari fase cairan dan mencegah pengeluaran cairan dari pasta gigi. Secara umum gelling agent digunakan dalam konsentrasi 0,9 sampai dengan
2,0 pada formulasi toothpaste Garlen, 1996.
Gelling agent digunakan sebagai bahan pengikat binders pada
sediaan pasta gigi. Adanya bahan pengikat meningkatkan viskositas sediaan. Bahan pengikat dapat mencegah pemisahan komponen partikel padat dengan
cairan medium dispers terutama selama penyimpanan Garlen, 1996. c.
Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik yang dimaksudkan untuk
mencegah hilangnya lembab dari produk Loden, 2001. Pada pasta buram, umumnya digunakan konsentrasi humektan sebesar 20-40. Gel transparan
diformulasikan dengan konsentrasi humektan maksimal 80 Garlen, 1996.
Humektan berfungsi menjaga agar zat aktif dalam sediaan tidak menguap sehingga membantu memperlama kontak zat aktif pada gigi serta
meperbaiki stabilitas suatu sediaan dalam jangka lama Jackson, 1995.
d.
Pemanis dibutuhkan untuk dapat memperbaiki rasa dari pasta gigi. Amerika
serikat hanya memberikan ijin penggunaan pemanis yaitu, hanya natrium
sakarin, dalam kadar 0,05-0,25 Garlen, 1996.
e. Levigating agent adalah bahan yang membantu dalam proses levigasi. Levigasi
adalah proses pencampuran bahan padat dengan sejumlah kecil cairan yang menyebabkan ukuran partikel dari bahan padat tersebut dimana bahan padat
tersebut tidak larut di dalam cairan tersebut Thompson, 2009
f.
Pengawet pada umumnya penggunaan air, humektan, dan gom alami pada
sediaan pasta gigi memungkinkan untuk terjadinya pertumbuhan mikrobia. Oleh karena itu, adanya pengawet seperti metil dan propel paraben atau sodium
benzoate biasanya digunakan pada konsentrasi 0,05 - 0,2 Garlen, 1996.
F. Monografi Bahan-bahan Pasta Gigi
1. Karbopol
Karbopol polimer carbomer merupakan asam lemah dan segera bereaksi dengan alkali untuk membentuk garam. Bentuk karbopol ialah encer, dan memiliki
rentang pH antara 4-5 tergantung dengan konsentrasi polimernya Draganoiu et al.
, 2009. Karbopol memiliki pemerian putih, halus, merupakan asam lemah, memiliki
sifat higroskopis, dengan bau yang sedikit khas. Karbopol memiliki kelarutan yang baik dalam air, dan juga dapat larut dalam etanol 95 dan gliserin. Karbopol
memiliki sifat inkompatibilitas dengan senyawa fenol, polimer kationik, asam kuat, elektrolit tingkat tinggi. Karbopol ditambahan berada di kisaran 0,5-2 pada
suatu formulasi Bisset, 2001.
Gambar 3. Struktur umum karbopol
2. Sorbitol
Sorbitol merupakan serbuk, granul, atau serpihan putih, bersifat higroskopis, memiliki rasa manis, dapat meleleh pada suhu sekitar 96
o
C, larut dalam 0,45 mL air, sedikit larut dalam alkohol, methanol, atau asam asetat. sorbitol sangat tidak
larut dalam pelarut organik bersifat inert, dan dapat bercampur dengan bahan tambahan lainnya Loden, 2001. Sorbitol digunakan secara luas sebagai bahan
tambahan dalam formulasi sediaan farmasi. Konsentrasi penambahan sorbitol dalam formula pasta gigi berada pada rentang 20-60 dan memiliki viskositas
sebesar 11 dPa.s. Sorbitol dapat juga menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
penyebab penyakit karies gigi Shur, 2009.
Sorbitol adalah monosakarida polihidrat alkohol dan hexitol yang banyak digunakan pada produk pasta gigi serta bahan makanan dan minuman. Sorbitol
merupakan jenis gula alkohol yang memiliki kemampuan sebagai humektan atau dapat menstabilkan kadar air sehingga dapat melindungi produk dari
pemanasan dan menjaga kesegaran awal produk selama penyimpanan Soerarti et al
., 2004. Sorbitol relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar eksipien.
