kedudukannya sebagai pengemban dan penyalur aspirasi masyarakat, serta fungsi pengawasan terhadap jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pelaksanaan pembangunan daerah, dan juga sebagai mitra kerja kepala daerah dalam kedudukan yang sama tinggi dalam merumuskan berbagai kebijaksanaan terhadap
berbagai permasalahan yang dihadapi.
E. Kurang Harmonisnya Antara Kepala Daerah Dan DPRK Akibat Pengawasan.
Salah satu fungsi penting DPRK dalam menyelenggarakan pemerintah daerah adalah fungsi pengawasan, yang seringkali kurang memperoleh perhatian. Fungbsi
pengawasan DPRK lebih bersifat polotik dan kebijakan, bukan pengawasan teknis fungsional, karna fungsi tersebut di laksanakan oleh instansi-instansi pengawasan
fungbsional seperti Bawasda, BPKP, itjen dan yang lainya. Konflik yang terjadi antara kepala daerah dan DPRK dalam bidang pengawasan
disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1.
Dalam melaksanakan pengawasan politik dan kebijakan, DPRK terlampau masuk kedalam hal-hal yang bersifat teknis misalnya sampai memeriksa kwintasi
pembelian barang dan yang lainya yang sebenarnya bukan menjadi ranah DPRK. DPRK adalah lembaga politik, sedang kan anggota DPRK adalah insan politik,
sehingga sudah selaknya pemain pada ranah politik, bukan ranah teknis. 2.
Pihak eksekutif daerah bersifat tertutup terhadap permintaan data informasi yang di butuhkan oleh DPRK, sehingga menimbulkan kecurigaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Kepala daerah sama sekali tidak menindaklanjuti berbagai rekomendasi hasil
pengawasan yang dilakukan oleh DPRK, sehingga DPRK merasa tidak dihargai. Kekurang harmonisan antara DPRD dengan pemerintah daerah sebagai akibat
dari pengawasan, dapat juga bersumber dari akibat kesalahan pengertian dari pengawasan itu sendiri yang dianggap sebagai tindakan mencari-cari kesalahan,
sehingga terjadi ketidak harmonisan. Disisi lain pihak yang diawasi seharusnya tidak perlu bersikap reaktif, jika pekerjaan itu diawasi, sebab jika pekerjaan yang diawasi
pemerintah daerah tidak ada unsur kesengajaan melakukan penyimpangan terhadap pembangunan fasilitas insfrastruktur, tidak perlu khawatir kendatipun sedang diawasi.
Oleh karena itu, Dengan mengacu pada hal tersebut diatas, maka kunci persoalan dari berbagai kemelut atau hambatan DPRK dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pelakanaan APBK adalah bukan pada demokrasinya, melainkan pada sejumlah etika demokrasi yang belum dijadikan pegangan para elit politik, atau dalam
bahasa yang lebih luas dikatakan bahwa keberadaban semua pihak hendaknya menjadi pegangan didalam menyelenggarakan pemerintahan daerah. Dan untuk
membangun politik keberadaban yang diperlukan bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka ada sejumlah persyaratan yang mesti dipatuhi oleh setiap
pelaku politik didaerah, yaitu: 1.
Keberadaban itu hendaknya tidak ditentukan oleh sikap suka atau tidak suka terhadap kelompok lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Para pemimpin hendaknya berbuat lebih banyak untuk memberikan teladan yang
baik, bukan sekedar mengeluarkan perintah agar menjauhi tindakan yang membahayakan orang lain.
3. Komitmen para pemimpin untuk membangun moral politik bersama.
4. Menghargai perbedaan, ketidaksepahaman disagreement, dan bahkan
kemungkinan resistensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN