Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM Upacara Nyadran

dilakukan setiap tahunnya. Keterkaitan pola pikir dengan adat-budaya setempat jika memanfaatkan sesuatu apapun yang berasal dari hutan maka jangan sekali- kali membuat kerusakan dan harus memberikan usaha untuk mempertahankan hutan menjadi lebih baik .

5.3.1 Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM

Masyarakat sekitar TNGM memiliki aturan adat yang kental dengan adat Jawa. Di dalam aturan tersebut diatur mengenai hubungan dengan alam dan masyarakat. Aturan adat memuat hal-hal tentang cara memperlakukan lampahan, hal yang dilarang dan sanksi terhadap pelanggaran aturan-aturan adat setempat. Tabel 31 Aturan-aturan adat masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TNGM Kegiatan Norma Menebang 1 pohon di dalam hutan gunung merapi Menanam 5 pohon sebelumnya Hutan ditanami palawija Masyarakat akan mengalami kelaparan Melasanakan nyadran 1 bulan menjelang puasa Memberikan hasil bumi kepada nenek moyang Melaksanakan labuhan 1 bulan menjelang puasa Memberikan hasil bumi berupa tumbuhan berguna melalui perantara Mbah Marijan sebagai perantara antara masyarakat dengan Gunung Merapi Memburu satwa liar di hutan Peringatan keras oleh masyarakat Aturan adat tersebut wajib ditaati oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi secara umum karena bentuk pelanggaran yang terjadi akan dikenai sanksi. Sebagian sanksi yang diberikan kepada pelanggar adalah teguran dan teguran keras yaitu dikucilkan dan diusir dari masyarakat. Hal tersebut seperti dikatakan oleh tokoh adat, Mbah Marijan : Masyarakat sekitar gunung merapi selalu menjaga kelestarian lingkungannya, hal ini wajib dilakukan, karena masyarakat di sini hidup dari mendapatkan air, udara berasal dari merapi, apabila hutan rusak dan tandus maka kehidupan masyarakat merapi akan terganggu, amanah dan niat yang suci harus dilakukan untuk menjaga gunung merapi baik pohon, hewan beserta isinya. Bagi siapapun yang melanggar silahkan dengan segala hormat untuk keluar dari kehidupan kami. Pernyataan tersebut disampaikan karena sudah banyak pendatang melanggar atau tidak memperdulikan kelestarian hutan di kawasan TNGM dan kehidupan asli masyarakat sekitar kawasan TNGM yang terpengaruh oleh pola hidup masyarakat luar atau pendatang, sehingga adat-istiadat dapat terganggu.

5.3.2 Upacara Nyadran

Bagi masyarakat sekitar TNGM kegiatan nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menghormati nenek moyang dengan menziarahi makam para leluhur. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sholikhin 2010 bahwa nyadran merupakan bentuk ritual melalui doa dan sedekahan uberampe makanan, yang dimaksudkan untuk mendoakan arwah atau orang-orang yang sudah meninggal. Tradisi ini biasa dilakukan pada bulan tertentu menjelang bulan Ramadhan yaitu Sya’ban atau Ruwah. Budaya nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan kenduri. Nyadran merupakan suatu bentuk silaturahmi keluarga dan sekaligus transformasi sosial, budaya dan keagamaan bagi masyarakat. Silaturahmi ini sendiri merupakan ajaran teologis, dimana Rasulullah SAW menyebutkannya sebagai amal salih. Dengan kandungan maknanya yang begitu mendalam, maka wajar apabila berbagai kelompok masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan TNGM merayakannya, keramaiannya melebihi keramaian lebaran pada bulan Syawal. Prosesi nyadran biasanya dimulai dengan pembuatan apem, nasi ketan dan kolak, Tiga jenis tersebut dimasukkan ke dalam takir tempat makanan dari daun pisang kemudian makanan tersebut dipakai ater-ater dibagikan kepada sanak saudara yang lebih tua dengan suatu wadah dari anyaman bambu yang disebut tempah . Selesai melakukan pembersihan makam warga menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam leluhur. Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang dipukul, lalu seluruh warga dari anak-anak hingga dewasa hadir pada acara kenduri. Kemudian Mbah Kaum ulama lokal memimpin doa menggunakan tata cara agama Islam. Selesai berdoa, semua warga tukar menukar makanan. Tatacara tersebut jelas tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial budaya, seperti gotong-royong dan pengorbanan ekonomi. a b Gambar 19 Kegiatan masyarakat pada saat upacara nyadran a Seorang warga sedang menuju upacara nydran. b Tempah sebagai tempat makanan dibuat dari bambu.

5.3.3 Upacara Labuhan