BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dapat membentuk masyarakat dunia yang saling ketergantungan. Tatanan dunia mulai
mengalami perubahan secara stuktural menuju era globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk itu mutu pendidikan tidak dapat diabaikan, karena
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi era globalisasi tersebut harus memiliki pendidikan yang bermutu. Upaya peningkatan mutu
pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan nasional pada saat ini. Hal ini seperti terkandung dalam PP No. 19 tahun 2005 pasal 4 disebutkan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu
sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting
dalam proses pembelajaran. Pentingnya faktor guru dan siswa dapat dirunut melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk
membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
1
2
Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran, guru perlu memahami hal-hal yang mempengaruhi proses belajar siswa, baik yang
menghambat maupun yang mendukung. Selain itu, guru harus memahami tentang model atau strategi pembelajaran yang efektif maupun media pembelajaran yang
sesuai agar dapat membantu siswa belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
Salah satu kajian ilmu yang harus diajarkan oleh para pendidik yaitu matematika. Dalam membelajarkan matematika, tentunya guru dapat memberikan
pembelajaran dengan cara yang sesuai. Penekanan terhadap mata pelajaran matematika harus dirancang sedemikian rupa karena matematika merupakan salah
satu ilmu yang akan memberikan kemajuan di berbagai bidang pembangunan. Hal ini sangat penting untuk diberikan pada siswa sebagai calon anggota masyarakat.
Dengan demikian dalam kehidupan masyarakat nantinya siswa dapat memberikan berbagai kontribusi untuk memajukan masyarakat.
Jika dikaji lebih lanjut, matematika merupakan ilmu yang bersifat deduktif aksiomatik dan objek yang dipelajari bersifat abstrak fakta, konsep, dan prinsip.
Antonius
2006:9 mengutarakan bahwa hakekat matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan, konsep-konsep abstrak dan dikembangkan
menurut aturan yang logis. Dienes dalam Kristiyanto, 2007 berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur,
memisah-misahkan hubungan-hubungan
di antara
struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar
3
matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari
matematika yang baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi
matematika berikutnya yang tersusun secara hierarkis. Matematika menduduki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, maka
dari itu, ilmu matematika sudah diajarkan kepada siswa SD. Suherman dalam Syamri, 2010 menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang diajarkan di SD
merupakan matematika sekolah yang tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu memiliki objek kajian yang abstrak dan memiliki pola pikir
deduktif konsisten. Matematika sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dipahami oleh siswa SD yang belum mampu berfikir formal.
Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognisi yang diutarakan oleh Jean Piaget dalam Soeparwoto, 2007: 85 bahwa pada tahap operasional konkret
concrete operational stage berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini cara berpikir anak masih konkret, belum menangkap abstrak. Siswa di usia
tersebut, akan kesulitan untuk memahami konsep yang bersifat abstrak seperti halnya konsep-konsep dalam matematika.
Objek kajian matematika yang merupakan konsep abstrak menyebabkan matematika menjadi ilmu yang dianggap
4
lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kapada hal-hal yang baru, yang lain, yang disukainya.
Brunner dalam Arsyad 2011:7 melukiskan bahwa ada tingkatan utama modus
belajar, yaitu
pengalaman langsung
enactive, pengalaman
pictorialgambar iconic, dan pengalaman abstrak symbolic. Pengalaman langsung yakni anak-anak di dalam belajarnya menggunakanmemanipulasi
objek-objek secara langsung; pengalaman pictorialgambar yakni kegiatan anak- anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari subjek-subjek.
Pada tahap ini anak tidak mamanipulasi langsung objek-objek seperti dalam tahap enactive, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran;
dan pengalaman abstrak, yakni tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Dengan demikian,
pembelajaran matematika yang diberikan kepada siswa SD harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa agar konsep yang diajarkan dapat
dipahami dengan baik. Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran yang sering diterapkan pada
siswa SD adalah pembelajaran yang konvensional seperti membelajarkan matematika dengan menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan metode
yang lebih inovatif atau media pembelajaran yang sesuai. Hal ini akan menyebabkan siswa kurang memahami konsep dalam matematika.
Kesenjangan antara pembelajaran yang harus diterapkan pada siswa SD dengan penerapan pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah-sekolah tentunya
membutuhkan solusi agar kesulitan siswa dalam proses belajar dapat diatasi.
5
Dienes dalam Abied, 2011 meyakini bahwa dengan menggunakan berbagai sajian representasi tentang suatu konsep matematika, anak-anak akan dapat
memahami secara penuh konsep tersebut jika di bandingkan dengan hanya menggunakan satu macam sajian saja.
Sebagai contoh, jika guru ingin mengajarkan konsep persegi, maka guru disarankan menyajikan beberapa gambar
persegi dengan ukuran sisi berlainan. Dengan demikian, sajian berupa media pembelajaran akan berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman siswa SD
terhadap konsep-konsep matematika. Dienes dalam Kristiyanto, 2007 juga mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang
disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini
mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk nyata akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Ketika siswa berinteraksi dengan sajian media pembelajaran, ada berbagai aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan siswa, baik aktivitas fisik maupun
psikis. Rohani 2004: 6 mengutarakan bahwa aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Ia
tidak sekedar duduk dan mendengarkan, melihatpasif. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis kejiwaan adalah jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknyabanyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Ketika siswa aktif dalam proses belajar mengajar dengan bantuan media tentunya siswa
memperoleh pengalaman nyata dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh hasil pengajaran yang optimal sekaligus memperoleh proses belajar
mengajar secara aktif, karena siswa belajar melalui mendengarkan, mengamati,
6
menyelidiki, memberikan respon, mengingat, menguraikan, dan mengasosiasikan ketentuan satu dengan ketentuan lainnya.
Adanya pengalaman nyata yang akan memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa menyebabkan media pembelajaran memegang peranan penting
di dalam membelajarkan konsep matematika. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep abstrak matematika agar dapat diturunkan
keabstrakannya. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan gagasan suatu media pembelajaran dalam pembelajaran matematika berupa flash macromedia. Flash
macromedia merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat gambar- gambar animasi berupa materi-materi yang akan diajarkan pada siswa. Animasi
yang dihasilkan dari aplikasi flash macromedia merupakan alat bantu pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Porter 2000: 107 bahwa alat
bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi,
dan perasaan Damasio dalam Porter, 2000: 255. Suasana belajar yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan suara akan memberikan pengaruh pada daya ingat
siswa. Alat bantu ini akan mewakili gagasan dari konsep matematika yang akan disampaikan, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan akan
lebih baik dan suasana belajar akan lebih menyenangkan. Pada akhirnya siswa dapat memahami konsep matematika dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kajian dalam penelitian ini tentang masalah efektivitas pembelajaran dengan menggunakan flash macromedia terhadap
prestasi dan aktivitas belajar siswa. Judul dalam penelitian ini yaitu
7
Penggunaan Flash Macromedia Terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar siswa kelas III pada Materi Bangun Datar di MI IT Luqman Al-Hakim Slawi
8
2. Penerapan pembelajaran yang konvensional dan kurang memanfaatkan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar.
3. Hasil belajar matematika yang cenderung rendah karena siswa hanya sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi.
4. Matematika yang selama ini dipelajari bersifat abstrak sehingga pemahaman konsep siswa sangat lemah.
D. Tujuan Penelitian