Tiga Bagian dari Perencanaan Mengajar

A. Tiga Bagian dari Perencanaan Mengajar

1. Dilema Orisinal

Bagian pertama dari persiapan mengajar untuk dilema moral meliputi bimbingan mengawali diskusi kelas. Setelah lebih dahulu mengklarifikasi fakta-fakta dan istilah-istilah dalam kisah, guru sebaiknya menentukan sejumlah ketidaksetujuan terhadap pilihan yang dilakukan oleh tokoh utama. Dilema-dilema moral sebaiknya menciptakan konflik sesungguhnya bagi para siswa. Meskipun teori Kohlberg menghendaki para siswa fokus terhadap alasan-alasan yang berbeda untuk merekomendasikan materi-materi tertentu dari tindakan, kisah dilema yang baik, sebaiknya juga menghasilkan perbedaan opini mengenai tindakan. Jika para siswa tidak setuju terhadap posisi tindakan, mereka akan lebih cendrung untuk mendiskusikan alasan- alasan untuk perbedaan rekomendasi-rekomendasi mereka. Sebagai contoh, para siswa dengan cepat men- diskusikan isu-isu moral yang terdapat dalam situasi Sam, jika mereka sejak awalnya tidak setuju terhadap tindakan Sam, apakah sebaiknya memenuhi atau tidak

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

pesanan, ketika truk tiba. Setiap perencanaan mengajar mencakup pembelajaran tentang ketidaksetujuan terhadap posisi tindakan.

2. Dilema-dilema Alternatif

Para siswa akan banyak terlibat dalam diskusi, jika mereka sejak awal mengalami berbagai konflik tentang tindakan yang ditanyakan. Rangkaian alternatif untuk dilema sesungguhnya bermanfaat untuk mendorong konflik dalam kisah. Alternatif-alternatif barangkali mendorong konflik melalui pemusatan lebih khusus pada salah satu dari isu-isu moral dalam kisah atau dengan menghadirkan salah satu dari norma-norma sosial yang bertentangan dalam dilema. Sebagai contoh, jika lebih banyak para siswa dalam kelas setuju bahwa Sam sebaiknya memenuhi pesanan, guru dapat memperlihatkan alternatif dalam kisah yang menunjuk- kan bahwa Sam mungkin menghadapi tuduhan bertindak kriminal karena menolong para pekerja tambang untuk memenuhi apa yang tidak dipunyai mereka.

Suatu alternatif yang menekankan pada isu hukuman dan dapat menyebabkan beberapa siswa menentukan bahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi pesanan. Hal itu menyebabkan terjadinya satu diskusi terhadap alasan-alasan dari berbagai orang, yang akan mampu merubah posisi awal mereka terhadap tindakan, karena isu hukuman telah dikenalkan dalam diskusi. Guru dapat juga mengenalkan alternatif yang khusus bahwa Sam lumpuh sama sekali dan mungkin tidak dapat menemukan pekerjaan lain, jika Sam dipecat dari toko. Alternatif ini mendramatisir salah satu dari norma-norma sosial yang sedang berkonflik untuk

Perencanaan Pembelajaran

Sam (kewajibannya untuk memelihara pekerjaan berhadapan dengan kewajibannya terhadap persahabatan dengan para pekerja tambang lainnya).

Selama kelas tidak setuju tentang tindakan yang ditanyakan dengan paling sedikit terbagi antara 70%- 30%, itu sebaiknya tidak diperlukan untuk mengguna- kan salah satu dari beberapa alternatif dilema. Bagaimanapun, alternatif-alternatif untuk kisah sesungguhnya barangkali mungkin digunakan sebagai topik tambahan dari diskusi setelah kelas menggali kisah dilema. Guru barangkali memilih untuk meng- gunakan alternatif hukuman setelah dalam diskusi, jika para siswa tidak menyebutkan pertimbangan tertentu.

3. Pertanyaan Pelacak

Guru sebagai fasilitator dalam diskusi dilema moral mempunyai dua tugas utama: mendorong interaksi siswa dan membuat pasti bahwa diskusi tetap difokuskan pada isu-isu moral dalam kisah. Selanjutnya mengerjakan dua tujuan, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk teknik pertanyaan yang berbeda. Beberapa pertanyaan yang menggiring interaksi atau pandangan untuk menolong mendorong interaksi di antara angota-anggota kelas, misalnya:

“Apakah kamu setuju dengan apa yang Hariansyah baru saja katakan tentang cerita dilemma itu, Nurbaiti?”

