BAB III EKSISTENSI DPRK DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI PENGAWASAN
CONTROL FUNCTION TERHADAP PELAKSANAAN APBK
A. Mekanisme Penyusunan Anggaran Daerah Berdasarkan Prinsip Good Financial Governance
Anggaran daerah pada hakekatnya adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah dalam satuan rupiah, yang merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam
melakukan penglolaan keuangan daerahnya. Sesuai dengan prinsip pemisahan kewenangan antara eksekutif dan legislatif daerah, maka penyusunan APBDAPBK
diserahkan sepenuhnya kepada kepala daerah. Peranan DPRDDPRK adalah memberikan penilaian terhadap rancangan APBDAPBK yang diajukan eksekutif
untuk kemudian memberikan persetujuan ataupun menolaknya
63
Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahRancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten RAPBDRAPBK terkait erat dengan
perencanaan yang dilakukan di daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pada
pemerintah daerah terdiri dari 3 tiga kategori, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMD, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD. RPJMD adalah untuk jangka waktu lima tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala
daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan .
63
Wahyudi Kumorotomo dan Erwan Agus Purwanto, op.cit, hlm. 198.
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan RPJM nasional dan standard pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan. RPJMD ditetapkan paling lambat 3 tiga bulan setelah kepala daerah
dilantik.
64
Dalam menyusun RAPBK terdapat beberapa asas umum yang harus dijadikan pedoman, yaitu:
1. APBK harus disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
dan kemampuan pendapatan daerah. 2.
Penyusunan APBK berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintahan Daerah RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk
tercapainya tujuan bernegara. RKPD merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode satu tahun.
3. APBK mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. 4.
APBK, perubahan APBK dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBK setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerahqanun.
5. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang,
danatau jasa dianggarkan dalam APBK berdasarkan nilai perolehan atau nilai wajar.
64
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Universitas Sumatera Utara
6. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBK merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
7. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBK. 8.
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBK harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Dalam penyusunan APBK, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. 10.
Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBK harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
11. Tahun anggaran APBK meliputi masa satu tahun mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember
65
Dalam prosedur penyusunan APBK, perumusan strategi dan prioritas pembuatan APBK pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggungjawab pihak pemerintahan
daerah eksekutif. Dalam pelaksanaannya, wewenang dan tanggung jawab ini dapat diserahkan kepada orang-orang kunci di instansi teknis yang ada di pemerintahan
daerah, dibawah koordinasi Badan Perencana Pembangunan Daerah BAPPEDA. Setelah arah dan kebijakan umum APBK tersusun, pemerintah menetapkan strategi
dan prioritas pengelolaan dengan memfokuskan pada identifikasi kondisi yang ada, .
65
Abdurrahman, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, Jakarta: PT. Media Sarana Press, hlm. 215.
Universitas Sumatera Utara
isu strategis, dan kecenderungan kedepan. Dalam hal ini dapat pula dilakukan analisis SWOT Strongth: Kekuatan, Weakness: Kelemahan, Opportunity: Peluang, dan
Threat: Tantangan dalam kaitannya dengan pencapaian secara umum APBK. Analisis yang cermat terhadap substansi APBK membawa implikasi pada penerapan
APBK yang sejalan dengan kebutuhan. Tentu saja kebutuhan ini tidak lain adalah kebutuhan publik.
66
Guna menajamkan kajian strategis dan prioritas APBK, pemerintah daerah dapat mengundang tim ahli atau konsultan yang memiliki kapabelitas dibidang
pembangunan terkait dengan pertimbangan kepraktisan. Keterlibatan tim ahli pada saat penyusunan draft arah dan kebijakan umum APBK dapat juga sekaligus
membahas penentuan strategi dan prioritas APBK. Strategi dan prioritas APBK yang telah dirumuskan dan disusun untuk selanjutnya disampaikan atau dikonfirmasikan
kepada DPRK, khususnya melalui panitia Ad Hoc panitia khusus atau pansus. DPRK pada tahap ini dapat mengetahui apa yang menjadi rencana pemerintah daerah
untuk mencapai APBK yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu masukan atau tanggapan dari DPRK. Dokumen yang memuat arah, kebijakan, strategi dan prioritas
APBK yang ditetapkan pada akhirnya diserahkan kepada lembaga badan pengelolaan keuangan daerah. Badan ini akan menjabarkan lebih lanjut kebijakan
anggaran dalam sejumlah tindakan operasional yang lebih teknis dalam bentuk APBK. Lebih dari itu, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah BPKD dapat
66
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Konsep Panduan Perencanaan Anggaran Daerah, Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, 2001, hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
diposisikan sebagai institusi utama yang bertanggungjawab secara administratif dan manajerial dalam pengelolaan keuangan daerah.
