Analisis teknik dan kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film sherlock holmes ika

(1)

commit to user

i

Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan

Kalimat Tanya pada

Subtitle

Film

Sherlock Holmes

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Linguistik Minat Utama Linguistik Terapan Bidang Penerjemahan

Oleh:

Ika Oktaria Cahyaningrum NIM.S130809008

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

MINAT UTAMA LINGUISTIK PENERJEMAHAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013


(2)

commit to user

ii

Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes

Disusun oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum

S130809008

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal: 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D Dr. Tri Wiratno, M.A NIP. 196303281992011001 NIP. 196109141987031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Linguistik

Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D NIP. 196303281992011001


(3)

commit to user

iii

Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes

Disusun oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum

S130809008

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: 2013

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua : Prof. Dr. Djatmika, M.A. .………. Sekretaris : Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. ……….. Anggota Penguji: 1. Prof. Dr. MR. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D ………..

2. Dr. Tri Wiratno, M.A ………..

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D NIP. 196107171986011001 NIP. 196303281992011001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Ika Oktaria Cahyaningrum NIM : S130809008

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 2013 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk:

 Suami dan Putri kecilku tercinta  Bapak dan Ibuku tersayang

 Keluarga Besarku yang kubanggakan  Sahabat-sahabatku teman seperjuangan


(6)

commit to user

vi MOTTO

Awali hidup dan semua usaha dengan doa kepada

ALLAH SWT


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas petunjuk, bimbingan, serta pertolonganNYA sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

Dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta,

2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah menyediakan waktu, kemudahan, serta bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini, 3. Dr. Tri Wiratno M.A., selaku pembimbing II yang telah memberikan

waktu, kemudahan dan bimbingan serta sarannya selama proses penulisan tesis ini.

4. Prof. Dr. Djatmika, M.A. dan Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. selaku ketua dan sekertaris tim penguji yang telah memberikan masukan yang berharga demi perbaikan tesis ini.

5. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., dan semua dosen Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program Studi S2 Linguistik minat utama Penerjemahan yang telah memberikan ilmu-ilmunya.


(8)

commit to user

viii

6. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini,

7. Suami tercinta, putri kecilku tersayang dan kedua orang tuaku yang tak pernah letih dan lupa dalam memberikan doa, semangat, nasihat, dan dukungan.

8. Sahabat-sahabat dan teman-teman LP 2009: Mita, Agustin, Prima, Mbak Beta, Bu Titik, Bu Dewi, Reni, Mbak Fella, Pak Yahya, Mas Bayu, dan Mas Rahmat yang telah memberikan saran, semangat, inspirasi dan juga bantuan selama masa kuliah dan proses penulisan tesis, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah dan selalu memberikan bantuan, inspirasi, semangat, dan doa kepada penulis.

Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain ucapan terima kasih yang tulus. Teriring doa semoga rahmat dan hidayah Allah SWT senantiasa tercurah kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam studi penerjemahan.

Surakarta, 2013


(9)

commit to user

ix ABSTRAK

Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas

Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis.

Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A

Seiring dengan perkembangan perfilman yang semakin pesat maka tuntutan akan adanya terjemahan filmpun semakin tinggi. Penerjemahan subtitle pada film lebih banyak dinikmati karena tidak mengurangi kualitas dari keaslian film itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya yang terdapat dalam teks bahasa sumber, mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dan mengungkapkan dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap kualitas subtitle dari segi aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), serta keterbacaan (readabilty).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang untuk kasus tunggal. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen yang berupa transkrip film Sherlock Holmes beserta teks terjemahanya (subtitle) dalam Bahasa Indonesia dan berupa informasi yang didapat dari responden atau rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik dan kualitas dari pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley.

Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga jenis kalimat tanya yaitu WH question (51,23%), yes-no question (46,28%), dan alternative question (2,47%). Sebagian besar fungsi pragmatis kalimat tanya pada subtitle tersebut adalah sebagai rhetoric question dengan prosentase sebesar 56,19% karena tidak saja untuk menanyakan sebuah informasi semata akan tetapi juga memiliki fungsi untuk mengungkapkan rasa emosional yang lain. Terdapat 11 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes dengan urutan panggunaan teknik sebagai berikut: teknik literal (29,75%), transposisi (16,52%), linguistik kompresi (9,09%), linguistik amplifikasi (8,26%), modulasi dan amplifikasi (7,43%), reduksi (6,61%), partikulasi (4,95%), peminjaman (4,13%), padanan lazim (3,30%), dan kreasi diskursif (2,47%). Dampak dari penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan dari nilai overall quality 2, 82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2, 88 dan keterbacaan 2, 98. Hal ini mengidentifikasi bahwa subtitle film ini memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi positif terhadap kualitas terjemahan untuk kalimat tanya jenis WH question adalah teknik linguistik amplifikasi, modulasi, partikulasi, peminjaman dan kreasi diskursif. Jenis kalimat tanya Yes-no


(10)

commit to user

x

question terdapat dua teknik yaitu teknik partikulasi dan peminjaman. Sedangkan untuk jenis kalimat tanya alternative question , keseluruhan teknik memberikan dampak positif pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.

Terdapat ketentuan-ketentuan dalam penerjemahan subtitling yakni berupa pembatasan waktu dan tempat. Adanya ketentuan tersebut, seringkali teknik penghilangan dan teknik penambahan menjadi solusi dalam menghasilkan subtitle yang singkat, padat atau bahkan bisa ditambahkan informasi-informasi agar lebih jelas dalam penyampaian pesannya. Di lain pihak, dampak penggunaan teknik ini juga dapat memberikan dampak negatif pada kualitas terjemahan. Dengan kata lain penerjemah dituntut agar lebih cermat lagi dalam menerapkan teknik-teknik tersebut, sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah difahami

Kata Kunci: subtitle, kalimat tanya, teknik penerjemahan, kualitas terjemahan, keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.


(11)

commit to user

xi ABSTRACT

Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas

Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis.

Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A

The impact of progressing movie‟s development makes increasing movie translation. Subtitling becomes main option because itsn‟t reduce the quality of the movie it self. The aims of the research are to describing the types and fuctions of questions in source text, identifying the translation tecniques applied, and discovering subtitle‟s quality as the impact of techniques in terms of accuracy, acceptability, and readability.

This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single case. The source of data is the film transcript of Sherlock Holmes and its subtitle in Indonesian, and the information collected from respondents/rater. Techniques of collecting data are document analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview. During the data collection process, the analysis was also conducted. The model of the analysis was conducted at the same time during the data collection. The model of analysis was ethnographic analysis as proposed by Spradley.

The result of the analysis shows that there are three kinds of questions namely Wh question, Yes-no question and Alternative question. The pragmatics uctions of questions are mostly as rhetorical question with 56,19 %, hence not only use for asking informations but also to show others emotionals. There are 11 kinds of translation tecnique in translating Sherlock Holmes‟s movie. Based on the frequencies, the techniques are literal translation (29,75%), transposition (16,52%), linguistic compression (9,09%), linguistic amplification (8,26%), modulation and amplification (7,43%), reduction (6,61%), particularization (4,95%), borrowing (4,13%), established equivalent (3,30%), and discursive creation (2,47%). The impact of the application of those translation techniques, toward the translation quality is the overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2, 74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate that the subtitle has a good quality. The translation techniques which give the most positive contribution for the WH question‟s types are linguistic amplification, amplification, particularization, borrowing, and discursive creation. For Yes-no question types are particularization and borrowing. Alternative question as the last kinds of question types are the types which is all the translation tecniques give positive contributions.

Space factor and time factor are ones of the subtitle‟s rules. In relation with the rules, deletion and addition are required in order to produce an efficient subtitle or to add any other informations. In the other hand, the impact of this tecniques is giving bad impact for translation quality. For that reason, translator is


(12)

commit to user

xii

suggested to be more carefully on using the tecniques, so that the translator can produce efficient subtitle in terms accurancy, acceptability, and readability translation.

