4. Keadilan anggaran.
Anggaran harus dialokasikan penggunaannya secara adil untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat.
75
B. Kedudukan Lembaga DPRK Sebagai Pengawas Dalam Pemerintahan Aceh
DPRK adalah lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan daerah yang terdiri dari partai politik nasional dan partai
politik lokal peserta pemilihan. Hubungan kerja antara kepala daerah dan DPRK harus berdasarkan atas perinsip dasar, yaitu kebijakan mengenai uang, orang, barang
dan tata ruang harus dibicarakan antara kepala daerah dan DPRK. Sekurang- kurangnya ada enam aspek hubungan antara kepala daerah denangan DPRK secara
nyata terjadi dalam pemerintahan daerah, aspek tersebut adalah:
76
1. Penyusunan kebijakan daerah.
2. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja kabupaten.
3. Kebijakan strategis pengelolaan barang.
4. Laporan keterangan pertanggungjawaban.
5. Kebijakan pengawasan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
anggaran. DPRK mempunyai fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan
perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBK, kebijakan pemerintah
75
Ibid, hlm. 299
76
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, op.cit, hal. 46
Universitas Sumatera Utara
daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah.
Pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan pada dasarnya berbeda, baik konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif yaitu masyarakat dan legislatif untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian control adalah mekanisme yang
dilakukan eksekutif untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pemeriksaan audit
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah
daerah telah sesuai dengan kriteria yang ada. Pada tataran teknis aplikatif juga berbeda, monitoring oleh legislatif dan masyarakat pada umumnya dilakukan pada
tahap awal. Pengendalian dilakukan terutama pada tahap menengah operasional, yaitu level pengendalian manajemen management control dan pengendalian tugas
task control, sedangkan pemeriksaan umumnya dilakukan pada tahap akhir.
77
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa dalam rangka check and balance system, maka DPRK mempunyai fungsi pengawasan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah, oleh karena itu, dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah diatur hal-hal yang berkenaan dengan ruang lingkup pengawasan DPRK, yaitu:
78
77
Wahyudi Kumorotomo dan Erwan Agus Purwanto, op.cit, hlm. 208.
78
Perhatikan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.
Universitas Sumatera Utara
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan
Perundang-undangan lainnyaPeraturan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Daerah, dan lain sebagainya
Pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap pencapaian tujuan awal saat ditetapkannya peraturan daerah.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan APBK.
Pengawasan ini merupakan pengawasan terhadap pencapaian tujuan awal saat ditetapkannya APBK.
3. Pengawasan terhadap perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga.
Pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap kerjasama daerah oleh pemerintah daerah dengan pihak ketiga, baik lokal maupun internasional,
materinya meliputi: Bidang yang dikerjasamakan, jangka waktu kerjasama, manfaat bagi daerah, dan sumber pembiayaan.
4. Meminta laporan pertanggungjawaban bupati dalam penyelenggaran pemerintahan daerah untuk penilaian kerja pemerintahan daerah.
5. Melakukan pengawasan dan meminta laporan kegiatan dan penggunaan anggaran kepada KIP dalam mnyelenggarakan pemilihan umum.
Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu fungsi DPRK yang cukup penting dan mempunyai dampak luas adalah fungsi anggaran DPRK dalam menetapkan APBK.
Hal ini berhubungan dengan kewajiban kepala daerah dalam melakukan pertanggungjawaban tahunan atas pelaksanaan APBK.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, agar pengelolaan anggaran daerah yang tertuang dalam APBK benar-benar sesuai dengan kebutuhan daerah, maka DPRK melakukan pengawasan
kebijakan dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan dan evaluasi. Agar APBK tersusun dan terlaksana dengan tepat sasaran dan tepat waktu, DPRK dapat
mengarahkan penyusunan APBK dengan berpedoman pada peraturan perundang- undangan yang berlaku, dengan materi sebagai berikut:
79
1. APBK disusun dengan pendekatan kinerja.
2. Dalam menyusun APBK, penganggaran pengeluaran harus didukung adanya
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup. 3.
Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBK merupakan perkiraan yang teratur secara rasional dapat dicapai untuk setiap pendapatan.
4. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBK merupakan batas tertinggi
untuk setiap jenis belanja. 5.
Perkiraan sisa lebih perhitungan APBK tahun sebelumnya dicatat sebagai saldo awal pada APBK tahun berikutnya, sedangkan realisasi sisa lebih
perhitungan APBK tahun lalu dicatat sebagai saldo awal pada perubahan APBK.
Dengan adanya rincian penyusunan APBK dan berpedoman pada tata cara penyusunan dan penggunaannya, akan memudahkan DPRK dalam penyusunan
Peraturan Daerah yang menyangkut tentang APBK, perhitungan APBK dan setiap perubahan menyangkut APBK, perhitungan APBK, dan perubahan setiap tahun,
sehingga pengawasan yang dilakukan oleh DPRK terhadap APBK dapat dilakukan secara optimal. Fungsi pengawasan DPRK terhadap APBK diarahkan agar tidak
terjadi penyimpangan.
