MENGUJI ALASAN

LANGKAH 3 MENGUJI ALASAN

a. Menguji Alasan-Alasan dalam Kelompok- Kelompok Kecil

Sebelum seluruh kelas mulai mendiskusikan kisah dilema, para siswa memerlukan kesempatan untuk bertemu dalam kelompok-kelompok kecil untuk menguji alasan-alasan mereka dan mengabsahkan posisi tindakan mereka. Pertemuan dalam kelompok kecil menjamin bahwa setiap individu punya kesempatan untuk bertukar pikiran dengan siswa lain sesama anggota kelas. Prioritas waktu ini digunakan untuk kegiatan diskusi kelas terbuka yang lebih luas membolehkan kelompok

Proses Pembelajaran

berpikir tentang alasan-alasan yang berbeda terhadap setiap posisi tertentu dan menguji kemampuan yang lain untuk mempertahankan posisi.

1) Mengatur Kelompok-Kelompok Kecil Teori Kohlberg mengemukakan bahwa para

siswa perlu mendengarkan alasan pada tahapan berikutnya yang lebih tinggi bagi terjadinya perkembangan moral. Pendekatan yang menggunakan teori Kohlberg yang diuraikan dalam buku ini berasumsi bahwa pada sejumlah individual di kelas, yakni para siswa bertindak pada tahapan-tahapan perkembangan moral yang berdekatan.

Oleh karena itu, kelompok-kelompok bekerja bersama terhadap tugas-tugas yang berfokus pada kemungkinan memaksimalkan alasan dari para siswa untuk mendengar pandangan tentang hal-hal lain yang membahas isu-isu tertentu. Dalam kelompok-kelompok kecil, para siswa mengerjakan tugas-tugas yang menghendaki mereka untuk menjelaskan, merumuskan dan mendengarkan alasan-alasan dari posisi tertentu.

Di samping itu beberapa tujuan berhubungan secara langsung dengan perkembangan moral, bahwa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil adalah menolong para siswa untuk mencapai sejumlah tujuan lain yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan belajar dan konsep diri. Bekerja dalam kelompok-kelompok kecil menolong para siswa menyelesaikan tugas spesifik dalam mengembangkan keterampilan-ke-

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

terampilan mendengarkan, dan menjadi sadar untuk menerima berbagai pendapat.

Para guru yang tidak segera menggunakan penyebaran kelompok kecil dalam kelas, perlu memikirkan beberapa waktu tambahan. Para siswa butuh bersosialisasi dengan aktivitas- aktivitas kelompok kecil. Para guru sebaiknya memilih tugas-tugas yang cocok dengan pengalaman dan kemampuan-kemampuan para siswa mereka.

Sebagai peraturan umum yang menonjol sekali, aktivitas-aktivitas kelompok sebaiknya dimulai dengan tugas-tugas yang relatif sederhana seperti mendaftar semua alasan para anggota dalam kelompok dan menyeleksi dua alasan terbaik dari daftar itu. Setelah para siswa menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana, itu tepat untuk melanjutkan pada tugas-tugas yang lebih kompleks, seperti menentukan peran atau menyiapkan untuk melakukan debat.

Kemampuan para siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil tergantung pada keahlian guru. Guru dapat menggunakan sejumlah kegiatan untuk menolong kelompok bekerja dan mengalami keberhasilan, dengan cara-cara:

a) Berikan tugas-tugas dengan rumusan yang jelas dan berhubungan dengan dilema dan memperhitungkan kemampuan-kemampu- an para siswa. Kartu-kartu tugas yang menyatakan tujuan-tujuan khusus bagi kerja kelompok menolong kelompok-

Proses Pembelajaran

kelompok untuk memfokuskan pada tugas- tugas yang diberikan.

b) Selama kamu berjalan dari kelompok ke kelompok, masuki kelompok-kelompok tanpa menganggu diskusi. Guru sebaiknya memasuki kelompok sebagai pendengar dan membuat keputusan secara tepat didasarkan atas bagaimana sebaiknya kelompok-kelompok bekerja untuk melengkapi tugas yang diberikan. Tindakan-tindakan yang tepat bagi para guru termasuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan tipe melacak, dan memberikan tugas-tugas tambahan yang bermakna, akan menolong kelompok menyiapkan diskusi kelas.