Keywords: subtitle, questions, translation technique, translation quality, accuracy, acceptability and readability.


(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tesis ... iii

Pernyataan ... iv

Persembahan ... v

Motto ... vi

Kata Pengantar ... vii

Abstrak ... ix

Abstrack ... xi

Daftar Isi ... xiii

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Penerjemahan ... 12

1.1. Definisi Penerjemahan ... 12

1.2. Proses Penerjemahan ... 14

1.3. Teknik Penerjemahan ... 16

1.4. Kualitas Terjemahan ... 21

2. Kalimat Tanya... ... 23

2.1. Definisi Kalimat Tanya ... 23

2.2. Jenis Kalimat Tanya ... 24

2.3. Fungsi Kalimat Tanya ... 31

2.4. Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesia ... 35

2.5. Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik ... 37

3. Penerjemahan Subtitle ... 39

3.1. Definisi Subtitle ... 39


(14)

commit to user

xiv

3.3 Sekilas Film Sherlock Holmes ... 44

4. Penelitian yang Relevan ... 45

B. Kerangka Pikir ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Data dan Sumber Data ... 50

C. Teknik Pengumpulan Data ... 52

D. Teknik Cuplikan ... 55

E. Validitas Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 58

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 59

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1. Penggunaan jenis-jenis Kalimat Tanya dan fungsi pragmatis Kalimat Tanya ... 61

1.1. WH question beserta fungsi pragmatis ... 63

1.2. Yes-no question beserta fungsi pragmatis... 66

1.3. Alternative question beserta fungsi pragmatis ... 68

2. Teknik Penerjemahan ... 70

2.1. Teknik Literal ... 71

2.2. Teknik Transposisi ... 72

2.3. Teknik Kompresi Linguistik ... 74

2.4. Teknik Amplifikasi Linguistik ... 75

2.5. Teknik Modulasi ... 76

2.6. Teknik Amplifikasi ... 78

2.7. Teknik Reduksi ... 79

2.8. Teknik Partikulasi ... 80

2.9. Teknik Peminjaman ... 81

2.10. Teknik Padanan Lazim ... 83

2.11. Teknik Kreasi Diskursif ... 84

3. Kualitas Terjemahan ... 85

1. Keakuratan ... 86

1.1. Terjemahan Akurat ... 87

1.2. Terjemahan Kurang Akurat ... 89

2. Keberterimaan ... 92


(15)

commit to user

xv

2.2. Terjemahan Kurang Berterima ... 95

3. Keterbacaan ... 97

3.1. Tingkat Keterbacaan Tinggi ... 99

3.2. Tingkat Keterbacaan Sedang ... 100

B. Pembahasan ... 102

1. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no question ... 103

2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH question ... 114

3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Alternative question... 123

4. Dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan Kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 129

B.Saran ... 131


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber ... 14

Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto ... 15

Gambar 2.3. Kerangka Pikir... 48

Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Data ... 57

Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Metode... 57

Gambar 4.1. Diagram Tingkat Keakuratan ... 92

Gambar 4.2. Diagram Tingkat Keberterimaan ... 97

Gambar 4.3. Diagram Tingkat Keterbacaan ... 102

Gambar 4.4. Diagram Hasil Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle film SH 109 ... 128


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Contoh kalimat tanya Yes-no question beserta fungsi dan teknik ... 4