79
BN. Marbun, DPRD dan Otonomi Daerah Setelah Amandemen UUD 1945 dan UU Otonomi Daerah 2004, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005, hlm. 141.
Universitas Sumatera Utara
APBK adalah rencana keuangan tahunan daerah yang disetujuai oleh DPRK dan ditetapkan dengan qanun, semua kegiatan pemerintahan bersumber dari APBK,
seluruh penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan jasa harus dianggarkan dalam APBK. Dalam penyusunan APBK bupati menyusun KUA
dan PPAS berdasarkan RKPD yang berpedoman pada penyusunan APBK yang ditetapkan Menteri Dalam Negri Setiap Tahun, disepakati bersama dengan DPRK
yang menghasilkan suatu nota kesepakatan, setelah rancangan kanun selesai disususn bupati mengajukannya kepada DPRK pada bulan Agustus pada tahuna nggaran
sebelumnya untuk dibahas bersama, bersamaan dengan itu bupati juga mengajukan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran APBK, persetujuan bersama tentang
APBK ditanda tangani oleh bupati dan pimpinan DPRK. Sebelum ditetapkan bupati rancangan APBK dan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran APBK
disampaikan terlebih dahulu kepada Gubernur untuk di evaluasi
80
Adapun ketentuan apabila DPRK tidak mencapai titik temu dengan kepala daerah gubernur, bupatiwalikota dalam mengambil keputusan bersama tentang APBK,
maka kepala daerah menggunakan anggaran APBK tahun sebelumnya. Untuk menghindari hal ini DPRK dapat melakukan koordinasi yang baik dengan eksekutif
agar seluruh tujuan dapat tercapai dalam merumuskan kegiatan kedalam APBK yang .
80
Lihat BAB V,VI,VII Qanun Bupati Gayo Lues Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
partisipatif. DPRK lebih memfokuskan pada pengawasan terhadap APBK, artinya Peraturan Daerah Tentang APBK benar-benar menjadi pedoman bagi semua SKPD.
81
Lebih lanjut disebutkan pada Pasal 311 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang berbunyi: 1
DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tentang APBD.
2 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bukan pemeriksaan, tetapi
pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Tentang APBD.
Pengawasan terhadap pelaksanaan APBK, wujudnya adalah melihat, mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBK oleh SKPD, baik secara langsung maupun
berdasarkan informasi yang diberikan oleh konsituen, tanpa masuk keranah pengawasan yang bersifat teknis. Apabila ada dugaan penyimpangan dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
82
1. Memberitahukan kepada kepala daerah untuk ditindaklanjuti.
2. Membentuk Panitia Khusus untuk mencari informasi yang lebih akurat.
3. Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada instansi penyidik
Kepolisian, Kejaksaan, KPK. Parameter yang digunakan antara lain adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 Tentang Pelaporan AKIP Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
81
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, op.cit, hlm. 154.
82
Ibid, hlm. 155.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, pengawasan DPRK terhadap pelaksanaan APBK pada uraian tersebut dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
83
1. Menentukan agenda pengawasan terhadap APBK.
a. Pada setiap tahun anggaran, DPRK secara kelembagaan membuat agenda
pengawasan yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan. b.
Komisi membuat agenda sesuai dengan bidang penugasan dan masa persidangannya.
c. DPRK mengkonsolidasi agenda pengawasan dari masing-masing komisi
mengenai APBK. d.
Agenda pengawasab harus mencakup penentuan atas: -
Apa obyek yang diawasi dengan skala prioritas khusus mengenai APBK. -
Kapan pengawasan akan dilakukan. -
Komisi atau anggota yang akan terlibat dalam rangkaian pengawasan. -
Pada tingkat apa pengawasan akan dilakukan kebijakan, program, proyek atau kasus tertentu.
2. Merumuskan metodologi pengawasan.
a. Sebelum melaksanakan pengawasan DPRK terhadap APBK secara
kelembagaan perlu menyusun metodologi pengawasan DPRK yang dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi para anggotanya dalam melaksanakan
fungsi tersebut.
83
Ibid, hlm. 160.
Universitas Sumatera Utara
b. Metodologi pengawasan yang ditentukan memiliki pengaruh sangat besar
dalam pelaksanaan pengawasan dan hasilnya. c.
Metodologi pengawasan hendaknya telah mencakup penentuan: -
Penentuan jangka waktu pengawasan. -
Teknikcara pengawasan yang akan diterapkan. -
Pembagian tugas dan tanggungjawab masing-masing anggota. -
Instansi terkait yang perlu dilibatkan jika diperlukan. -
Bantuan tenaga ahli yang digunakan jika diperlukan. -
Cara pendokumentasian proses dan hasil pengawasan. 3.