c) Kelompok kecil menghendaki dukungan lebih tinggi dari tingkat keramaian biasa dalam kelas. Para guru sebaiknya sering mundur menjauh dari kelompok dan mengamati ke dalam kelas untuk mendapatkan gambaran bagaimana kelas bekerja dalam tatanan kelompok kecil.

d) Para guru sebaiknya berupaya melakukan bermacam-macam kegiatan dan tugas kelompok kecil dari pelajaran ke pelajaran.

e) Para guru mungkin menemukan cara yang menolong dalam mencatat berbagai diskusi yang menempatkan kelompok-kelompok dalam melaksanakan diskusi-diskusi kelas.

Secara umum, para guru sebaiknya menggunakan beragam strategi pembentukan

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

kelompok yang didasarkan atas kemampuan para siswa dan/atau bentuk dilema. Kelompok kecil yang bekerja dibawa langsung ke dalam aktivitas- aktivitas kelas yang lain, dan kelompok kelompok dalam kurikulum regular akan meningkatkan kualitas pelajaran perkembangan moral.

2) Strategi-Strategi Kelompok Kecil

• Strategi A ( Kelompok yang Sama Pilihan ) Penyebaran :

Bagi kelas ke dalam kelompok- kelompok yang terdiri dari 5 sampai 8 siswa. Setiap kelompok akan terdiri dari individu-individu yang setuju dengan tindakan yang tepat dalam dilema

Tugas Siswa : Setiap kelompok mengisi daftar

alasan-alasan untuk mendapatkan posisi yang dipilih. Setelah kelompok-kelompok bekerja untuk jangka waktu yang di- tentukan pada tugas permulaan, kemudian mereka memilih dua alasan yang terbaik yang mereka pikir mencerminkan pembelaan terbaik dari posisi mereka atas dilema moral.

Catatan untuk Guru : Kamu sebaiknya berjalan dari

kelompok ke kelompok, jika perlu menolong setiap kelompok mengembang- kan daftar alasan-alasan mereka. Setelah berjalan sekitar 15 menit kelompok bekerja, minta catatan dari setiap

Proses Pembelajaran

kelompok untuk melaporkan daftar ter- akhir dari alasan-alasan terbaik. Karena kamu akan memiliki beberapa kelompok yang bekerja dalam mendaftar alasan- alasan yang memilih posisi berlawanan terhadap dilema moral.

Diskusi kelas secara keseluruhan difokuskan pada penalaran moral, dan akan diikuti pelaporan dari kelompok- kelompok. Mendorong para siswa untuk menantang satu alasan yang lain dan menolong memfokuskan dialog pada mengapa individu-individu meyakini satu alasan lebih tepat dari yang lain. Diskusi akan sering terfokus pada dua atau tiga alasan yang bertentangan.

Jika diskusi kelas secara keseluruhan menjadi begitu berulang-ulang atau berjalan lambat, gunakan pertanyaan lacakan sebagai alternatif dilema untuk memfokuskan kembali diskusi atau mencek konsistensi dari alasan para siswa terhadap posisi tertentu. Sering-sering minta para siswa yang tidak aktif dalam diskusi untuk menyimpulkan dialog atau minta pendapat mereka dalam diskusi.

• Strategi B (Kelompok yang Beragam Pilihan )

Penyebaran : Atur kelas ke dalam kelompok-

kelompok kecil dengan setiap kelompok terdiri dari anggota-anggota yang setuju,

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

yang tidak setuju, dan yang belum mampu memutuskan posisi terhadap tindakan pada dilema. Sebagai contoh, dalam strategi ini kelompok mungkin terdiri dari dua atau tiga individu-individu yang berpikir Sam sebaiknya memenuhi permintaan, tiga atau empat yang berpikir bahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi- nya, dan siswa yang tidak dapat memutuskan.