“Apakah seseorang akan menyimpulkan alasan- alasan yang baru saja diberikan untuk Sam yang menolak memenuhi pesanan?”

“Apakah kamu akan menanggapi terhadap komentar Jubaidah tentang kebebasan-kebebasan sipil?”

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

“ Amir, kamu sejak awal tidak setuju dengan posisi Yeni mengenai Sam. Dapatkah kamu menguraikan dengan kata- kata sendiri posisi Yeni dan menanggapi Yeni menurut pendapatmu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu akan mendorong para siswa untuk berbicara dengan setiap siswa yang lain tentang dilema. Para guru sebaiknya menggunakan tipe pertanyaan yang lebih spesifik untuk memfokuskan diskusi pada isu-isu moral yang terdapat pada dilema. Pertanyaan- pertanyaan pelacak telah dipersiapkan sebagai bagian ketiga dari Perencanaan Mengajar untuk menolong melaksanakan tujuan pengajaran. Isu yang berhubungan pelacakan, pergantian peran pelacak dan konsekuensi uni- versal pelacakan, semuanya menolong untuk menstimulasi diskusi terhadap aspek-aspek moral dari cerita dilema.

a. Melacak yang berhubungan dengan isu: Beberapa pertanyaan pelacakan termasuk dalam Perencanaan- perencanaan Mengajar yang dirancang untuk difokuskan pada isu-isu moral tertentu dalam kisah dilema;

9 Apakah ibu Wati mempunyai kewajiban untuk mematuhi perintah Kepala Sekolah? Mengapa ya atau mengapa tidak?

9 Apakah ibu Wati punya kewajiban terhadap para siswa di kelasnya?

9 Apakah ibu Wati sebaiknya mematuhi memo, jika itu dimaksudkan bahwa ia akan menerima resiko untuk dipecat?

9 Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemogokan pekerja tambang? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Perencanaan Pembelajaran

9 Apakah Sam punya berbagai kewajiban terhadap pemilik toko? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Pertanyaan-pertanyaan pelacakan yang dicantumkan di atas terfokus pada isu-isu kewajiban dan hukuman. Kamu mungkin menggunakan isu- isu yang berhubungan dengan pertanyaan pelacak paling sedikit dalam dua cara. Pertama, para siswa barangkali sejak awal berdiskusi terhadap isu tertentu seperti hukuman. Ketika ini terjadi, para guru boleh memilih untuk mempertajam fokus pada isu melalui penggunaan pertanyaan pelacak yang berada dalam karakter dilema dengan kontak langsung terhadap isu-isu: “Apakah Sam mengetahui bahwa ia akan berada dalam kesulitan dengan pemilik toko?” Tipe dari pertanyaan pelacak ini secara khusus berguna bila para siswa hanya menyebut isu, tetapi para siswa tidak mengakuinya sebagai pertimbangan penting dalam cerita. Kedua, Para siswa mungkin tetap terlibat dalam diskusi dilema moral dan tidak merasakan isu tertentu. Suatu isu yang berhubungan dengan pertanyaan pelacak barangkali menggerakkan diskusi kelas kepada pengujian isu moral yang spesifik.

b. Melacak melalui peran pengganti

Sebagian besar porsi dari diskusi dilema moral berkisar sekitar apa yang sebaiknya tokoh utama lakukan dalam kisah. Setelah para siswa mendis- kusikan alasan-alasan mereka dari berbagai pandangan terhadap tokoh utama, pertanyaan melalui peran pengganti mendorong mereka untuk mempertimbangkan alasan mereka dari apa yang

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dikemukakan oleh tokoh yang lain. Pertanyaan- pertanyaan pelacak melalui peran pengganti secara khusus menolong para siswa dalam memberikan kesempatan untuk melihat sisi yang lain dari isu atau situasi, untuk memperluas pandangan-pandangan mereka terhadap situasi-situasi sosial dan moral yang kompleks. Berikut contoh-contoh pertanyaan yang menggali atau melacak melalui peran pengganti:

9 Dari pandangan kedua orang tua yang tinggal di daerah itu, apakah sebaiknya ibu Wati membatalkan tugas yang diberikan kepada siswanya? Mengapa?

9 Dari pandangan orang yang lebih tua di Banjarmasin, apakah sebaiknya ibu Wati membatalkan tugas yang diberikan kepada siswanya? Mengapa?