Menjalin jaringan dengan instansi terkait dan aliansi strategis. a.
Instansi terkait seluruh SKPD. Setelah agenda pengawasan APBK ditetapkan, DPRK secara kelembagaan
maupun alat kelengkapan DPRK, khususnya komisi-komisi dalam DPRK segera menjalin jaringan dengan instansi-instansi terkait, baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung. b.
Aliansi strategis. -
DPRK harus membuat jaringan seluas-luasnya dengan seluruh stakeholders terkait.
- Jaringan akan memberikan manfaat tidak saja terbatas pada kepentingan
daerah, melainkan juga kepentingan nasional yang lebih luas. -
Jaringan yang harus dibangun antara lain wakil rakyat dipusat, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, dan media massa.
Universitas Sumatera Utara
4. Pelaksanaan pengawasan.
a. Pelaksanaan DPRK dapat dilaksanakan dengan melakukan monitoring dan
pengawasan triwulan. b.
Efisiensi dan efektivitas pengawasan diharapkan dapat tercapai apabila kegiatan pengawasan dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan metode yang
ada. 5.
Penyusunan laporan. Format dan sisi laporan hasil pengawasan hendaknya telah mencakup hal-hal
sebagai berikut: a.
Tujuan pengawasan. b.
Metodologi pengawasan yang diterapkan. c.
Temuan-temuan signifikan. d.
Rekomendasi perbaikan atas temuan. 6.
Menindaklanjuti hasil pengawasan. a.
Upaya tindak lanjut tersebut dapat efektif, apabila monitoring terus dilakukan oleh DPRK secara berkelanjutan.
b. DPRK juga dapat melakukan hak angket dan interpelasinya dalam memantau
dan mendorong tindak lanjut hasil pengawaasannya. Tahapan pengawasan tersebut dapat di lihat dalam skema berikut:
Universitas Sumatera Utara
SKEMA 4 PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRK
Sumber: Program Orentasi Anggota DPRK se-Aceh Tahun 2009
Berdasarkan uraian tersebut, maka apabila kita memperhatikan eksistensi DPRK dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBK dalam rangka otonomi
khusus, maka tidak jauh berbeda dengan eksisistensi DPRD dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD, hal tersebut salah satunya dapat
diperhatikan dalam Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Eksistensi DPRK terhadap pelaksanaan APBK dalam rangka otonomi khusus adalah bahwa DPRK melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan qanun tentang
APBK, namun pengawasan tersebut bukanlah dalam bentuk pemeriksaan akan tetapi pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
Menentukan Agenda
pengawasan
Menilai LKPJ Tindak lanjut HP
Membuat laporan
Melaksanakan pengawasan
Menentukan metodologi
pengawasanh Menjalin
jaringan dgn instansi
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan dalam qanun tentang APBK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
84
Sebaliknya, untuk menjamin eksistensi DPRK dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBK, maka kepada kepala daerah diwajibkan
pula untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ terhadap pelaksanaan APBK, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Bupati menyampaikan rancangan qanun tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBK beserta lampirannya kepada DPRK berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh BPK, paling lambat 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir yang meliputi: laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan
atas laporan keuangan, serta dilampiri dengan kinerja dan ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerahperusahaan daerah. Kemudian rancangan qanun tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBK dirinci dalam rancangan peraturan bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBK yang dilengkapi dengan
lampiran yang terdiri dari: ringkasan laporan realisasi anggaran dan penjabaran laporan realisasi anggaran. Kemudian agenda pembahasan rancangan qanun tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBK ditentukan oleh DPRK. Selanjutnya persetujuan bersama terhadap rancangan qanun tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBK oleh DPRK paling lama 1 satu bulan terhitung sejak diterimanya rancangan qanun. Kemudian rancangan qanun tentang
84
Perhatikan Pasal 225 Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban pelaksanaan APBK yang telah disetujui bersama DPRK dan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan
APBK sebelum ditetapkan oleh bupati paling lama 3 tiga hari kerja disampaikan kepada gubernur untuk di evaluasi, apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi
rancangan qanun tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBK dan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBK sudah
sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka bupati menetapkan rancangan dimaksud menjadi
qanun dan peraturan bupati. Namun dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan qanun tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBK dan
rancangan bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBK tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, maka bupati bersama dengan DPRK wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi, dan apabila hasil evaluasi tidak ditindak lanjuti oleh bupati dan DPRK, dan bupati tetap menetapkan rancangan qanun tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBK dan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBK menjadi qanun dan peraturan bupati, maka
gubernur membatalkan qanun dan peraturan bupati dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
85
85
Perhatikan Pasal 218 sampai dengan Pasal 222 Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 2 Tahun
Universitas Sumatera Utara
Mengenai eksistensi DPRK dalam pengawasan APBK, H.M. Amru menegaskan: Pengawasan yang dilakukan DPRK terhadap anggaran telah dimulai sejak masa
perencanaan yang bertujuan untuk mengawasi jalanya pelaksanaan APBK yang di jalankan oleh pihak eksekutif untuk tercapainya tujuan-tujaun dalam APBK yang
telah di sepakati bersama Legislatuf dan Eksekutif, dengan pengawasan kita harapkan dapat mencegah penyalahgunaan anggaran, namun apabila telah diduga
terjadi suatu penyalahgunaan maka kita akan bertindak sesuai dengan Uundang- Undang
86
.