Tugas Siswa : Minta para siswa dalam kelompok-

kelompok beragam untuk mendiskusikan posisi-posisi dan alasan-alasan mereka dan selanjutnya menghasilkan daftar yang berisi dua alasan terbaik (sesuai dengan kelompok) mengapa Sam sebaiknya memenuhi permintaan, dan dua alasan terbaik mengapa Sam sebaiknya tidak memenuhinya.

Catatan untuk Guru : Satu dari tujuan strategi ini adalah

agar para siswa mendiskusikan dilema setiap posisi dari tindakan yang meru- pakan tugas dari kelompok yang bertitik tolak pada alasan ketimbang posisi awal. Diskusi kelas umum sebaiknya mengikuti laporan-laporan kelompok. Dengan strategi ini, kamu mungkin menemukan cara menolong kelompok-kelompok mencatat alasan-alasan terbaik mereka pada papan tulis, jadi setiap orang dapat

Proses Pembelajaran

melihat cara-cara berbeda dalam berpikir tentang dilema.

• Strategi C

Penyebaran : Setelah menentukan pembagian kelas

terhadap tindakan, bagi kelas ke dalam kelompok-kelompok terdiri dari 5 sampai

8 siswa yang merupakan anggota- anggota setuju tentang tindakan yang tepat terhadap dilema.

Tugas Siswa : Para anggota dari setiap kelompok

berbagi alasan-alasan mereka untuk menentukan posisi-posisi yang mereka pilih. Berikan setiap kelompok 5 atau 10 menit untuk bertukar alasan-alasan. Setiap siswa sebaiknya mencatat alasan-alasan yang dikemukakan dalam kelompok.

Catatan untuk Guru : Guru sebaiknya berjalan dari

kelompok ke kelompok untuk mendengar- kan diskusi. Berikutnya, atur kembali kelompok-kelompok ke dalam bentuk, separuh kelompok yang menyatakan satu posisi yang mengalami perubahan tempat, dengan separuh dari kelompok yang menyatakan posisi berlawanan dalam tindakan. Para anggota dari kelompok- kelompok yang baru (sekarang campuran) mengerjakan tugas-tugas berikut:

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

a) Laporkan terhadap kelompok setengah yang lain dari alasan-alasan kelompok mereka yang dikembangkan dalam diskusi sebelumnya.

b) Diskusi alasan-alasan. Secara khusus, setengah kelompok baru akan me- nantang alasan-alasan yang dikemuka- kan oleh setengah kelompok yang lain dan ajukan pertanyaan tentang mengapa mereka berpikir bahwa alasan-alasan mereka dianggap baik.

c) Setengah kelompok yang baru kemudian membahas tiga sampai 5 menit dan memutuskan alasan yang dikemukakan setengah kelompok lain kelihatan lebih tepat. Mereka menentu- kan bahwa alasan yang mereka dengar dari setengah kelompok yang lain yang dikemukakan- bukan alasan yang mereka perlu setujui. Sebagai contoh, tiga siswa yang yakin bahwa Sam sebaiknya memenuhi permintaan, akan mencoba untuk setuju pada alasan (lebih dapat diterima mereka) terbaik yang mereka dengar dari kelompok yang yakin bahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi permintaan makanan untuk teman-temannya, para pekerja tambang.

d) Kelompok-kelompok melaporkan keputusan-keputusan mereka terhadap kelas dengan menekankan secara khusus pada mengapa setiap bagian

Proses Pembelajaran

kelompok memilih alasan tertentu yang lain-lain telah dikemukakan.

Guru mungkin akan menyiapkan kertas tugas kelompok yang menjelaskan tugas-tugas kelompok-kelompok kecil untuk strategi ini. Berikan cukup waktu untuk kelompok-kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas. Strategi ini menekankan analisis terhadap alasan yang digunakan oleh setiap individu-individu yang mengusulkan posisi tindakan yang berlawanan.

• Strategi D

Penyebaran : Setelah beberapa diskusi kelas

terhadap dilema dan alasan-alasan dari posisi individu tertentu, bagi kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 5 sampai 8 siswa.

Tugas Siswa : Minta setiap anggota kelompok untuk

mengajukan suatu pendapat tentang peranan tertentu dalam dilema dan pertimbangkan, dari pandangan tokoh, apa yang sebaiknya tokoh utama dalam dilema lakukan dan mengapa.

