semakin diperparah dengan masih berlanjutnya berbagai pungutan, baik resmi maupun liar, yang harus dibayarkan kepada para petugas, pejabat, dan preman.
Studi yang dilakukan Kuncoro 2010 menunjukkan masih adanya grease money dalam bentuk pungutan liar pungli, upeti, dan biaya ekstra yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dari sejak mencari bahan baku, memproses input menjadi output, maupun ekspor. Lebih dari separuh responden berpendapat bahwa
pungli, perizinan oleh pemerintah pusat dan daerah, kenaikan tarif BBM, listrik, dan sebagainya merupakan kendala utama yang dihadapi para pengusaha yang
berorientasi ekspor. Rata-rata persentase pungli terhadap biaya ekspor setahun adalah 7,5 , yang diperkirakan sebesar Rp. 3 triliun atau sekitar 153 juta dollar
AS. Lokasi yang dituding rawan terhadap pungli terutama jalan raya, jembatan timbang dan pelabuhan. Dan oknum yang paling banyak menerima pungli tersebut
adalah polisi serta petugas Bea dan Cukai BC Masih menjamurnya grease money dalam praktik birokrasi di Indonesia menjadi gambaran buruknya
kelembagaan yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya biaya transaksi.
2.5. PMAL Indonesia Ke Depan
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UNCTAD dalam laporannya yang bertajuk World Investment Report WIR 2008 dan 2010, Indonesia kini masuk di
dalam negara-negara dengan lokasi yang paling disukai untuk PMAL 2008-2010, dimana Indonesia berada di urutan ke 8 dari 12 negara sebagaimana terlihat dalam
tabel 4.5. Dan pada survei yang baru dilakukan UNCTAD pada tahun 2010 lalu, Indonesia tetap berada pada kelompok negara-negara yang paling disukai untuk
PMAL 2010-2012 yang terlihat dalam tabel 4.6.
Tabel 4.5: Lokasi yang Paling Disukai untuk PMAL 2008-2010 Peringkat
Negara 1
China
2 India
3 AS
4
Rusia
5 Brasil
6 Vietnam
7 Jerman
8 Indonesia
9
Australia
10 Kanada
11 Meksiko
12 Inggris
Tabel 4.6: Lokasi yang Paling Disukai untuk PMAL 2010-2012
Sumber: Diolah oleh penulis dari UNCTAD 2008
Peringkat Negara
1 China
2
India
3 Brasil
4 AS
5 Rusia
6 Meksiko
7
Inggris
8 Vietnam
9 Indonesia
10 Jerman
11 Thailand
12
Polandia
13 Australia
14 Perancis
15 Malaysia
16 Jepang
17
Kanada
18 Chili
19 Afrika Selatan
20 Spanyol
21 Peru
Sumber: Diolah oleh penulis dari UNCTAD 2010 Pertumbuhan PDB Indonesia dalam 5 tahun terakhir merupakan
determinan yang kuat untuk menarik investor asing menanamkan modalnya di
Indonesia. Peningkatan kuantitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi menjadi faktor penting di dalam mendorong aliran masuk PMAL ke Indonesia Kurniati et
al, 2007. Dalam proses pemulihan dan dalam tahun‐tahun sesudahnya dapat
diperkirakan bahwa Indonesia akan lebih menarik sebagai tempat investasi oleh investor asing karena berbagai alasan. Di antara alasan‐alasan tersebut adalah: 1
jumlah penduduk yang besar yang menjadi potential buyer dari produk yang dihasilkan; 2 tersedianya angkatan kerja yang produktivitasnya masih sangat
berpeluang untuk ditingkatkan; 3 tersedianya sumber daya yang dapat diolah dan merupakan kebutuhan masyarakat kawasan atau dunia; 4 terpeliharanya
stabilisasi di bidang politik dan semakin terbukanya ruang bagi bekerjanya mekanisme pasar; dan 5 semakin turunnya biaya yang tak terkait langsung
dengan kegiatan produksi dan distribusi clean government atau good corporate governance Kadin, 2009.
Kadin juga berpendapat bahwa Indonesia perlu memberikan peluang kepada para investor untuk memanfaatkan “kelebihan” yang dimiliki oleh
Indonesia. Berkaitan dengan itu maka sikap keterbukaan dari masyarakat perlu dikembangkan agar para investor asing merasakan bahwa risiko berusaha di
Indonesia mengalami perubahan yang berarti.
3. Pengeluaran Pemerintah