sebagainya—yang secara langsung akan menciptakan produksi baru atau menambah produksi yang sudah ada, baik oleh investor dalam maupun luar
negeri.
2.1. Peran Strategis PMAL Di Masa Orde Baru
Peran penting dari PMAL sebagai salah satu sumber penggerak pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa disangkal.
Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMAL ke Indonesia memang sangat pesat, terutama pada periode 80-an dan bahkan mengalami akselerasi sejak
tahun 1994 seperti yang terlihat pada gambar 4.2.
Gbr. 4.2: Perkembangan Arus Masuk PMAL ke Indonesia Pra Krisis Ekonomi 1998 Milyar US Dollar
Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMAL pada khususnya di Indonesia selama era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas
politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif Sumber: Diolah oleh penulis dari BKPM 2011
terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi 1998 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya Tambunan, 2009.
Dilihat pada tingkat dunia, Indonesia juga termasuk negara penting tujuan PMAL selama era pra-krisis ekonomi 19971998. Bahkan selama periode 1990-
1997, yang dapat dikatakan sebagai masa saat perkembangan ekonomi Orde Baru mencapai titik puncaknya, peringkat Indonesia masuk dalam 20 besar negara-
negara penerima PMAL yang diukur dalam nilai juta dollar AS US. Sebagaimana terlihat dalam tabel 4.2, posisi Indonesia dengan nilai arus masuk
PMAL-nya mencapai hampir 23,7 miliar dollar AS, hanya lebih rendah dari Singapura dan Malaysia di dalam kelompok ASEAN.
Tabel 4.2: Total Arus Masuk dan Peringkat PMAL menurut Negara 1990-1997 Juta Dollar AS
Peringkat Negara
Nilai Peringkat
Negara Nilai
1 Amerika Serikat
414 074 21
Denmark 18 177
2
China 200 578
22
Thailand 17 177
3 Inggris
176 889 23
Selandia Baru 17 083
4
Perancis 149 587
24
Polandia 15 882
5 BLEU
84 008 25
Kolombia 18 798
6
Belanda 70 743
26
Hungaria 14 945
7 Spanyol
68 068 27
Norwegia 14 412
8
Meksiko 58 850
28
Hongkong 14 239
9 Kanada
53 818 29
Portugal 12 909
10
Australia 52 212
30
Rusia 12 774
11 Singapura
49 173 31
Venezuela 11 890
12
Swedia 47 546
32
Cina Taipei 11 443
13 Brasil
44 228 33
Peru 11 215
14
Malaysia 35 177
34
Korea 10 534
15 Italia
30 394 35
Austria 10 438
16
Argentina 30 120
36
Jepang 10 310
17 Indonesia
23 684 37
Nigeria 10 093
18
Jerman 21 475
38
India 9 957
19 Swiss
20 188 39
Israel 8 398
20
Chili 19 085
40
Filipina 8 379
Sumber: Diolah oleh penulis dari OECD 2011
Penanaman Modal Asing Langsung PMAL Foreign Direct InvestmentFDI yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar dari berbagai
negara selama ini merupakan kekuatan utama yang menggerakkan perekonomian di Asia Pasifik. Dalam bahasa yang lebih sederhana, investasi langsung
merupakan makanan yang paling bergizi bagi organisme perekonomian. Makanan ini langsung dapat menyehatkan dan menumbuhkan sosok perekonomian yang
bersangkutan dan tidak mengandung racun atau menimbulkan dampak sampingan yang berbahaya. Dari analisis yang sudah dilakukan Bank Dunia, keberadaan
PMAL di berbagai negara ternyata berhubungan langsung dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara atau kawasan yang bersangkutan Basri,
2009. Salah satu dampak positif dari sangat nyata dari kehadiran PMAL di
Indonesia selama era Orde Baru adalah pertumbuhan PDB yang pesat, yakni rata- rata per tahun antara 7 hingga 8 yang membuat Indonesia termasuk negara di
ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi gambar 4.3. Dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut, rata-rata pendapatan nasional per kapita di
Indonesia naik pesat setiap tahun, yang pada tahun 1993 dalam dollar AS sudah melewati angka 800. Pada tahun 1968 pendapatan nasional Indonesia per kapita
masih sangat rendah, masih sedikit dibawah 60 dollar AS Gambar 5. Tingkat ini jauh lebih rendah dibandingkan pendapatan di negara-negara berkembang lainnya
saat itu, seperti misalnya India, Sri Langka dan Pakistan. Tetapi, akibat krisis, pendapatan nasional per kapita Indonesia menurun drastis ke 640 dollar tahun
1998 dan 580 dollar AS tahun 1999 Tambunan, 2007.