Catatan untuk Guru : Setelah kelompok bertemu, anggota-

anggota dari setiap boleh mempre- sentasikan tokoh mereka dalam dialog

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

utama tentang dilema. Diskusi sebaiknya tetap pada mengapa tokoh yakin tindakan yang dipilihnya adalah benar. Strategi ini secara khusus digunakan untuk menolong para siswa berpikir tentang cerita dilema dari pandangan-pandangan dan peran yang berbeda.

• Strategi E

Jika para siswa kamu tidak setuju dengan posisi tindakan dalam cerita dilema ( bahkan setelah menggunakan dilema-dilema alternatif yang digunakan dalam Perencaanan Mengajar ), kamu mungkin ingin menggunakan strategi yang mengabaikan penentuan keputusan terhadap tindakan dan meneruskan diskusi dengan menekankan pada alasan-alasan yang berbeda.

Penyebaran : Bagi kelas ke dalam 4 kelompok

Tugas Siswa : Minta dua dari kelompok untuk

mengajukan memilih posisi “ya” terhadap pertanyaan dilema dan dua kelompok yang lain untuk memilih posisi “tidak”. Minta kelompok-kelompok untuk me- mikirkan terhadap seluruh alasan yang berbeda dari yang mungkin diberikan or- ang untuk menanggapi apakah “ya” atau “tidak” terhadap pertanyaan.

Proses Pembelajaran

Catatan untuk Guru : Setelah memberikan kelompok cukup

waktu untuk membahas daftar alasan- alasan, minta kelompok-kelompok untuk menolong kamu menuliskan di papan tulis daftar alasan-alasan berdasarkan kategori setiap tindakan ( ya dan tidak ). Setelah kamu mempunyai berbagai alasan yang telah disusun dalam daftar, kamu dapat minta kelas untuk menunjukkan alasan yang lebih dapat diterima bagi mereka sebagai jalan pembenaran yang secara khusus diikuti oleh tindakan. Kamu barangkali bahkan minta mereka untuk menyusun peringkat alasan yang telah didaftar, minta mereka untuk mendiskusikan mengapa itu lebih dapat diterima. Sebaiknya dimulai dengan diskusi terhadap pertimbangan moral.

3) Para Siswa yang tidak Memutuskan Beberapa strategi yang disarankan sering

dilakukan untuk menata kelas sesuai dengan posisi-posisi secara individual terhadap pertanyaan tindakan. Para siswa yang tetap tidak memutus- kan terhadap keputusan tindakan mungkin dapat berpartisipasi dalam berbagai cara.

a) Para siswa yang tidak memutuskan boleh bersama sejumlah kelompok dengan tanggung jawab yang jelas dalam men- dengarkan diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang alasan- alasan terhadap posisi-posisi tertentu.

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

b) Para siswa yang tidak memutuskan dapat juga membentuk kelompok yang terpisah untuk mengembangkan daftar dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka akan sukai untuk dijawab oleh kelompok- kelompok lain untuk menolong mereka menghasilkan keputusan.

c) Para siswa yang tidak memutuskan dapat mencatat berbagai alasan yang diberikan selama diskusi kelas dan memilih apa yang mereka pikir dan tunjukkan sebagai alasan- alasan terbaik yang diberikan untuk setiap posisi tindakan.

b. Menguji Alasan-Alasan yang Berbeda terhadap Istilah dalam Isu-Isu, Dilema-Dilema yang Serupa, Konsekuensi-Konsekuensi dan Dilema-Dilema Sebelumnya

Sebuah diskusi bergerak dari kelompok- kelompok kecil ke dalam diskusi kelas, kisah dilema barangkali dapat dianalisa dalam istilah:

Isu-Isu : Setiap masalah sosial atau moral mengan-

dung sejumlah isu-isu moral yang spesifik. Metode yang terbaik untuk memfokuskan pada isu-isu tertentu adalah menggunakan satu dari per- tanyaan-pertanyaan lacakan yang diberikan dalam Perencanaan Mengajar. Guru sebaiknya mencoba mengenalkan isu yang dihubungkan dengan pertanyaan lacakan dengan jalan tidak mengganggu jalannya diskusi siswa. Mengenal- kan isu yang dihubungkan dengan pertanyaan