9 Mengapa kamu pikir bahwa pemilik toko mungkin tidak mau Sam memenuhi pesanan makanan untuk para penambang?

9 Dari pandangan pembeli yang lain di toko, apakah Sam sebaiknya memenuhi peranan makanan untuk penambang yang melakukan pemogokan? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Pelacakan melalui peran pengganti dapat secara khusus berguna dalam memeriksa konsistensi alasan dan menguji perubahan alasan pada kisah dilema yang sama. Sebagai contoh; para siswa mungkin memtuskan bahwa Sam sebaiknya memenuhi pesanan makanan untuk para penambang yang melakukan pemogokan, karena Sam mau menolong seseorang untuk keluar dari masalah itu, jika ia masih

Perencanaan Pembelajaran

ikut melakukan pemogokan. Bila mereka diminta untuk mempertimbangkan pertanyaan dari pandangan pemilik toko, bagaimanapun, mereka mungkin memutuskan bahwa pemilik toko punya hak untuk melindungi tokonya dan untuk menggunakan bisnisnya untuk memaksa pekerja tambang kembali bekerja. Pertentangan dari alasan- alasan terhadap kisah dilema yang sama, mem- berikan kesempatan yang baik sekali untuk menguji perbedaan antara menolong teman-teman dan patuh pada majikan. Pada umumnya pertanyaan lacakan dapat meneruskan perbedaan ini: “Apakah kamu pikir itu lebih penting, menolong beberapa teman yang mungkin melakukan kejahatan atau mematuhi perintah-perintah dari majikanmu? Mengapa? “. Melacak melalui peran pengganti barangkali sering memberikan para siswa kesempatan untuk merespon dilema dari tahap yang lebih tinggi dari kemampuan berpikir mereka.

c. Melacak melalui konsekuensi universal: Biasanya mendekati akhir diskusi, guru boleh

mengajukan pertanyaan yang mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari berpikir yang telah diuji. Berikut paparan contoh pertanyaan yang sifatnya menggali atau melacak dengan melalui konsekuensi universal:

9 Apakah para siswa sebaiknya memiliki hak- hak yang sama seperti para warga yang lain?

9 Sebaiknya kamu selalu melakukan protes terhadap ketidakadilan yang kamu temukan dalam masyarakat, bahkan jika protes itu berarti melanggar hukum?

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

9 Sebaiknya seseorang selalu/tidak pernah menolong teman yang meminta kamu melakukan sesuatu yang melanggar hukum?

9 Sebaiknya orang yang melanggar peraturan atau hukum selalu dihukum jika dia di- tangkap?

Mempertimbangkan terhadap konsekuensi- konsekuensi universal, akan menolong para siswa berpikir tentang implikasi berpikir mereka terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pertanyaan- pertanyaan itu, dilakukan secara terbuka, bentuk non-indoktrinasi, akan mengesankan kepada para siswa bahwa kegiatan berpikir mereka tentang problema-problema sosial dan moral yang penting akan mempengaruhi seluruh masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan lacakan, yang ditunjukkan dalam Perencanaan Mengajar dan yang para guru buat selama diskusi, bermanfaat untuk berbagai fungsi yang penting. Pertanyaan lacakan yang tepat dapat berguna untuk mendorong kelambatan diskusi. Pertanyaan lacakan juga dapat memfokus- kan diskusi terhadap pentingnya isu-isu moral dan membangkitkan berpikir tentang isu-isu yang lebih besar dan perspektif sosial yang terdapat dalam kisah dilema.

Pertanyaan-pertanyaan lacakan telah dikaji oleh para guru yang memprioritaskan diskusi kelas dan digunakan pada waktu yang tepat di kelas. Satu dari keterampilan-keterampilan yang amat penting dari guru/fasilitator adalah mengetahui kapan meng- gunakan pertanyaan yang tepat yang akan mendorong interaksi siswa atau memusatkan pada

Perencanaan Pembelajaran

aspek-aspek penting dari kisah dilema. Daftar pertanyaan lacakan dalam setiap Perencanaan Mengajar akan ditafsirkan hanya sebagai bimbingan. Karena itu tidak selalu diperlukan untuk menggunakan semua jenis lacakan. Pertanyaan lacakan hanya digunakan, bila untuk tujuan khusus. Bentuk-bentuk yang amat umum dari lacakan mengandung penggunaan pertanyaan-pertanyaan: “ Mengapa itu penting bagi kamu?”, “ Dapatkah kamu menceritakan kepada kita sedikit banyak tentang alasanmu?”, dan “Apakah alasan yang sangat penting bagi tokoh utama yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusannya?“