Gbr. 4.3: Pertumbuhan PDB Indonesia, 1965-1996
Pesatnya arus masuk PMAL ke Indonesia selama periode pra-krisis ekonomi 1997 tersebut tidak lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang
diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang terfokus pada industrialisasi selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk pembangunan industri, pemerintah
Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor dengan proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar domestik yang sangat besar karena
penduduk Indonesia yang sangat banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang kehadiran PMAL. Dan memang PMAL yang masuk ke Indonesia
terpusat di sektor industri manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor dirubah secara bertahap ke kebijakan promosi ekspor Tambunan,
2007. Sumber: Tambunan 2007
Oleh karena itu, perkembangan sektor industri manufaktur yang pesat yang mendorong terjadinya perubahan ekonomi secara struktural dari sebuah
ekonomi berbasis pertanian ke sebuah ekonomi berbasis industri selama era Orde Baru tidak lepas dari peran PMAL. Pada tahun 1988, misalnya, pangsa sektor
industri terhadap pembentukan PDB tercatat sekitar 37, namun sejak 1997 telah melewati 40 gambar 4.4.
Gbr. 4.4: Transformasi Struktur Ekonomi Indonesia Pra Krisis Ekonomi 1998
PMAL juga sangat berperan dalam perkembangan ekspor non-migas, khususnya barang-barang manufaktur. Pada awal dekade 80-an, sumbangan dari
industri manufaktur terhadap total ekspor non-migas baru sekitar 20, namun menjelang krisis 1997, sahamnya naik menjadi 70 sebagaimana terlihat dalam
gambar 4.5. Sumber: Tambunan 2007
Gbr. 4.5: Peranan Industri Manufaktur terhadap Ekspor Non-Migas
Sumber: Tambunan 2007
Di bawah kepemimpinan Soeharto, periode kebijakan industri meliputi periode rehabilitasi dan stabilisasi 1967-1972, periode penurunan harga minyak
1982-1996, dan periode krisis 1997. Kebijakan pembangunan industri di era Soeharto pada periode rehabilitasi dan stabilisasi 1967-1972 dan periode
terjadinya boom minyak 1973-1981 menitikberatkan pada industri substitusi impor. Dengan meningkatnya harga minyak boom minyak, kebijakan industri
tersebut dilanjutkan bahkan lebih diintensifkan. Pemerintah melakukan sejumlah kebijakan yang menguntungkan sektor manufaktur terutama liberalisasi
perdagangan dan unifikasi nilai tukar. Selain itu, prioritas utama diarahkan pada pengembangan sektor swasta, dengan melakukan banyak promosi untuk menarik
investor asing masuk ke Indonesia. Di sisi lain, perlakuan khusus, seperti subsidi pada perusahaan pemerintah mulai dihilangkan. Hasilnya, barang baku dan suku
cadang industri semakin mudah ditemukan dan mulailah era bonanza industri Kuncoro, 2010.
Investasi memang sangat penting sebagai motor utama perkembangan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Walaupun pertumbuhan konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran pemerintah juga penting, tetapi tanpa investasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang tidak bisa tercapai. Tanpa investasi riil atau
investasi langsung, maka peningkatan PDB tidak dapat berlanjut Boediono, 2009.
Terdapat tiga alasan utama mengapa PMAL memiliki peranan yang penting bagi Indonesia. Pertama, PMAL membawa teknologi baru dan
pengetahuan lainnya yang berguna bagi pembangunan di dalam negeri. Kedua, pada umumnya PMAL mempunyai jaringan kuat dengan lembaga-lembaga
keuangan global, sehingga tidak tergantung pada dana dari perbankan di Indonesia. Ketiga, bagi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang
berorientasi ekspor, biasanya mereka sudah memiliki jaringan pasar global yang kuat, sehingga tidak ada kesulitan dalam ekspor Tambunan, 2007.
2.2. Perkembangan PMAL Pasca Krisis Ekonomi 1998