terjemahan tersebut. yang terpenting ialah pembaca tidak kesulitan memahami makna dan pesan yang disampaikan oleh teks terjemahan tersebut. Nababan
menjelaskan bahwa tingkat keterbacaan teks terjemahan merujuk pada derajat kemudahan suatu teks terjemahan untuk dipahami oleh pembaca sasaran 2012.
Berikut ini ialah tabel instrumen pengukur tingkat keterbacaan
Readability Rating Instriment
:
Table 2.3
Readability Rating Instrument
Nababan dkk : 2012
Kategori terjemahan Skor
Parameter kualitatif Tingkat Keterbacaan
Tinggi 3
Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat
dipahami dengan
mudah oleh
pembaca. Tingkat Keterbacaan
Sedang 2
Pada umumnya tertejamahan dapat dipahami oleh pembaca; namun ada
bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali memahami
terjemahan.
Tingkat keterbacaan Rendah
1 Terjemahan sulit dipahami oleh
pembaca.
2. Pragmatik
2.1 Definisi Pragmaik
Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelari tentang makna ujaran. Cabang ilmu ini semakin lama semakin berkembang pesat dalam suatu
penelitian. Yule berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh mitra tutur Yule,2006. Pragmatik
berkaitan erat dengan bahasa yang digunakan untuk mengeksplorasi maksud yang dikatakan penutur melalui ujarannya. Penutur tidak hanya mengucapkan ujaran, tetapi
ada maksud dan tujuan dibalik ujaran yang diucapkan itu pada suatu konteks tertentu. Selain itu Leech mendefinisikan pragmatik sebagai studi mengenai makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujaran Leech,1983. Jadi ujaran-ujaran yang disampaikan oleh penutur tidak lepas dari konteks atau situasi dimana ujaran itu
disampaikan dan kepada siapa ujaran itu disampaikan.
Sedangkan menurut pakar pragmatik lainnya, Levinson mengungkapkan bahwa pragmatik mempelajari hubungan bahasa dan konteks yang digunakan untuk memahami
maksud dari suatu ujaran 1983. Dari pemaparan para ahli linguistik diatas dapat dia ambil kesimpulan bahwa pragmatik ialah ilmu yang mempelajari tentang makna ujaran
atau tuturan yang memiliki tujuan tertentu. Hal tersebut tidak lepas dari konteks ujaran yang dsampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Maka dari itu ilmu tersebut sering
dikenal sebagai tindak tutur atau
speech acts.
2.2 Teori Tindak Tutur
speech acts
Teori tindak tutur pertama kali ditemukan oleh Austin. Austin menjelaskan bahwa saat penutur menuturkan kata-kata, sebenarnya si penutur tidak hanya menyatakan
sesuatu, akan tetapi melakukan tindakan Austin,1955. Berikut adalah uraian tentang tindak tutur:
a Tindak Lokusi
locutionary act
Tidak tutur lokusi adalah proposisi atau isi dari tuturan yang diucapkan oleh si penutur. Dalam situasi tertentu kata atau kalimat yang kita dengar dari seorang
penutur itu adalah tindak lokusinya. Lokusi ini merupakan tuturan yang dsampaikan oleh penutur kepada mitra tutur.
b Tindak Ilokusi
illocutionary act
Tindak ilokusi adalah inti dari sebuah tuturan yang terkait dengan maknamaksud yang dikehendaki oleh si penutur terhadap mitra tutur. Sebagai
hasil dari tindak lokusi yang dihubungkan dengan konteks situasi. Hal ini menjelaskan bahwa setiap tuturan atau lokusi memilki maksud dan tujuan
tertentu. Hal itulah yang dinamakan
ilokusi
sebagai dampak dari lokusi yang dituturkan oleh si penutur kepada mitra tutur.
c Tindak Perlokusi
perlocutionary act
Perlokusi merupakan efek yang ditimbulkan dari ilokusi atau sesuatu yang diinginkan oleh lokusi yang disampaikan oleh penutur terhadap mitra tutur untuk
melakukan sesuatu. Si penutur mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan sesuatu sebagai dampak dari ilokusi yang disampaikan oleh si penutur. Seperti
contoh si penut ur mengatakan “aku ingin rokok” maka efek yang ditimbulkan
oleh ilkusi tersebut ialah penutur minta belikan rokok atau diambilkan rokok kepada mitra tutur. Hal tersebut dinamakan sebagai
perlocutionary act.
2.3 Klasifikasi tindak tutur berdasarkan ilokusinya.