MODEL PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN KOGNITIF MORAL

BAB VI MODEL PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN KOGNITIF MORAL

A. Konsep

Model merupakan “a way of thinking about the pro- cesses of caring, judging, and acting in an educational set- ting ” (Hersh, 1980: 7). Model mengandung teori atau sudut pandang, cara berpikir tentang suatu proses dari perhatian, pertimbangan dan tindakan dalam tatanan pendidikan. Model akan membantu dalam memahami dan menerap- kan suatu teori dalam suasana pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan moral. Model pembelajaran berbasis perkembangan kognitif moral adalah model pembelajaran yang merujuk pada proses “judging” (pertimbangan, penalaran, kognitif). Model yang berlandaskan pada proses “judging” dikenal dengan nama Model Pertim- bangan Moral (Moral Judgement Model). Model Per- timbangan Moral terdiri dari model-model pembelajaran Pembentukan Rasional, Perkembangan Kognitif Moral, Model Analisis Nilai, dan Model Klarifikasi Nilai. Model pembelajaran Perkembangan Kognitif Moral adalah model yang berupaya mengembangkan penalaran dan pertimbangan moral melalui tingkatan dan tahapan moral (moral stage). Basis utama dari model pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

perkembangan kognitif moral adalah kemampuan penalaran (kognitif) terhadap berbagai isu-isu moral.

B. Asumsi

Model pembelajaran perkembangan kognitif moral adalah salah satu dari beberapa model pembelajaran karakter moral warga negara (civics virtue). Model pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan kognitif ini didasari oleh asumsi-asumsi yang menjadi tiang pancang pelaksanaan kegiatannya dalam pembelajar- an,yaitu:

1. Pendidikan moral (moral kewarganegaraan, etika hidup bernegara, karakter bernegara) adalah juga pendidikan intelektual yang didasarkan pada stimulasi berpikir aktif dari peserta didik terhadap isu-isu dan keputusan moral, termasuk kaitannya dengan moral bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Perkembangan adalah upaya mengembangkan penalaran dan pertimbangan moral melalui tingkatan dan tahapan moral (moral stage), yang terdiri dari:

a. Tingkat premoral (prekonvensional); perilaku yang didorong oleh impuls-impuls biologis dan sosial dengan hasil moral, dengan orientasi kepada kepatuhan dan hukuman.

b. Tingkat konvensional; perilaku yang menerima dengan sedikit kritis terhadap standar kelompok

c. Tingkat postkonvensional (autonomous); tindakan dibimbing oleh penilaian dan penalaran individual.

3. Setiap orang harus bergerak melampaui setiap tahapan secara runtut, tidak dapat melangkahi tahap di atasnya.

Model Pembelajaran Perkembangan Kognitif Moral

4. Proses pertimbangan moral dapat dipelajari.

5. Standar moralitas didasarkan pada konsep filosofis universal dari “keadilan”

6. Demokrasi membutuhkan warganegara yang memiliki penilaian moral yang baik dan keterampilan moral yang berkembang dengan baik pula.

7. Penilaian moral merupakan pemecahan dari konflik- konflik di antara nilai-nilai (moral dilema); sebagai hasil suatu pertimbangan moral, di mana nilai ditempatkan secara rasional sebagai prioritas.

8. Penilaian moral dibuat dari hal-hal keseharian dan merujuk langsung perilaku kita.

C. Tujuan

Setiap model pembelajaran moral, termasuk model pembelajaran berbasis perkembangan kognitif moral tentu memiliki tujuan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan strategi model perkembangan kognitif moral berupaya untuk mencapai suatu tujuan. Adapun tujuan dari model pembelajaran perkembangan kognitif moral adalah membantu peserta didik secara bertahap (dari satu tahap pada suatu waktu) berkembang hierarki moralnya, dan berarti mengembangkan penalaran moral untuk menghasilkan moral yang “lebih baik” dan warga negara yang juga lebih baik.

D. Posisi Guru

Untuk melaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan model perkembangan kognitif moral, maka ada beberapa posisi guru yang harus menjadi perhatian, yaitu:

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

1. Guru membantu mengembangkan tahap yang lebih tinggi dalam penalaran moral melalui “pengajaran terpimpin “( mempergunakan situasi dilema moral dengan pertanyaan ’lacakan’ ) dalam seluruh bahan atau isi materi pelajaran.

2. Membantu peserta didik mengembangkan lingkungan/suasana yang lebih “adil, bermoral” yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sekolah/ kelas.

E. Substansi Model Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang menggunakan model perkembangan kognitif moral, harus terdiri dari 5 ( lima ) hal yang merupakan substansi (inti) dari model pembelajaran perkembangan kognitif moral, yaitu:

1. Fokus

Fokus dari model pembelajaran ini adalah berupa atau dalam bentuk adanya “situasi dilematis”. Situasi dilematis ini harus antara lain, berfokus pada kehidupan peserta didik, isi/materi pelajaran, atau pada kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan negara yang aktual. Situasi dilema yang dikehendaki haruslah “asli” atau mencerminkan hal yang “sesungguhnya” dari kehidupan nyata.

2. Tokoh Utama

Dilema harus melibatkan seorang tokoh utama atau kelompok utama dari tokoh-tokoh cerita sekitar dilema itu terfokus. Peserta didik membuat penilaian moral mengenai apa yang harus dilakukan tokoh utama.

Model Pembelajaran Perkembangan Kognitif Moral

3. Pilihan

Tokoh utama harus memiliki dua pilihan alternatif tindakan yang menumbuhkan satu konflik tertentu. Pilihan tidak harus berupa jawaban yang “benar” menurut kelaziman di masyarakat.

4. Isu-Isu Moral

Situasi dilema dan tokoh utama berkaitan dengan norma-norma sosial, politik, ekonomi, budaya, keluar-

ga, masyarakat, dan lain-lain, misalnya hukuman, seks, politisi busuk, dan koruptor.

5. Pertanyaan Tindakan

Pertanyaan tindakan adalah berupa tindakan apa yang harus dilakukan tokoh utama. Tindakan ini merupakan inti kegiatan diskusi yang berpusat pada penilaian moral dalam suatu dilema.

F. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran

Supaya pelaksanaan strategi pembelajaran dengan menggunakan model perkembangan kognitif moral ini sesuai dengan asumsi dan tujuannya, maka dipaparkan langkah-langkah prosedur pelaksanaannya;

1. Menghadapkan peserta didik dengan satu dilema moral, dapat berupa antara lain lembar cerita, role- playing, fragmen film, atau klipping koran. Peserta didik harus dapat memahami “masalah pokok” yang dilematis yang dihadapi tokoh utama dalam cerita.

2. Menetapkan posisi sementara. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan posisi sementara dirinya dalam dilema moral yang

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dihadapi, dengan cara menuliskan posisinya. Kemudian guru mengelompokkan posisi yang sama.

3. Mengkaji penalaran/pertimbangan moral. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengkaji pertimbangan moralnya (moral rea- soning ) dalam kelompoknya.

4. Memikirkan secara mendalam setiap posisi individual (Reflect on the Individual Position). Guru membantu peserta didik sekali lagi untuk merenungi posisinya dalam dilema moral tersebut.

5. Dilema moral disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, misalnya:

a. Tingkat SD; dilema tentang kerjasama, sikap adil, memahami orang lain, kerukunan dalam keragaman

b. Tingkat SMP; dilema persahabatan, hubungan dengan kekeluargaan, tekanan teman sebaya, kesetiaan, dan kepercayaan.

c. Tingkat SMA;dilema masalah keadilan, penerap- an hukum, aturan dan lain-lain.