Proses Pembelajaran

lacakan sama seperti para siswa mulai untuk berbicara tentang isu-isu tertentu atau ketika diskusi nampak berjalan lambat dan isu belum cukup dibahas. Sebagai contoh, jika para siswa kamu tidak mendiskusikan apakah Sam punya kewajiban terhadap pemilik toko, kamu mungkin mengenalkan lacakan “Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemilik toko? Mengapa ya atau mengapa tidak?”

Dilema-Dilema yang Serupa : Dilema yang serupa adalah berbagai kisah

atau situasi yang berhubungan secara langsung dengan dilema yang sedang dibahas. Dilema yang serupa adalah serupa dalam istilah-istilah atau keadaan-keadaan dan mengandung isu-isu moral yang sama. Para siswa mungkin menunjukkan dilemma-dilema serupa; kamu mungkin berpikir tentang situasi-situasi serupa yang lebih bermakna untuk kehidupan-kehidupan atau pengalaman- pengalaman para siswa; atau kamu mungkin menemukan materi-materi dari surat-surat kabar atau majalah lokal yang menyajikan situasi dilema serupa tentang cerita yang kamu dan kelas bahas.

Jika kelas menghadapi kesukaran mengana- lisis dilema tertentu, kamu bisa menyajikan dilema serupa untuk menolong mendorong diskusi kelas lebih produktif. Sebagai contoh, siswa-siswa kelas 3 SMP yang membahas kasus Walter Hickel, mereka tidak dapat benar-benar terlibat dalam diskusi terhadap dilema apakah Walter Hickel akan meletakkan jabatan atau tidak, pada posisinya dalam kabinet sebagai Sekretaris

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Pribadi, sebab ia tidak percaya terhadap semua aktivitas-aktivitas kerja Nixon.

Oleh karena itu, guru bisa mengenalkan situasi lain yang menyangkut seorang siswa SMP yang telah ditetapkan sebagai bendahara pada OSIS, hanya untuk menemukan bahwa anggota- anggota lain dari OSIS yang merencanakan aktivitas sosial, secara sengaja akan melakukan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok lain di sekolah. “ Sebaiknya siswa itu mengundurkan diri dari posisi bendahara ketimbang sebagai bagian dari yang aktivitas sosial direncanakan?”. Ternyata para siswa mulai amat hidup diskusinya terhadap isu-isu yang dihubungan dengan situasi serupa.

Konsekuensi-Konsekuensi: Banyak diskusi dari masalah-masalah sosial

dan moral, biasanya termasuk berbagai per- timbangan terhadap konsekuensi-konsekuensi dari tindakan seseorang. Guru boleh memilih untuk mengawali diskusi dengan meminta para siswa membahas konsekuensi-konsekuensi yang berhubungan dengan salah satu bagian dari tindakan yang ditunjukkan dalam kisah dilema. Daftarlah berbagai konsekuensi dan pengaruhnya terhadap tokoh-tokoh tertentu dalam dilema yang mungkin berguna, prioritas langkah berikutnya adalah meminta para siswa menentukan posisi tindakan dan menunjukkan alasan. Berpikir dalam istilah konsekuensi-konsekuensi sebaiknya juga menolong para siswa memulai memper- timbangkan tambahan peran-peran dan

Proses Pembelajaran

pandangan-pandangan dalam setiap situasi. Fokus dari diskusi, bagaimanapun, akan tetap pada alasan terhadap posisi tertentu dan bukan keputusan “benar” yang didasarkan atas kekuatiran dari konsekuensi-konsekuensi moral.

