Belum Tersusunnya Agenda Pengawasan DPRK. Belum Adanya Standard, Sistem dan Prosedur Baku Pengawasan DPRK.

Akan tetapi berdasarkan penelitian penulis, ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh DPRK dalam melaksanakan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan APBK, adapun hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Belum Tersusunnya Agenda Pengawasan DPRK.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan, seyogyanya DPRK memiliki rencana atau agenda pengawasan yang meliputi apa, siapa yang akan diawasi, mengapa harus diawasi serta kapan dan bagaimana pengawasan tersebut dilakukan. Para wakil rakyat belum memandang pengawasan sebagai proses manajerial dan politik yang memerlukan langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Pengawasan oleh DPRK yang tidak sesuai dengan ranah pengawasan DPRK, yakni ranah kebijakan dan politik serta tidak terprogram akan membawa dampak pada munculnya hal-hal sebagai berikut: 1. Ruang lingkup pengawasan DPRK terabaikan. 2. Duplikasi pengawasan dengan lembaga pengawasan lainnya. 3. Kurangnya mutu pengawasan. 4. Pengawasan belum efektif. 98 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seharusnya DPRK pada setiap tahun anggaran secara kelembagaan membuat agenda pengawasan yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan khusus mengenai APBK. Atau dengan perkataan lain, sebelum melaksanakan pengawasan terhadap APBK, DPRK secara kelembagaan perlu menyusun metodologi pengawasan yang dapat dijadikan acuan dan pedoman 98 Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, op.cit, hlm. 157. Universitas Sumatera Utara dalam melaksanakan fungsi tersebut. Metodologi pengawasan tersebut mencakup: penentuan jangka waktu pengawasan, teknikcara pengawasan yang akan diterapkan, pembagian tugas dan tanggungjawab masing-masing anggota, instansi terkait yang perlu dilibatkan, bantuan tenaga ahli yang digunakan, dan pada tingkat apa pengawasan dilakukan kebijakan, program, proyek, atau kasus tertentu.

B. Belum Adanya Standard, Sistem dan Prosedur Baku Pengawasan DPRK.

Pelaksanaan pengawasan DPRK masih dirasakan sebagai suatu pengawasan yang reaktif dan sporadis, tanpa terencana dan tersistem dalam pelaksanaannya. Selain itu, standard pengawasan, sistem dan prosedur serta administrasi pengawasan belum disusun secara baik. Akibatnya, pengawasan menjadi tidak terarah, sporadis dan hanya mengikuti perkembangan permasalahan dimasyarakat, serta produk yang dihasilkannyapun belum dapat dijamin kualitas hasilnya. Pemerintah pusat mempunyai kewajiban untuk segera menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan oleh DPRK sehingga keinginan untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik dapat terwujud dengan lebih cepat. Pelaksanaan pengawasan oleh DPRK tanpa disertai sistem dan prosedur yang baku serta belum ada standarisasinya, menimbulkan kerentanan terhadap kasus politik uang money politics dalam pelaksanaannya. Fakta dilapangan banyak memberikan gambaran, bagaimana hasil pengawasan DPRK yang berujung pada kasus politik uang dari pada pembenahan secara kebijakan maupun manajerial. Puncaknya adalah pengawasan DPRK dalam proses penyampaian evaluasi laporan pertanggungjawaban kepala daerah, baik yang Universitas Sumatera Utara bersifat rutin setiap tahun maupun pada akhir masa jabatan, lebih menonjol pada bentuk pengawasan untuk menjatuhkan lawan politik, politik uang dari pada penilaian kinerja kepala daerah serta kinerja kepala daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah. 99 Oleh karena itu, secara rutin, pelaksanaan pengawasan DPRK harus dilaksanakan dengan sistem dan prosedur yang baku, yang dilakukan dengan cara: 1. Rapat koordinasi dan rapat evaluasi, dilakukan dengan masing-masing lembaga pemerintah. 2. Rapat pembahasan dalam sidang komisi, rapat pembahasan dalam panitia-panitia yang dibentuk berdasarkan tata tertib DPRK. 3. Rapat dengar pendapat dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang diperlukan, dan 4. Kunjungan kerja kemasyarakat dan instansi pemerintah daerah.

C. Partisipasi Masyarakat Belum Optimal.

Dokumen yang terkait

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam penyelesaian sengketa lahan (studi kasus: sengketa lahan antara PT sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun)

1 100 105

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 22 77

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 41 285

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Dprd) Periode 2009-2014 Terhadap Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Subang

1 7 104

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) TERHADAP APBD KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2011

0 2 112

FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2012.

0 0 16