Unsur-Unsur Esensial Sebuah Kisah Dilema

A. Unsur-Unsur Esensial Sebuah Kisah Dilema

Metode ini digunakan lebih sering menghadapkan para siswa dengan situasi-situasi sosial dan moral yang sesungguhnya yang mengandung dilema moral. Kisah dilema moral barangkali dapat disampaikan melalui bacaan, film, bermain peran (role playing ) atau media lain. Dilema- dilema bisa juga muncul paling sedikit dari tiga sumber: materi khusus kurikulum, isu-isu mutakhir dalam masyarakat saat kini, situasi-situasi dilema yang berhubungan secara langsung dengan kehidupan para siswa. Suatu kisah dilema mencakup lima unsur-unsur esensial:

1. Fokus

Sebuah situasi dalam dilema sebaiknya difokuskan pada kehidupan para siswa, materi kurikulum, atau masyarakat terkini. Sebuah dilema sebaiknya merupakan hal yang sesungguhnya.

2. Tokoh Sentral

Dilema sebaiknya berisi tokoh sentral atau tokoh kelompok utama yang berada dalam dilema yang telah difokuskan

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

3. Pilihan

Kisah atau situasi harus mengandung pilihan bagi tokoh sentral. Tokoh dalam dilema sebaiknya memiliki dua pilihan tindakan yang memperlihatkan konflik nyata. Tak ada satupun tindakan pilihan yang di- pandang secara kultural akan diakui sebagai jawaban “benar”. Dalam dilema Sebuah Surat Peringatan, Ibu Wati memiliki pilihan antara mematuhi peringatan pengawasnya atau mendukung para siswa dalam keterlibatan dengan isu-isu masyarakat. Ibu Wati tentu saja merasa norma-norma sosial yang menariknya dalam dua kutub dan menciptakan konflik baginya. Setiap kisah dilema mesti mencakup konflik sesungguhnya untuk tokoh utama.

4. Isu-Isu Moral

Dilema-dilema moral berkisar sekitar isu-isu moral utama. Kohlberg mengidentifikasi beberapa isu-isu tersebut, yaitu: Norma-norma sosial, hak-hak (kebebas- an-kebebasan) sipil, Kehidupan, Sex, Kesadaran Per- sonal, Perjanjian, Kepemilikan, Peran-peran dan Isu-Isu dari Dukungan, Kekuasaan, Hukuman dan Kebenaran.

Sebuah Surat Peringatan, sebagai contoh, mengandung isu-isu dari kekuasaan, kesadaran pribadi, peran-peran kasih sayang, hak-hak sipil dan peluang kontrak kerja. Peserta diskusi barangkali memilih untuk memusatkannya pada satu atau beberapa isu dalam dilema, dan guru (fasilitator) akan diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang cocok yang berhubungan dengan setiap isu moral dalam cerita.

Cerita Dilema Moral

5. Pertanyaan “ Sebaiknya”

Setiap dilema moral diakhiri dengan pertanyaan khusus yang meminta tentang apa yang sebaiknya tokoh lakukan dalam situasi itu. Permintaan pertanyaan “sebaiknya” menjaga agar diskusi tetap terpusat pada pertimbangan-pertimbangan moral dalam dilema. Namun demikian, jika kamu minta peserta diskusi untuk menanggapi terhadap apa yang Ibu Wati akan lakukan dalam situasi itu, kamu meminta mereka untuk memprediksi apa yang ia mungkin lakukan. Sebelum para individu menyadari untuk memprediksi tindakan dalam situasi yang ditemui, mereka sering menghendaki setiap kemungkinan secara rinci tentang tokoh utama dan materi-materi dari tindakan.

Para siswa juga enggan untuk menjawab per- tanyaan, seperti: Apa yang akan kamu lakukan dalam situasi itu? Lagi pula, sebelum setiap orang menyadari adanya kesamaan prediksi mereka dalam perilaku mereka, mereka ingin diakui bahwa mereka memiliki “jawaban yang benar”. Bagaimanapun, setiap orang, dapat sama pikirannya terhadap apa yang orang lain sebaiknya lakukan dalam situasi yang sulit.

Diskusi terhadap apa yang seseorang akan lakukan, walaupun sering menarik dan kadang-kadang relevan dengan pertimbangan-pertimbangan moral, sering mendorong pada penggunaan-penggunaan kemampuan psikologis ketimbang moralitas.

Hanya setelah peserta diskusi mendiskusikan apa yang sebaiknya dilakukan, itu membantu untuk membahas kemungkinan perbedaan antara apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Sebagai contoh di kelas 1 SMP pada mata pelajaran PKn atau IPS, para siswa mengunakan sedikit waktu

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

untuk berdebat apakah ya atau tidak tokoh dalam kisah dilema sebaiknya meniru lembar jawaban soal dalam ujian yang penting ( yang ia temukan dalam tong sampah sekolah ) untuk belajar bagi ujian yang akan datang. Meskipun para siswa tidak sepakat terhadap tindakan apa yang sebaiknya lakukan dan mereka mempunyai beragam alasan untuk mempertahankan materi dari tindakan, mereka akhirnya dipusatkan pada perbedaan potensial antara apa sebaiknya orang lakukan – sesuatu yang “benar” untuk dilakukan- dan apa yang mungkin secara nyata dilakukan orang dalam situasi itu. Dalam kasus ini, suatu diskusi terhadap sebaiknya dan akan (mungkin) respon-respon yang muncul dapat menolong sekali dalam memberikan kesempatan para siswa untuk menguji kemungkinan ketidakkonsistenan antara pertimbangan-pertimbang- an moral mereka sendiri dengan tindakan moral. Berikut kisah yang dirancang untuk para siswa, lihat lima unsur esensial dalam kisah dilema ini