67
Pemikiran tersebut diatas, digambarkan dalam skema berikut:
SKEMA 2 PROSES PENYUSUNAN STRATEGIS DAN
PRIORITAS APBDAPBK
Sumber : Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Tahun 2009.
67
Ibid, hlm. 56.
PEMDA ARAH DAN
KEBIJAKAN UMUM APBDAPBK
DPRD DPRK
KONSULTAN TIM AHLI
TIM ANGGARAN
EKSEKUTIF STRATEGI
PRIORITAS APBDAPBK
PANITIA AD HOC
PANGGAR LEGISLATIF
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses penyusunan APBK yang sevisi dengan ”good financial governance” yang pertama-tama harus diperhatikan adalah membentuk APBK yang
terasa demokratis dengan mengedepankan unsur peran serta masyarakat. Elemen masyarakat menjadi penting artinya dalam proses pembuatan APBK disamping
pemerintah daerah dan DPRK dengan maksud untuk mempertajam substansi APBK sebagai perwujudan dari amanah rakyat kepada pemerintah daerah dan DPRK dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diwakili sebagai subyek demokrasi dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, dimana nampak jelas bahwa:
1. Masyarakat sebagai pemberi amanat sekaligus sebagai owner dan customer.
2. Pemerintah daerah dan DPRK dengan peran dan fungsinya masing-masing
hanya sebagai civil service.
68
Dalam kaitan ini, perlu ditandaskan bahwa pada tahapan penyusunan APBK, pemerintah daerah berfungsi sebagai penyusun rancangan APBK yang diusulkan
kepada DPRK untuk mendapatkan persetujuan. Untuk itu maka dari mulai penyusunan rancangan APBK, pemerintah daerah harus benar-benar serius
menumbuhkan rasa saling pengertian dan kepercayaan DPRK dalam menghadapi kendala-kendala yang sedang dan akan dihadapi oleh pemerintah daerah. Pemerintah
daerah harus berperan aktif dan sungguh-sungguh dalam hal:
69
1. Menyerap informasi melalui hasil penelitian dan dengar pendapat dengan
DPRK maupun langsung dengan masyarakat tentang rencana kegiatan yang
68
Soekarwo, Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah, Berdasarkan Prinsip-Prinsip Good Financial Governance, Surabaya: Airlangga University Press, 2005, hlm. 230.
69
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi, 2002, hlm. 22.
Universitas Sumatera Utara
akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya pembebanan aspirasi kegiatan yang berlebihan atau tidak
proporsional dan tidak mungkin dilaksanakan oleh pemerintah daerah, maka hendaknya juga menjelaskan secara transparan, bijak, dan dapat dimengerti
masyarakat tentang masalah dan kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah.
2. Mengkoordinir satuan kerja teknis atau dinas-dinas terkait dibawahnya untuk
mempersiapkan usulan-usulan kegiatan dibidangnya. 3.
Menyiapkan bahan-bahan rancangan APBK untuk diusulkan kepada masyarakat melalui DPRK lengkap dengan sasaran alokasi anggaran biaya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah membutuhkan peran dan legitimasi DPRK yang mendapat kepercayaan dan dukungan
penuh dari rakyat yang diwakilinya. Peran DPRK tersebutr sangat dibutuhkan karena secara independen telah ikut membantu pemerintah daerah untuk secara obyektif
melihat persoalan-persoalan yang melingkupi kinerja pengelolaan keuangan didaerah. Pada tahap penyusunan APBK, Pemerintah daerah dan DPRK sebagai wakil rakyat
diharapkan cepat dapat mengambil kesepakatan mengenai arah dan tujuan disusunnya suatu rancangan APBK. Tanpa orientasi yang demikian dipastikan pemerintah daerah
dan DPRK akan kehilangan legitimasi sosiologis dan politisnya. Selanjutnya, setelah APBK disahkan bersama-sama oleh kepala daerah dan
DPRK, maka kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kewenangan yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah:
70
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBK.
2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.
3. Menetapkan kuasa pengguna anggaranbarang.
4. Menetapkan bendahara penerimaan danatau bendahara pengeluaran.
5. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah. 6.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.
7. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah. 8.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaranbarang daerah. Dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut, sekretaris daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah terkait dengan peran dan
fungsi sekretaris daerah membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan menggkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk
pengelolaan keuangan daerah. Kekuasaan ini dapat dilimpahkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan berdasarkan prinsip
pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.
71
70
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 360.
71
Ibid, hlm 361.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan keuangan daerah adalah suatu yang essensial dalam tahapan organisasi sektor publik
khususnya bagi pemerintah daerah. Tahapan penganggaran merupakan tahapan yang mempunyai arti dan peran penting dalam siklus pengelolaan keuangan daerah
dalam konteks kebijakan desentralisasi fiskal. Arti penting penyusunan anggaran pemerintah daerah anggaran daerah dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut:
72
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan dan
menjamin kesinambungan pembangunan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya keterbatasan sumber daya
scarcity of resources, pilihan choice dan trade offs.