Tabel 1.2. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ... 5

Tabel 1.3. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ... 6

Tabel 3.1. Skala penilaian keakuratan ... 53

Tabel 3.2. Skala penilaian keberterimaan ... 54

Tabel 3.3. Skala penilaian keterbacaan ... 54

Tabel 3.4. Kalimat yang termasuk ke dalam data penelitian ... 58

Tabel 3.5. Kalimat yang tidak termasuk ke dalam data penelitian ... 58

Tabel 3.6. Klasifikasi jenis, fungsi, dan teknik kalimat tanya ... 58

Tabel 3.7. Analisis penilaian kualitas terjemahan ... 59

Tabel 4.1. Jenis dan fungsi kalimat tanya pada subtitle film SH ... 62

Tabel 4.2. Kalimat tanya WH question ... 63

Tabel 4.3. Kalimat tanya Yes-no question ... 66

Tabel 4.4. Kalimat tanya Alternative question ... 69

Tabel 4.5. Penggunaan teknik dan frekuensi pemakaiannya ... 71

Tabel 4.6. Contoh penggunaan teknik literal ... 72

Tabel 4.7. Contoh penggunaan teknik transposisi ... 73

Tabel 4.8. Contoh penggunaan teknik kompresi linguistik ... 74

Tabel 4.9. Contoh penggunaan teknik amplifikasi linguistik ... 75

Tabel 4.10. Contoh penggunaan teknik modulasi ... 77

Tabel 4.11. Contoh penggunaan teknik amplifikasi ... 78

Tabel 4.12. Contoh penggunaan teknik reduksi ... 79

Tabel 4.13. Contoh penggunaan teknik partikulasi ... 80

Tabel 4.14. Contoh penggunaan teknik peminjaman ... 82

Tabel 4.15. Contoh penggunaan teknik padanan lazim ... 83

Tabel 4.16. Contoh penggunaan teknik kreasi diskursif ... 84

Tabel 4.17. Contoh terjemahan akurat ... 87

Tabel 4.18. Contoh terjemahan kurang akurat ... 89

Tabel 4.19. Contoh terjemahan berterima ... 93

Tabel 4.20. Contoh terjemahan kurang berterima ... 95

Tabel 4.21. Contoh keterbacaan tinggi ... 99


(18)

commit to user

xviii

Tabel 4.23. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya

yes-no question ... 104 Tabel 4.24. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya

WH question ... 115 Tabel 4.25. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya

Alternative question ... 124 Tabel 4.26. Dampak pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya


(19)

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle


(20)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu media massa dalam bentuk audio visual yang digunakan untuk merefleksikan realitas sekaligus menyampaikan suatu informasi yang dapat dikomsumsi secara mendalam. Allen dan Gomery dalam bukunya Film History Theory and Practice, film merupakan sebuah penggambaran dari kondisi sosial sebuah masyarakat, film tersebut diwujudkan dalam bentuk gambar dan suara sedangkan tema dan cerita berasal dari sebuah penggambaran kondisi masyarakat itu sendiri (1985:158). Pengertian film kini juga diartikan sebagai sebuah genre dalam kesenian karena film atau rekaman gambar bergerak dapat pula ditemukan berbagai jenis seni yang direkam.

Perkembangan film yang semakin pesat mengakibatkan timbul tuntutan akan adanya terjemahan film yang berkualitas. Terdapat dua jenis terjemahan film yakni subtitling dan dubbing, keduanya merupakan hasil terjemahan dari suatu produk film atau proses pengalihan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang berbentuk audio visual. Boordwell & Thompson (1990:409) mengatakan “The most two common form of screen translation are dubbing and subtitling”. Lebih lanjut Thomson mengatakan “Dubbing as the process of replacing part or all of the voices on the sountrack in order to correct mistakes or rerecord dialog”. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dubbing atau sulih suara adalah suatu


(21)

commit to user

proses menggantikan suara untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang ada dan merekam kembali dialog tersebut. Subtitling sedikit berbeda dengan dubbing. Lebih lanjut Gambier (1993:276) mengatakan “Subtitling is one of two possible methods for providing the translation of a movie dilaogue, where the original dialogue soundtrack is left in place and the translation is printed along the bottom of the film. Dengan kata lain subtitling adalah terjemahan dialog film yang di tuliskan di bagian bawah pada film tersebut. Dari kedua istilah, dapat disimpulkan bahwa subtitling dan dubbing sama-sama merupakan suatu proses penerjemahan dengan mengalihkan pesan dengan cara yang berbeda yaitu dengan sebuah teks terjemahan tulis yang dimunculkan di bagian bawah layar dan penggantian audio bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui sulih suara dengan baik dan benar.