Dilema-Dilema Sebelumnya : Sebagaimana kamu menghadapkan para

siswa dengan sejumlah masalah-masalah moral selama kegiatan pembelajaran pada tahun ajaran sekolah, banyak dari cerita-cerita akan menyang- kut isu-isu serupa. Kamu mungkin menemukan para siswa yang memberi tanggapan dengan alasan yang tidak konsisten terhadap situasi- situasi atau isu-isu serupa. Ini biasa, dan itu memberikan kesempatan untuk menolong para siswa memikirkan kemungkinan yang tidak konsisten dari alasannya terhadap isu-isu moral tertentu. Mengupayakan memecahkan kembali ketidakkonsistenan dan perjuangan dengan isu- isu moral yang serupa seperti mereka menghadapi situasi-situasi berbeda, dapat memudahkan perkembangan moral.

Guru sebaiknya menunjukkan beberapa ketidakkonsistenan secara terbuka, tidak mengancam dan dengan cara tidak menghakimi dan minta siswa untuk memikirkannya. Sebagai misal, guru dapat berkata, “ Tono, saya ingat bahwa menjelaskan kepada kita beberapa minggu yang lalu, bahwa orang tidak akan pernah melakukan apapun untuk menyakiti teman, sebab teman yang sama dapat menolong memberikan jalan keluar dari masalah pada suatu

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

waktu. Sekarang kamu berkata bahwa Sam sebaiknya memikirkan pemilik toko dan meng- hilangkan seluruh hal yang Sam dapat lakukan dengan memberikan kredit pada pekerja tambang yang mogok. Dapatkah kamu menjelas- kan kepada kita sesuatu tentang bagaimana atau mengapa kamu merubah pikiranmu? “. Rupanya ketidakkonsistenan Tono tidak menunjukkan bahwa ia tidak merespon secara serius terhadap masalah yang didiskusikan, tetapi bahwa ia berjuang dengan pandangan-pandangan baru yang berkenaan dengan isu-isu tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa sering ketika orang nampak tidak konsisten dalam pikiran mereka (disebut sebagai “ketidakseimbangan”), mereka mungkin mengalami pertumbuhan terbesar mereka dalam kematangan moral.

Berikut salinan selanjutnya selama tahap ketiga dalam proses pembelajaran .

Guru: Saya akan menyukai 11 orang yang

menunjukkan bahwa mereka berpendapat bahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi permintaan, untuk memisahkan diri ke dalam dua kelompok dan berkumpul pada sudut ini. Saya akan menyukai 15 atau lebih orang yang berpendapat bahwa Sam sebaiknya memenuhi permintaan, untuk memisahkan diri ke dalam tiga kelompok dan mengatur beberapa kursi di sekitar jendela untuk membentuk kelompok- kelompok kamu. Heri, maukah kamu menggunakan beberapa waktu dalam kelom-

Proses Pembelajaran

pok “ya” dan kelompok “tidak” dan menulis beberapa catatan tidak resmi terhadap apa yang berlangsung, apa alasan-alasan yang mereka berikan untuk pandangan-pandangan yang saling berlawanan. Kemudian, barangkali, kita dapat mengawali diskusi besar kita dengan kesimpulanmu terhadap apa yang kamu dengar selama berlangsung diskusi dalam kelompok-kelompok.

Sekarang, setiap kelompok kecil akan punya waktu 10 menit untuk mengerjakan tugas berikut: [1] berikan setiap orang kesempatan untuk menyampaikan alasannya dengan berkata bahwa Sam sebaiknya memberikan atau tidak memberikan kredit terhadap pekerja yang mogok; [2] lihat kamu dapat setuju terhadap alasan yang terbaik, alasan yang lebih dapat diterima untuk tindakan yang dipilih, [3] Berikan pertanyaan dengan cara baik dari kelompok kamu terhadap satu yang kamu sukai dari kelompok- kelompok lain yang membicarakan posisi yang lain. Baiklah, bekerja dengan kelompok- kelompokmu

Diana: Tunggu dulu, apakah kita masih termasuk

sesuatu yang kamu tambahkan terakhir tentang pemilik toko mengancam Sam dijebloskan dalam penjara?

Guru: Ya, cerita adalah sama dengan pandangan

yang saya tambahkan bahwa pemilik toko

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

menjelaskan pada Sam bahwa pemilik toko akan minta Sam ditahan, jika Sam memenuhi permintaan.

