Standarisasi Nasional. Kesimpulan yang bisa diambil, bahwa minyak kayu dari CV. Enteris Nusantara adalah minyak kayu manis yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh badan Standar Nasional Indonesia SNI.
Gambar 10. Minyak kayu manis yang diperoleh dari CV. Eteris Nusantara
Hasil pengujian organoleptis menunjukkan bahwa minyak kayu manis memiliki warna yang kuning dan berbentuk cair Gambar 10, dan minyak kayu
manis yang didapat juga memiliki bau yang khas, aromatis Tabel II. Hasil pengujian sesuai dengan kriteria minyak kayu manis yang diberikan oleh CoA dan
yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Tabel II.
B. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kayu Manis
Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis bertujuan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimal KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimal KBM
minyak kayu manis terhadap bakteri Streptococcus mutans. Bakteri Streptococcus mutans
diperoleh dari Balai Kesehatan Yogyakarta dan telah diuji kemurniannya dengan surat keterangan terlampir Lampiran 2.
Uji aktivitas bakteri minyak kayu manis dilakukan dengan metode difusi sumuran dan dilusi padat. Difusi sumuran dilakukan untuk melihat minyak atisiri
kayu manis memiliki zona hambat atau daya antibakteri terhadap bakteri
Streptococcus mutans . Dilusi padat dilakukan untuk melihat kemampuan minyak
kayu manis dalam membunuh bakteri Streptoccus mutans. Pada penelitian ini, minyak kayu manis dibuat jadi beberapa konsentrasi
yaitu 1 - 10, hal ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi minyak kayu manis yang mulai memiliki zona hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hasil
dari pengukuran diameter zona hambat minyak kayu manis terhadap bakteri Streptococcus mutans
dengan metode difusi sumuran terdapat pada tabel III.
Tabel III. Diameter zona hambat minyak kayu manis berbagai konsentrasi Konsentrasi vv
D iameter zona
hambat mm x ̃ ± SD
1 -
2 -
3 -
4 -
5 4,75 ± 4,35
6 4,83 ± 0,98
7 5,80 ± 1,04
8 9,16 ± 1,88
9 10,95 ± 1,15
10 11,64 ± 2,65
Kontrol Negatif Parafin Cair -
Keterangan : - = tidak memiliki zona hambat
Hasil pengujian minyak kayu manis menunjukkan, pada konsentrasi 1 - 4 minyak kayu manis belum menghasilkan zona hambat, hal ini dikarenakan
kandungan sinamaldehid pada konsentrasi minyak 1 - 4 belum mampu mendenaturasi susunan protein pada bakteri Streptococcus mutans, sehingga
bakteri Streptococcus mutans tetap bisa mereplikasi selnya. Minyak kayu manis dapat menghasilkan zona hambat dimulai pada konsentrasi 5, pada tabel 3 terlihat
bahwa seiring bertambahnya konsentrasi minyak kayu manis, maka zona hambat yang dihasilkan minyak kayu manis juga semakin bertambah. Kesimpulan yang
dapat diambil adalah semakin besar konsentrasi minyak kayu manis, maka semakin besar kandungan sinamaldehid yang menyebabkan semakin besar daya antibakteri
minyak kayu manis Daya antibakteri minyak atisiri kayu manis disebabkan oleh adanya
senyawa aldehid dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Sinamaldehid merupakan turunan senyawa aldehid yang bersifat toksik
mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini
menyebabkan protein terdenaturasi. Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein
tidak dapat melakukan replikasi. Parafin cair digunakan sebagai pelarut dan kontrol negatif, agar pelarut
tidak mengganggu daya antibakteri dari minyak kayu manis. Peneliti tidak menggunakan etanol sebagai pelarut, karena etanol memiliki daya antibakteri,
sehingga dikhawatirkan uji daya antibakteri minyak kayu manis terhadap bakteri Streptococcus mutans
menghasilkan data yang bias. Setelah didapatkan konsentrasi minyak kayu manis yang memiliki daya
hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans, uji antibakteri minyak kayu manis dilanjutkan ke uji dilusi padat, pada uji dilusi padat, minyak kayu manis yang
digunakan mengalami penurunan konsentrasi dikarenakan minyak kayu manis dicampur dengan media TSA cair, sehingga konsentrasi minyak kayu manis pada
dilusi padat menjadi 0,06 – 0,13 . Hasil penelitian menunjukkan pada konsentrasi
0,06 media percobaan tampak masih keruh Gambar 11.
Gambar 11. Uji dilusi padat pada konsentrasi 0,06 a ; 0,08 b ; 0,09 c ; 0,1 d ; 0,12 e ; dan 0,13 f
Konsentrasi 0,06 terlihat masih keruh, dapat disebabkan konsentrasi sinamaldehid yang belum mencukupi untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans , sehingga masih terlihat pertumbuhan bakteri dalam media
uji. Kejernihan media mulai terlihat pada minyak kayu manis konsentrasi 0,08 , dan seiring peningkatan konsentrasi minyak kayu manis, media uji terlihat semakin
jernih. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah minyak kayu manis pada konsentrasi 0,08 sudah mengandung sinamaldehid yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans. Uji kemudian dilanjutkan ke uji penegasan untuk menentukan Konsentrasi
Hambat Minimal KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimal KBM, untuk mengetahui pada konsentrasi berapa minyak kayu manis dapat menghambat
perkembangan bakteri dan membunuh bakteri Streptococcus mutans. Hasil uji penegasan terlihat pada Gambar 12.
a b
c
d e
f
Gambar 12. Uji penegasan pertama daya antibakteri minyak kayu manis konsentrasi 0,08 0,09 a dan 0,1 0,12 b
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
terjadi pada konsentrasi 0,08 , tetapi pada minyak kayu manis dengan konsentrasi 0,09 tidak terjadi pertumbuhan bakteri lagi.
Kesimpulan yang bisa diambil pada uji penegasan yang pertama Gambar 12, minyak kayu manis konsentrasi 0,08 adalah KHM dan konsentrasi minyak kayu
manis 0,09 adalah KBM. Uji penegasan kedua dilakukan untuk mempertegas KHM dan KBM minyak kayu manis yang didapat.
Gambar 13. Uji penegasan kedua daya antibakteri minyak kayu manis konsentrasi 0,08 0,09 a dan 0,1 0,12 b
Hasil dari uji penegasan kedua, terlihat bahwa tidak ada perubahan KHM dan KBM dengan uji penegasan pertama. Kesimpulan yang dapat diambil adalah
KHM minyak kayu manis adalah 0,08 dan KBM minyak kayu manis adalah 0,09.
a b
a b
C. Uji Organoleptis