Pembuatan subtitle sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah karena dibatasi ruang dan waktu. Profesi penerjemah merupakan profesi yang menuntut rasa tanggung jawab yang tinggi karena penerjemah adalah pihak yang menjembatani antara dua budaya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkan. Penerjemahan subtitle lebih banyak diminati karena proses pengalihan pesannya lebih terasa alami tanpa mengantinya dengan proses sulih suara, sehingga film yang diminati tidak berkurang kualitasnya, dari segi kealamian suara pada film tersebut. Dalam menerjemahkan film, kontek situasi dan pemahaman lintas budaya merupakan bekal utama yang harus dimiliki oleh penerjemah dalam melakukan pekerjaanya. Film terdapat banyak percakapan yang dimainkan oleh para pelaku film yang tentunya dalam percakapan itu sendiri terdapat kalimat


(22)

commit to user

perintah, kalimat tanya dan lain-lain. Sebuah percakapan tidak lepas dari unsur bertanya dan menjawab, oleh karena itu penulis akan menfokuskan penelitian pada penerjemahan kalimat tanya dari subtitle film berjudul Sherlock Holmes.

Sherlock Holmes adalah sebuah karya film hasil produksi Wanner Bros salah satu production house terkemuka di Amerika Serikat, yang menceritakan sebuah petualangan detektif terkenal Sherlock Holmes yang berasal dari cerita abad pertengahan di negara Inggris dengan kemampuannya dalam memecahkan berbagai macam kasus. Setelah dikaji subtitle tersebut, banyak terdapat kalimat tanya karena latar belakang film tersebut adalah seorang detektif yang lebih banyak melakukan investigasi, sehingga terdapat banyak percakapan dalam bentuk tanya jawab dalam dialog. Kalimat tanya merupakan kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal, jawaban itu dapat berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189). Setelah dikaji lebih lanjut, kalimat tanya dalam bahasa Inggris terdapat berberapa jenis, tidak hanya berupa yes-no question atau wh question saja, untuk jenis yes-no question masih terbagi menjadi beberapa macam. Selain jenisnya juga terdapat fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya dan diterjemahkan menjadi bentuk yang lain dalam bahasa Indonesianya. Fokus permasalahan disini adalah terdapat beberapa kalimat tanya dalam bahasa Inggris yang berbeda penggunaanya dengan bahasa Indonesia. Pada penerjemahannya dalam bahasa Indonesia tidak jarang terdapat perubahan struktur ataupun perubahan makna kalimat. Pemilahan data berupa jenis dan fungsi kalimat tanya kemudian dianalisa mengenai teknik yang digunakan dalam kalimat tanya.


(23)

commit to user

Pengunaaan teknik penerjemahan sangatlah mempengaruhi terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan. Adanya pemakaian teknik seperti teknik reduksi ataupun penambahan informasi seperti penggunaan teknik amplifikasi menjadikan ketidaksepadanan makna karena tidak sesuai dengan konteks dari percakapan itu sendiri. Faktanya aturan baku dalam kebahasaan tidak selamanya diterapkan dalam bahasa percakapan langsung atau percakapan bahasa sehari-hari. Film ini merupakan penggambaran ragam budaya termasuk penggunaan bahasa dari para pelakunya, yang biasanya di setting berdasarkan daerah dan karakter yang digambarkan dalam film tersebut merupakan refleksi kebiasaan sehari-hari dalam kehidupan nyata. Untuk memperjelas uraian diatas, berikut ini beberapa contoh kalimat yang diambil dari film Sherlock Holmes yang selanjutnya akan disingkat menjadi SH.

