Jenis-jenis Penilaian Otentik Penilaian Otentik

sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasan dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Udin S 2011:4.44 menjelaskan bahwa proses pembelajaran berbasis budaya bukan sekedar mentransfer serta menyampaikan budaya kepada siswa tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi dan kreativitas untuk mencapai pemahaman terpadu tentang ilmu dalam konteks budaya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas pendidikan karakter berbasis budaya lokal dapat diartikan sebagai pembentukan karakter pada siswa melalui nilai-nilai yang terdapat pada budaya sekitar untuk menciptakan makna sehingga menciptakan pemahaman tentang ilmu dalam konteks budaya pada siswa. Kemendiknas 2011 juga mengidentifikasi 25 butir nilai karakter sebagai prioritas penanaman karakter di sekolah yang bersumber dari agama, Pancasilan, budaya, dan tujuan pendidikan nasional dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter dalam satuan pendidikan. Adapun ke 25 butir nilai karakter tersebut adalah: 1 Kereligiusan, 2 Kejujuran, 3 Kecerdasan, 4 Tanggung jawab, 5 Kebersihan dan kesehatan, 6 Kedisiplinan, 7 Tolong-menolong, 8 Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, 9 Kesantunan, 10 Ketangguhan, 11 Kedemokratisan, 12 Kemandirian, 13 Keberanian mengambil risiko, 14 Berorientasi pada tindakan, 15 Berjiwa kepemimpinan, 16 Kerja keras, 17 Percaya diri, 18 Keingintahuan, 19 Cinta ilmu, 20 Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21 Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, 22 Menghargai karya dan prestasi orang lain, 23 Kepedulian terhadap lingkungan, 24 Nasionalisme, 25 Menghargai keberagaman.

2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan alat penunjang dalam pelaksanaan proses pendidikan. Menurut Andi Prastowo 2012:17 bahan ajar merupakan segala bahan baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis, menampilkan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Di bawah ini akan dipaparkan model pengembangan bahan ajar yang digunakan oleh peneliti yaitu model pengembangan menurut J. Kemp. Model pengembangan bahan menurut Kemp dalam buku Triyanto 2009 : 179, merupakan pengembangan yang berbentuk lingkaran yang berkelanjutan. Model desain pembelajaran Jerold E. Kemp terlihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Model Desain Pembelajaran Jerold E Kemp yang sudah direvisi Triyanto 2009 : 179 Identifikasi Masalah Pembelajaran Analisis Siswa Pelayanan Pendukung Pemilihan Media atau Sumber Belajar Strategi Pembelajaran Analisis Tugas Merumuskan Indikator Penyusunan Instrumen Evaluasi Revisi Perangkat Pembelajaran Evaluasi Formatif Re v is i R evi si Evaluasi Sumatif