Sirup sorbitol dengan kadar 70 secara keseluruhan digunakan dalam industri. Sorbitol merupakan humektan yang stabil Poucher, 2000. Kerugian sorbitol
apabila dipakai dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya diare karena sorbitol sangat sedikit diabsorbsi oleh usus halus dan langsung
masuk ke usus besar sehingga dapat menunjang terjadinya diare dan perut gembung Shur, 2009.
Gambar 4. Struktur umum sorbitol
3. Kalsium karbonat
Kalsium karbonat memiliki bentuk serbuk, hablur mikro, putih, tidak berbau dan berasa. Salah satu bahan terpenting dalam pasta gigi sebagai bahan
abrasif yang dapat menghilangkan partikel makanan yang menempel pada gigi, umumnya, hampir separuh dari total berat pasta gigi adalah kalsium karbonat
Amstrong, 2009.
Gambar 5. Struktur umum kalsium karbonat
4. Natrium lauril sulfat
Natrium lauril sulfat sebagai deterjen berfungsi untuk membantu aksi bahan abrasif dengan membasahi gigi dan partikel makanan yang tertinggal di
gigi, juga berfungsi untuk mengemulsikan mukus lendir. Natrium lauril sulfat berbentuk hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda, agak berbau khas
dan mudah larut dalam air Plumb, 2009.
Gambar 6. Struktur umum natrium lauril sulfat
5. Metil paraben
Metil paraben biasa digunakan sebagai antimikroba dalam kosmetik, produk makanan dan obat. Penggunaannya bisa tunggal, dikombinasi dengan
ester paraben lain atau dengan antimikroba lain Haley, 2009.
Gambar 7. Struktur umum metil paraben
Konsentrasi yang paling sering digunakan pada sediaan topikal adalah 0,02 - 0,3. Metil paraben berbentuk hablur kecil tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau. Metil paraben sukar larut dalam air, larut dalam air panas, larut dalam gliserin 1 dalam 60 bagian 25
o
C Haley, 2009
.
6. Xylitol
Xylitol merupakan pemanis alami non-kariogenik yang banyak
ditemukan pada tanaman plum, strawberry, kembang kol, raspberry, serat kayu pohon birch yang banyak terdapat di Firlandia. Xylitol merupakan substansi
gula dengan kemanisan yang sama dengan kemanisan sukrosa tetapi memiliki kalori yang lebih kecil 40 dari sukrosa. Nilai kalori dari xylitol adalah
berkisar 2,4 kcalgr atau lebih rendah. Xylitol merupakan sejenis pemanis polyols yang bersifat non-asidogenik dan non-kariogenik Bond, 2009.
Gambar 8. Struktur umum Xylitol
Xylitol merupakan gula alkohol polyols yang mempunyai lima ikatan
rantai karbon dengan rumus kimia C5H12O5. Peranan xylitol dalam bidang kedokteran gigi adalah memberikan efek terhadap metabolisme rongga mulut,
menghambat pertumbuhan plak, menghambat pertumbuhan bakteri Streptoccocus mutans
, mendorong proses remineralisasi, meningkatkan pH plak dan pH saliva, menstimulasi saliva, menetralkan kadar kalsium dan fosfat
serta menghambat perkembangan karies Bond, 2009.
G. Uji Kualitas Sediaan Pasta Gigi
1. Organoleptis
Uji organoleptis merupakan cara pengujian suatu senyawa atau sediaan dengan menggunakan indra penglihatan, penciuman, dan indra perasa terhadap
suatu senyawa atau sediaan. Pengujian organoleptis dapat memberikan indikasi kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk. Uji organoleptis
biasanya meliputi tekstur, bau, warna, rasa, dan homogenitas Soekarto, 2008.
2. Daya lekat
Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui berapa lama sediaan dapat melekat pada tempat sasaran. Uji daya lekat dilakukan dengan cara
meletakkan 0,25 gram di atas dua object glass yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit setelah itu object glass dipasang
pada alat tes. Alat tes ini diberi beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasan sediaan dari object glass Voigh, 1995.
3. pH
Stabilitas sediaan pasta perlu mempertimbangkan pH optimal, karena sistem rheologi tergantung pada pH. Viskositas dari hidrokoloid juga
dipengaruhi oleh pH. Pada kondisi yang ekstrim, bahan penyusun sediaan dapat mengalami flokulasi. Pada umumnya, suatu sediaan semisolid memiliki
pH stabil pada kisaran 4 – 10 Garlen, 1996 .