Namun, pola pengaturan hukum yang trade offs tidaklah tepat untuk diwujudkan, karena
hal itu tidak dirancang secara matang.
Disamping itu, APBK mempunyai peran penting dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Peran penting anggaran daerah yang tertuang dalam APBK dapat
dilihat berdasarkan fungsi utamanya, yaitu:
73
1. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan keuangan daerah.
2. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian keuangan daerah.
3. Anggaran merupakan alat kebijakan fiskal yang digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. 4.
Anggaran digunakan sebagai alat politik yang digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi
pemerintahan daerah yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. 6.
Anggaran merupakan alat evaluasi kinerja yang pada dasarnya merupakan wujud komitmen pemerintah daerah kepada pemberi wewenang masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
72
Mardiasmo, op.cit, hlm. 182.
73
Ibid, hlm. 184.
Universitas Sumatera Utara
7. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen
pemerintah daerah agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target kinerja.
8. Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan uang publik
public sphere. Dalam arti bahwa proses penyusunan anggaran harus melibatkan seluas mungkin masyarakat.
Akhirnya dapat dikatakan bahwa perencanaan anggaran daerah pada hakekatnya berfungsi sebagai salah satu penentu kapabilitas dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Diera otonomi daerah telah muncul paradigma baru dalam perencanaan anggaran daerah.
Paradigma baru dalam perencanaan APBK haruslah diorientasikan pada kepentingan publik, disusun dengan pendekatan kinerja, ada keterkaitan yang erat
antara pengambil kebijakan di DPRK dengan perencanaan operasional oleh pemerintah daerah dan penganggaran oleh unit kerja, serta ada upaya mensinergikan
antara hubungan antara APBK, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, lembaga pengelolaan keuangan daerah dan unit-unit pengelolaan layanan publik
dalam pengambilan kebijakan.
74
Perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBK dapat digambarkan dalam skema berikut:
74
Abdul Gaffar Karim, Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 297.
Universitas Sumatera Utara
SKEMA 3 SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertanggungjawaban Pmriksan
RPJMD RKPD
KUA PPAS NOTA
Kesepakatan
Pedoman Penyusunan
RKA-SKPD
RKA - SKPD RAPBD
Evaluasi Ranperda
APBD Oleh Gubernur
Mendagri APBD
Rancangan DPA-SKPD
Verifikasi DPA-SKPD
Pelaksanaan APBD
Pendapatan Belanja
Pembiayaan
Laporan Realisasi
Semester Pertama
Perubahan APBD
Penatausahaan Pendapatan
• Bendahara
Penerimaan wajib
menyetor penerimaanny
kerekening kas umum
daerah selambat2nya
1 hari kerja.
Penatausahaan Belanja
• Penerbitan
SPM-UP, SPM-TU, dan
SPM-LS Oleh Kepala SKPD
• Penerbitan
SP2D Oleh PPKD
Penatausahaan Pembiayaan
• Dilakukan
Oleh PPKD
Akuntansi Keuangan
Daerah Kekayaan
Kewajiban Daera •
Kas Umum •
Piutang •
Investasi •
Barang •
Dana Cadangan
• Utang
Disusun Sesuai
SAP
Laporan Keuangan
Pemerinta Daerah :
LRA Neraca
Lap, Kas CaLK
Raperda Pertanggu
ngjawaban APBD
La por
an Ke
uan ga
Di per
iks BP
K
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Program Orientasi Anggota DPRK Se-Aceh Tahun 2009.
Disamping itu, sebagai sebuah alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, APBDAPBK disusun dengan mengacu pada norma dan prinsip
anggaran, norma dan prinsip anggaran tersebut adalah: 1.
Transparan dan akuntabel. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab,
diperlukan syarat transparansi dalam penyusunan dan pengelolaan keuangan daerah. Mengingat anggaran merupakan sarana evaluasi pencapaian kinerja
dan tanggungjawab pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat, maka APBDAPBK harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang tujuan,
sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat. Semua dana yang diperoleh dan penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
2. Disiplin anggaran.
Anggaran disusun harus berdasarkan atas kebutuhan masyarakat dan tidak boleh meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat, anggaran harus disusun berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan dapat
dipertanggungjawabkan. 3.
Efisiensi dan efektivitas anggaran. Dalam arti dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. Keadilan anggaran.
Anggaran harus dialokasikan penggunaannya secara adil untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat.
75
B. Kedudukan Lembaga DPRK Sebagai Pengawas Dalam Pemerintahan Aceh