Tabel 1.1 : Contoh Kalimat Tanya Yes-no question

No data Bsu Bsa

036 Shall we? Kita minum sekarang?

Contoh kalimat tanya diatas adalah jenis kalimat tanya yes-no question, yang kemudian diterjemahkan dalam Bsu menjadi “Kita minum sekarang?”. Terdapat perubahan makna kata dari kata “shall yang tidak diartikan menjadi akan atau mau. Bentuk kalimat tanya diatas diterjemahkan ke dalam bentuk deklaratif yang berfungsi sebagai kalimat tanya. Terdapat perubahan makna secara linguistik yang kemudian penyampaian ke dalam Bsanya menjadi lebih rinci dan jelas. Kalimat ini berbentuk kalimat tanya tetapi pada dasarnya bukanlah suatu pertanyaan. Disini pembicara mempunyai tujuan lain yaitu untuk mengajak


(24)

commit to user

sebagai upaya untuk mengalihkan pokok pembicaraan mengulas masa lalu Irene yang kelam. Konteks situasi pada waktu itu adalah Irene yang merupakan mantan kekasih dari Holmes datang ke apartemenya dengan tujuan untuk membujuk atau merayu Holmes agar dapat membantunya memecahkan kasus yang ia tangani. Holmes masih merasa sakit hati terhadap kelakuanya di masa lampau sehingga ia menyindir dengan mengulas masa lalunya yang telah Irene perbuat terhadapnya. Irene mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menawarinya minum bersama.

Teknik yang digunakan dalam kalimat tanya diatas adalah linguistik amplifikasi, dengan adanya penambahan unsur-unsur linguistik dalam Bsanya menjadikan terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dan para pembaca dapat menangkap pesan dengan mudah. Penerapan teknik ini ditujukan agar pesan yang disampaikan tidak rancu dan membingungkan, hasilnya tentu akan lain apabila hanya diartikan sesuai dengan kaidah aturan kebahasaan menjadi “Akankah kita?”, maka akan menghasilkan terjemahan yang terasa kaku dan kurang alami dikarenakan penyampaian pesan yang kurang terperinci sehingga menghasilkan terjemahan yang kurang terbaca.

Tabel 1.2 : Contoh Kalimat Tanya Wh question

No data Bsu Bsa

033 How can I help? apa aku bisa membantumu?

Beda halnya dengan contoh (2), yang tergolong dalam bentuk Wh question, penerjemahan pada kata tanya how tidak selalu dimaknai dengan bagaimana. Kata tanya how dalam bahasa Indonesia tidak memiliki multi fungsi seperti kata tanya dalam bahasa Inggris yang bisa digunakan untuk menanyakan


(25)

commit to user

jarak, lama waktu, usia dan lain sebagainya. Kalimat tanya diatas pada dasarnya bukanlah suatu pertanyaan, disini pelaku mempunyai tujuan lain yaitu menyindir. Konteks situasi pada saat itu, Holmes sedang berkunjung ke penjara dimana Lord Blackwood ada dalam tahanan, dengan adanya peristiwa yang aneh yang terjadi selama Blackwood dipenjara menjadikan Holmes merasa terganggu dan terusik kenyamananya. Penekanan pada kalimat diatas adalah bagaimana sindiran tersebut dapat diungkapkan secara tegas. Kedatangan Holmes menjadikan Blackwood percaya diri, dia mengutarakan rasa marahnya dengan melontarkan sebuah sindiran pada Holmes.

Teknik penerjemahan diatas menggunakan teknik transposisi, terdapat perubahan secara gramatikal, kata tanya how diartikan menjadi apa. Penerapan teknik transposisi untuk terjemahan kalimat tanya diatas menjadikan terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah. Meskipun pemadanan makna dalam Bsa yang berbeda akan tetapi tidak begitu mempengaruhi pembaca dalam menangkap pesan yang disampaikan. Akan lebih akurat lagi apabila penerjemah menerjemahkan dengan menggunakan teknik literal, tanpa menggeser atau merubah susunan gramatikalnya menjadi “Bagaiman aku bisa membantumu?”, sehingga pesan yang disampaikan lebih akurat dengan mengunakan padanan kata yang sesuai.

