Elemen Proses Pembelajaran yang Efektif

A. Elemen Proses Pembelajaran yang Efektif

Dalam mengajar perkembangan moral, guru menempatkan kelas melalui 4 tahap Proses Pembelajaran. Untuk Proses Pembelajaran yang lebih efektif, ada tiga elemen lain yang membuat diskusi akan bermakna dan harus dipertimbangkan, seperti peranan guru, peranan siswa dan iklim kelas.

1. Peranan Siswa

Baca kembali transkrip diskusi yang membahas Sebuah Surat Peringatan. Dalam kasus ini, para guru telah berpartisipasi dalam diskusi sebagai siswa. Kamu sebaiknya dapat menentukan berbagai karakteristik terhadap peranan siswa. Berikut kata-kata yang mencerminkan peranan mereka selama mendiskusikan dilema ibu Wati, yaitu: mendengarkan; memper- tahankan posisi individu; bertanya; melacak; merasakan perasaan orang lain (empati); berargumentasi; teloransi; berpikir; dan merespon pertanyaan-pertanyaan.

Selama diskusi yang telah direkam, peserta diskusi lebih banyak menggunakan waktu berbicara antara

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

satu dengan lain, bukan dengan fasilitator. Mereka bertanya satu sama lain, tergantung posisi mereka sendiri, dan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dari fasilitator, yang juga memenuhi peran tertentu.

2. Peranan Guru

Bentuk kepemimpinan atau arahan apakah yang dilakukan guru? Apa yang dilakukan fasilitator selama diskusi berlangsung? Apakah fasilitator pernah menentukan posisi seorang siswa atau menentukan arah memberikan argumentasi terhadap kelompok siswa. Apakah kata-kata yang akan kamu gunakan untuk menguraikan peranan guru selama diskusi.

Para pendidik yang diobservasi secara sukarela selama diskusi, melahirkan beberapa peranan seperti daftar kata berikut yang mengkarakterisasikan peranan guru selama diskusi, yaitu; pemberi-tugas; pemimpin kelompok; menggerakkan diskusi; sedikit mengguna- kan waktu; fleksibel, masih memerintah; toleran; mengendalikan; penanya; pendengar; terbuka untuk semua gagasan; tidak untuk “menjawab”; peringkas; mengklarifikasi gagasan; informal, dan bersungguh- sungguh.

Perhatikan bentuk-bentuk pertanyaan yang fasilitator minta:

• “ Anisa, apakah kamu setuju dengan Imam?” • “Dapatkah kamu menjelaskan kepada kita

tentang itu lebih banyak lagi, Nurbaiti?” • “Nurbaiti, kamu pikir apakah Ibu Wati mem-

punyai kewajiban lebih besar terhadap para siswa dari pada terhadap hukum?”

Proses Pembelajaran

• “ Hariansyah, antara kamu dengan Imam sama- sama setuju, bahwa Ibu Wati sebaiknya mem- batalkan tugas-tugas, namun sebelumnya kamu

masing-masing menyebutkan alasan-alasan berbeda dalam posisi masing-masing. Dapatkah kamu menjelaskan kepada kita, apa yang kamu pikir adalah berbeda dengan alasanmu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu adalah bukan mengancam dan bukan mendorong jawaban tertutup. Setiap pertanyaan diupayakan untuk mendorong mempertajam fokus pada problema dan tingkat interaksi yang lebih besar antara siswa dengan siswa. Guru/fasilitator sebaiknya tidak memberikan kontribusi yang terlalu banyak terhadap diskusi yang membahas problema sosial atau moral; namun bagaimana pun guru dibutuhkan untuk membimbing diskusi dan mengambil tanggung jawab untuk menjaga pertukaran pendapat yang difokuskan pada problema.

3. Iklim Kelas

Daftar kata-kata yang menggambarkan peran guru dan siswa selama diskusi dilema moral juga menyarankan perlunya iklim kelas. Pendekatan khusus untuk menganalisa problema sosial dan moral tergantung pada tatanan yang mendorong diskusi dapat berjalan bebas, spesifik, dengan inkuiri terbimbing. Perkembangan pertimbangan moral yang lebih matang muncul, terutama disebabkan para siswa memiliki kesempatan untuk menguji pertimbangan mereka sendiri dengan menjelaskan alasan yang diberikan kepada siswa lain dalam diskusi.

Karena penelitian menunjukkan bahwa tingkatan argumen-argumen yang lebih tinggi, barangkali

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

kelihatan lebih konsisten dan lebih logis dari siswa-siswa yang berpikir di bawah tingkat tertentu, karena iklim kelas mendorong para siswa untuk berbicara bebas dan mendengar secara mendalam. Para pengamat diskusi kelas dari dilema moral menggunakan kata-kata berikut untuk mengkarakterisasikan iklim kelas, seperti; terbuka; menyerupai debat; hidup; berorientasi pada siswa; ramai kadang-kadang agresif; penasaran-tidak ada jawaban yang jelas; informal; berorientasi pada tugas; mendorong berpikir; tidak direkayasa; merangsang; berorientasi pada problema, terlibat dan bersungguh-sungguh.

Peranan guru dalam menata iklim kelas yang tepat, tetap diperhatikan, tetapi tidak terlalu diutama- kan. Para siswa membutuhkan keyakinan bahwa kamu sungguh-sungguh tertarik dengan mereka dan kamu menyukai menolong mereka untuk dapat mengerti terhadap beberapa problema yang membingungkan mereka.