Para siswa berdiskusi dalam berbagai kelompok dengan banyak pembicaraan dan komentar tentang dimana Heri akan pergi mendengarkan dan bagaimana Sam mungkin akan tinggal di pertambangan. Pembicaraan di dalam kelompok-kelompok kecil biasanya di sekitar tingkat kerumitan situasi dilema. Salinan ini akan terfokus pada dua kelompok kecil.

Kelompok 1 Mega:

Apa yang kita dukung untuk melakukannya? Marsih:

Jelaskan kepada setiap orang mengapa kita berpikir Sam sebaiknya tidak akan memenuhi permintaan, ketika truk tiba.

Dewi: Kemudian setiap orang di sini mengatakan

“tidak” ! Suriati:

Kita juga punya alasan terbaik dan menulis beberapa pertanyaan untuk diajukan selama diskusi terakhir, dan kita hanya punya waktu

10 menit. Mega:

Baiklah, saya yang pertama. Saya tidak berpikir Sam sebaiknya memenuhi permintaan, sebab

Proses Pembelajaran

ia dapat kehilangan pekerjaannya dan anak perempuannya akan dikeluarkan dari sekolah.

Debbi: Ya, loyalitasnya yang pertama adalah terhadap

keluarga dan bukan terhadap organisasi buruh. Suriati:

Di samping itu, pemilik toko telah menolong Sam dan Sam sebaiknya tidak menghilangkan kepercayaan yang pemilik toko berikan kepadanya.

Dewi: Ada alasan lain yang saya pikir penting.

Apakah jika ia menangkap dan pemilik toko menempatkan Sam di kantor polisi. Kemudian ia tidak memberikan keuntungan apa pun terhadap pemilik toko, keluarganya atau or- ang-orang yang mogok.

Guru mendekati kelompok dan duduk dengan tenang mendengarkan diskusi

Mega: Baiklah, apa alasan terbaik kita?

JEDA Dewi:

Kita belum mendengarkan Marsih Marsih:

Saya setuju dengan Suriati. Sam tidak menghilangkan kepercayaan pemilik toko yang diberikan kepadanya.

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Debbi: Saya masih berpikir Sam sebaiknya pertama

memikirkan keluarganya. Sesudah itu, ia telah menggunakan 25 tahun dalam pertambangan untuk membuat posisi keluarga lebih baik dalam kehidupan. Mengapa sebaiknya ia menanggung resiko untuk seluruh penam- bang?

Suriati: Jika pekerja tambang adalah teman-teman

baik, mereka sebaiknya tidak menempatkan Sam dalam situasu yang sulit. Teman-teman baik tidak akan melakukan sesuatu seperti itu kepada yang lain.

Mega: Saya tidak berpikir tentang hal itu. Mari kita

gunakan alasan Suriati sebagai alasan terbaik kita, ketika kita membicarakannya dengan orang lain.

Guru bergerak ke arah kelompok lain . Kelompok 2 Deni:

Baiklah, seperti saya katakan, Sam berada di suatu daerah pertambangan dan ia mungkin melakukan pemogokan, juga. Ia mengetahui bagaimana orang-orang rasakan dan jika ia dapat menolong mereka mencari jalan keluar, itu adalah kewajibannya, jika tidak, siapa yang akan melakukannya?

Proses Pembelajaran

Sarah: Tidakkah seseorang yang lain seperti pemerintah

atau yang lain memberikan makanan kepada pekerja tambang itu? Sam sebaiknya tidak terkena akibatnya dari semua kesalahan itu.

Budi: Tidak ada seorangpun yang menyalahkan Sam.

Ia hanya terjadi pada posisi untuk menolong para temannya. Di samping itu, pemerintah tidak dapat datang ke sana memberi makanan pada setiap orang yang melakukan pemogokan.

Raihanah: Ya, tetapi pemerintah sebaiknya menolong or-

ang-orang itu. Budi:

Lihat, bagaimana Sam dapat tinggal menetap di kota dan di lingkungan semua orang, jika ia tidak menolong mereka mendapat makanan. Itu bukan seperti perbuatan kriminal atau sesuatu – ia hanya menolong teman-temannya.