4. Viskositas
Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya. Pengukuran viskositas dapat
dilakukan dengan menggunakan viskometer. Jika viskositas terpenuhi maka akan dapat mencegah pengeluaran pasta gigi yang terlalu cepat dari dalam tube
dan pasta gigi tersebut mampu bertahan pada sikat gigi Pader, 1993.
H. Uji Iritasi
Uji SMI Slug Mucosal Irritation dapat digunakan sebagai uji alternatif untuk memprediksi mukosa dan toleransi okular pada pengembangan obat-obat
baru. Prinsip dan aplikasi uji SMI Slug Mucosal Irritation, dinding tubuh siput terdiri dari permukaan mukosa yang mengandung sel dengan silia, sel-sel dengan
mikrovili dan sekresi sel lendir. Siput yang ditempatkan pada bahan iritan memproduksi lendir cukup banyak. Kerusakan jaringan dapat diinduksi yaitu
menghasilkan pelepasan protein dan enzim. Uji SMI Slug Mucosal Irritation. Potensi iritasi untuk sediaan semi solid kurang dari 15 dengan potensi tidak
mengiritasi, 15-20 memiliki potensi iritasi kecil, 20-25 memiliki potensi iritasi sedang sedangkan 25 memiliki potensi iritasi berat Gambar 9 Adriaens,
2006.
Gambar 9. Tingkat potensi iritasi sediaan farmasi Adriaens, 2006.
I. Landasan Teori
Pada formulasi pasta gigi dibutuhkan penambahan Humektan sebagai agen penjaga kelembaban dan mencegah kekeringan pasta gigi. Humektan berfungsi
menjaga agar zat aktif dalam sediaan tidak menguap sehingga membantu memperlama kontak zat aktif pada gigi serta meperbaiki stabilitas suatu sediaan
dalam jangka lama Jackson, 1995. Salah satu humektan yang sering digunakan adalah sorbitol. Sorbitol digunakan secara luas sebagai bahan tambahan dalam
formulasi sediaan farmasi. rentang konsentrasi penambahan sorbitol dalam formula pasta gigi berada pada rentang 20-60 Garlen, 1996. Sorbitol dalam sediaan pasta
gigi dapat juga berfungsi sebagai levigating agent agen pembasah. Levigating agent
adalah bahan-bahan cair yang berfungsi untuk mengecilkan ukuran partikel padat dengan cara triturasi pada alum atau spatula dimana sediaan padat tersebut
tidak larut dalam cairan. Sorbitol sebagai levigating agent dapat menurunkan
viskositas dari sediaan pasta gigi. Sorbitol akan membasahi sediaan pasta gigi. Akibat turunnya viskositas, secara tidak langsung dapat menurunkan kemampuan
daya lekat pada sediaan pasta gigi. Sorbitol merupakan jenis gula alkohol yang memiliki kemampuan sebagai humektan atau dapat menstabilkan kadar air
sehingga dapat melindungi produk dari pemanasan dan menjaga kesegaran awal produk selama penyimpanan Soerarti, et al., 2004.
Minyak kayu manis sebagai zat aktif digunakan dalam formulasi pasta gigi, karena dapat mengurangi plak gigi penyebab karies gigi, yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus mutans, minyak kayu manis, memiliki rasa yang manis, berwarna kecoklatan yang masih dapat diterima, memiliki bau yang khas, dan
memiliki rasa manis. Pengamatan dilakukan dengan melihat sifat fisik dan kestabilan fisik, dari
viskositas, daya lekat, dan pH, bagaimana perubahan dari pasta gigi selama penyimpanan kurang lebih 4 minggu. Uji iritasi sediaan pasta gigi dilakukan ketika
sudah diformulasikan menjadi sediaan pasta gigi, yang bertujuan untuk mengetahui keamanan pasta gigi ketika digunakan. Metode SMI Slug Mucosal Irritation
menunjukkan sediaan pasta gigi tidak mengiritasi apabila siput yang digunakan menghasilkan MP Mucus Production dibawah 15 Adriens,2006.
J. Hipotesis