44
Menurut Mohamad Takdir Illahi 2013: 135, menerangkan bahwa “pola asuh adalah suatu sikap yang dilakukan oleh orang tua yaitu ayah, ibu dalam
berinteraksi dengan anaknya, bagaimana cara ayah dan ibu memberikan disiplin, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, dan tanggapan-tanggapan lain
berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak”. Menurut M. Noor 2012:134, Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi
antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, minum, dan lain-lain, dan kebutuhan psikologis seperti rasa aman, kasih
sayang, dan lain-lain, serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup seleras dengan lingkungannya.
Pengertian pola asuh dari beberapa ahli diatas bisa disimpulkan bahwa pola asuh adalah suatu cara atau metode sikap yang dilakukan oleh orang tua dalam
melakukan hubungan dengan anaknya yang berkaitan dengan membimbing, mengasihi, menasehati, mendengarkan apapun yang terkait dengan pembentukan
pribadi anak.
b. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua
Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Jenis-jenis pola asuh
orang tua ini masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda. Hurlock 1990 dalam Mohammad Takdir Ilahi 2013:136 membedakan
pola asuh orang tua menjadi tiga antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Pola asuh ada tiga jenis otoriter yaitu pola
asuh yang kaku, orang tua yang menentukan semuanya buat anak. Pola asuh demokrasi yaitu orang tua memberikan kebebasan kepada anak tetapi anak
diberikan tanggung jawab terhadap apa pun yang mereka lakukan dan pilih, pola
45
asuh permisif yaitu pola asuh yang orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak.
Menurut Diana Baumrind 1971 dalam bukunya John W Santrock 2007:167, menjelaskan empat jenis gaya pengasuhan:
a Pengasuhan Otoritarian Gaya yang membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak
untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak
dan meminimalisir perdebatan verbal. Orang tua yang otoriter mungkin juga sering memukul anak, memaksakan kehendak atau aturan secara kaku tanpa
diberikan pemahaman terlebih dahulu kepada anak, dan menunjukkan amarah kepada anak.
b Pengasuhan Otoritatif Mendorong anak untuk mandiri namun masih menetapkan batas dan
kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak.
Orang tua yang otoritatif menunjukan kesenangan dan dukungan sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan
perilaku anak yang dewasa, mandiri dan sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua autoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan
mandiri, dan berorientasi pada prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja sama
dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres dengan baik.
46
c Pengasuhan yang mengabaikan Gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak
yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka. Anak-anak ini cenderung
tidak memiliki kemampuan sosialnya. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering kali memiliki
harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga. Dalam masa remaja mereka mungkin menunjukkan sikap nakal dan membolos.
d Pengasuhan yang menuruti Gaya pengasuhan dimana, orang tua sangat terlihat dengan anak, namun
tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya anak tidak pernah
belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka dengan
cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya
diri. Namun, anak yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan
perilakunya. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya peer.
Pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan tekanan anak untuk patuh
kepada semua perintah dan keinginan orang tua, anak sering dihukum, apabila
47
anak berhasil atau berprestasi jarang diberi pujian dan hadiah. Pola asuh demikian, mencerminkan ketidakdewasaan orang tua dalam merawat anak
tanpa mempertimbangkan hak-hak yang melekat pada anak. Akibatnya, anak semakin tertekan dan tidak bisa leluasa menentukan masa depannya sendiri.
Pola asuh otoriter menunjukan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya ditandai melalui sikap yang tidak hangat dan kaku. Intinya, anak
kurang diberi kasih sayang, sementara orang tua lebih suka memaksa kehendak, kontrol yang sangat ketat dan anak sering diberi hukuman juga
sebaliknya jarang mendapat pujian. Pola asuh yang otoriter memang tidak bisa memberikan jaminan atas terciptanya generasi yang paripurna dan menjadi
harapan bangsa, ini karena pola asuh yang demikian, tidak memberikan pendidikan karakter dan penanaman moral yang baik kepada anak.
Sikap orang tua dalam pola asuh permisif biasanya memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.
Akibatnya, anak tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku agresif dan antisosial karena sejak awal ia tidak diajari untuk patuh pada peraturan sosial.
Anak tidak pernah diberikan hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orang tua. Sebab, orang tua denga pola asuh permisif menganggap
anak mampu berpikir sendiri dan ia sendirilah yang merasakan akibatnya. Selain itu, keacuhan orang tua mengembangkan emosi yang tidak stabil pada
anak. Anak akan bersifat mementingkan diri sendiri dan kurang menghargai orang lain Bernadib dalam Ancok dkk., 1988 dalam Mohammad Takdir Ilahi
2013:138.
48
Menurut M. Noor 2012:134, pola asuh otoriter mempunyai ciri orang tua membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh
bertanya. Pola asuh demokratis mempunyai ciri orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Sementara pola asuh permisif
mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Pola asuh permisif mempunyai ciri dominasi pada anak, sikap longgar
atau kebebasan dari orang tua, tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang.
5. Tinjauan Keluarga a.