Pernyataan H.M. Amru tersebut dapat juga dilihat dalam skema pengawasan APBK sebagai berikut:
2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
86
Wawancara Dengan H. M. Amru, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Gayo Lues, Rabu, 19 Mei 2010.
Universitas Sumatera Utara
SKEMA 5 PENGAWASAN TERHADAP APBDAPBK
Sumber: Program orientasi anggota DPRK Se-Aceh Tahun 2009.
Maksud H.M. Amru bertindak sesui dengan UU apabila adanya indikasi penyalah gunaan anggaran adalah penggunaan hak DPRK untuk menindak lanjuti pengawasan
yang terdapat dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 14 Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014 yaitu hak angket, hak
interpelasi dan hak menyatakan pendapat.
APBD
PENERIMAA N DAERAH
BELANJA DAERAH
TUJUAN APBD
APBK
Optimalisasi Pendapatan
Daerah
Alokasi Belanja Daerah Yang
Efektif Efisien
RESIKO PENYIMPANG
AN
Tidak tergalinya Potensi penerimaan
daerah
Penerimaan daerah Yang tidak masuk
Kas daerah
Alokasi belanja yang Tidak tepat
sasaran
Penggelembungan Dana belanja
daerah
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Badan Pengawas Keuangan BPK sebagai pengawas tentunya harus melakukan pengawasan yang teliti, tepat dan akurat serta berkesinambungan terhadap
APBK agar keuangan negara tidak diselewengkan. Hal tersebut sebagaimana tercermin dalam Pasal Pasal 23E
1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi:
2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan danatau
badan sesuai dengan undang-undang. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Dalam ketentuan itu, maka peran BPK sangat membantu dalam menanggulangi kerugian
negara akibat pengelolaan keuangan oleh lembaga-lembaga negara kurang baik. Lingkup pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi; pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan atas tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara
sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 2 UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Oleh karena kewenangan pemeriksaan keuangan negara oleh BPK sangat
luas dan tidak hanya mencakup keuangan dalam APBN saja, maka wajar apabila kedudukan BPK secara lembaga konstitusional bersifat independen. Pemeriksaan
keuangan negara oleh BPK juga dikaitkan oleh objek pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban hasil pemeriksaan yang lebih luas dan melebar. BPK juga diharuskan menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD
sesuai dengan kewenangan masing-masing. Bahkan, dalam hal hasil pemeriksaan itu mengindikasikan perlunya penyelidikan dan penyidikan diproses secara hukum oleh
lembaga penegak hukum Kepolisian, Kejaksaan, KPK. Tujuan dari BPK adalah memeriksa setiap satu rupiah yang disimpan, diolah dan
dikelola oleh pejabat untuk melakukan tugasnya. BPK akan melakukan audit apabila ada indikasi penyelewengan keuangan daerah dan negara.Untuk saat ini sistem
pengelolaan APBN di daerah sangat tidak maksimal karena kurangnya tenaga akuntan di setiap instansi pemerintah, kurangnya komunikasi antar pejabat dan
kurangnya transparansi data, karenanya sistem laporan keuangan daerah masih lemah. Pengaturan tugas BPK adalah melakukan pengauditan laporan keuangan setelah 60
hari berjalannya pemeriksaan laporan keuangan dari setiap daerah, setelah itu BPK akan melaporkan hasilnya ke DPR kemudian ke KPK untuk ditindaklanjuti. Untuk
menghasilkan laporan keuangan yang akurat BPKP harus bekerjasama dengan BPK agar dapat mengelola dan mengaudit keuangan dengan hasil yang seimbang. Apabila
ada keterlambatan laporan keuangan daerah kemungkinan akan terjadi kebocoran. Tugas BPK di daerah membantu memberantas korupsi, membantu pemerintah dan
BUMN dalam mendorong pemerintah dalam meningkatkan keuangan daerah.
87
87
http:diskominfo.sumutprov.go.iddata_tambahan.php?id_jumpa_publik=1.
Universitas Sumatera Utara
C. Analisis Fungsi Pengawasan DPRK Terhadap Pelaksanaan APBK