Tabel 1.3 : Contoh Kalimat Tanya WH question

No data Bsu Bsa

050 What have we got here? Apa ini?

Pada contoh diatas memiliki kesamaan jenis dengan contoh kalimat tanya pada tabel 1.2 yaitu termasuk kedalam jenis Wh questions akan tetapi terdapat


(26)

commit to user

pergeseran struktur dan susunan kata pada kalimat tanya diatas yang diartikan kedalam Bsa menjadi “Apa ini?”. Fungsi pragmatis kalimat tersebut termasuk kedalam Real Question, kalimat tanya yang berfungsi untuk menanyakan informasi atau mendapatkan keterangan secara langsung, konteks situasi pada saat itu, dimana Irene yang waktu itu akan dirampok oleh dua orang laki- laki tetapi ia bisa membela dirinya sendiri dan mengalahkan perampok tersebut. Disertai dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia berganti membalas perampok tersebut dengan melecehkan sambil mencari-cari barang hasil rampokan yang lain, yang kemudian ia dapatkan sebuah dompet dari jaket pencuri tersebut dan mengambilnya.

Teknik yang digunakan pada contoh ini menggunakan teknik linguistik kompresi, dimana dengan cara mensitesa elemen-elemen linguistiknya menjadi lebih sederhana lagi pada Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang alami dan berterima. Teknik ini diterapkan agar pembaca mampu menangkap pesan lebih mudah dan lebih ringkas lagi, tanpa mengurangi pesan ataupun makna yang disampaikan. Selain itu manfaat dari penggunaan teknik ini menghasilkan terjemahan dalam Bsa terasa lebih sesuai dan juga tidak melanggar kaidah penulisan subtitle dimana penulisan subtitle tidak boleh lebih dari 40 karakter.

Ketiga contoh diatas dapat diamati bahwa untuk menganalisa kalimat-kalimat tanya akan lebih mudah bagi seorang penerjemah untuk mengetahui konteksnya terlebih dahulu. Perlu diperhatikan apabila dalam kalimat tanya tersebut kehilangan makna atau terdapat ketidaksesuaian antara Bsu dan Bsa maka akan fatal akibatnya sehingga pesan dalam konteks tidak tersampaikan dan


(27)

commit to user

menjadikan isi juga kualitas dari film tersebut menjadi tidak baik. Penerjemahan kalimat tanya sebaiknya seorang penerjemah lebih memperhatikan fungsi dari

rhetorical questions untuk memudahkan dalam menerjemahkan

(Larson,1984:236). Seorang penerjemah dianjurkan untuk menentukan terlebih fungsi dari kalimat tanya itu sendiri, kemudian baru menentukan bentuk terjemahanya sehingga maknanya akan didapat.

Berdasarkan temuan- temuan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut lagi mengenai penerjemahan kalimat tanya khususnya pada subtitle film berjudul Sherlock Holmes, yang akan membahas mengenai jenis sakaligus fungsi kalimat tanya, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya serta dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anik Nurhaniah (2008) dengan judul “ Terjemahan Kalimat Tanya pada Percakapan di dalam Novel Remaja Dear No Body ke dalam Bahasa Indonesia”. Peneliti hanya memfokuskan pada jenis dan fungsi kalimat tanya saja, selain itu peneliti hanya melihat tingkat kesepadanan makna saja dari kalimat tanya, dengan demikian peneliti kurang menyentuh aspek yang lain seperti teknik penerjemahannya dan kualitas terjemahan yang dihasilkan. Peneliti juga mengambil objek penelitian pada sebuah novel berjudul Dear No Body, di lain pihak, penulis akan meneliti tidak saja jenis-jenis kalimat tanya juga termasuk fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya tersebut. Di samping itu, penulis juga meneliti teknik penerjemahan yang digunakan beserta dampaknya terhadap aspek


(28)

commit to user

keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan pada sebuah teks subtitle film berjudul Sherlock Holmes.

B. Batasan Masalah

Agar tujuan dalam pembuatan tesis ini lebih terarah dan terfokus, perlu diketahui bahwa penulis hanya membatasi mengkaji subtitle yang terdapat dalam film Sherlock Holmes yang diproduksi oleh Wanner Bross Picture dalam bentuk film bioskop maupun DVD dengan durasi waktu penayangan rata-rata sekitar 128 menit. Data yang dianalisis berupa dialog; satuan lingual yang terdiri atas kata, frasa, klausa, dan kalimat tanya yang mengandung teknik penerjemahan, maupun unsur lain dalam bentuk tertulis yang merupakan bagian dari film tersebut. Penelitian ini berfokus pada subtitling atau penerjemahan film yang mengandung kalimat tanya saja dari Bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke dalam Bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran maka dialog yang tidak mengandung unsur kalimat tanya tidak diikutsertakan dalam proses analisis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa sajakah jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH?


(29)

commit to user

2. Teknik-teknik penerjemahan apa yang digunakan dan alasan yang mendasari penggunaan teknik tersebut dalam menerjemahkan kalimat tanya dalam teks subtitle film SH?

3. Bagaimana dampak dari penggunaan teknik-teknik dalam teks subtitle film SH terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi jenis dan fungsi kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH.

2. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah beserta alasan yang mendasari dalam penggunaan teknik tersebut untuk menerjemahkan kalimat tanya dalam teks subtitle film SH.

3. Mendeskripsikan dampak dari penggunaan teknik terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan dalam teks subtitle film SH.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang mendalam mengenai

gambaran penggunaan jenis dan fungsi kalimat tanya yang terdapat dalam subtitle film.

2. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih detail mengenai teknik disertai alasan yang mendasari penggunaan teknik tersebut terhadap


(30)

commit to user

penerjemahan kalimat tanya serta dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas terjemahan khususnya kalimat tanya dalam subtitle film.

3. Dapat memberikan pedoman bagi para peneliti lain di bidang penerjemahan khususnya yang ingin mengadakan penelitian tentang kalimat tanya dan terjemahanya lebih mendalam lagi mengenai jenis, fungsi dan teknik serta dampaknya terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film.


(31)

commit to user

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Penerjemahan

1.1.Definisi Penerjemahan

Menurut Nida dan Taber (1969:12) dalam mendefinisikan penerjemahan sebagai “reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language massage, fisrt in terms of meaning and secondly in terms of

style”. Mengartikan penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber ke dalam bentuk yang paling sepadan dalam bahasa sasaran. Menurut definisi ini, masalah pilihan kata yang tepat dan sepadan menjadi hal pertama yang harus dihadapi seorang penerjemah sebelum mempermasalahkan mengenai bentuknya.

Catford (1965:20) menambahkan translation may be defined as follows:

the replacement of textual material in one language (Source Language) by equivalent textual material in another language (Target Language). Di sini Catford menyatakan bahwa penerjemahan dapat didefinisikan sebagai penggantian bahan tekstual dalam satu bahasa (bahasa sumber/BSu) dengan bahan tekstual bahasa lain (bahasa sasaran/BSa) yang sepadan.

Selanjutnya Larson (1984:3) dalam hal ini menyatakan bahwa penerjemahan meliputi kegiatan menerjemahkan BSu ke dalam BSa, yaitu dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua dengan menggunakan


(32)

commit to user

struktur semantik. Dalam hal ini, maknalah yang dialihkan dan harus dipegang teguh.

Translation consists of translating the meaning of the source language into the receptor language. This is done by going from the form of the first language to the form of a second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Only the form changes.

Lebih lanjut Bell menegaskan pengertian penerjemahan yang hampir sama dengan Catford, yakni penerjemahan sebagai suatu bentuk pengungkapan suatu bahasa dalam bahasa lainnya sebagai bahasa sasaran, dengan mengedepankan semantik dan ekivalensi. “Translation is the expression in another language (or sasaran language) of what has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic equivalences.”(Bell,1991:4-5).

Pengertian penerjemahan menurut Newmark (1981) bahwa penerjemahan adalah mengkomunikasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa yang berbeda. Hampir sama dengan pengertian penerjemahan menurut Nababan (2003:19-20) bahwa penerjemahan tidak hanya mengalihkan pesan saja tetapi juga bentuk bahasanya, baik penerjemah karya sastra atau penerjemah karya ilmiah perlu mempertimbangkan tidak hanya isi berita tetapi juga bentuk bahasa dalam terjemahan karena pada hakekatnya setiap bidang ilmu mempunyai gaya bahasa dalam mengungkapnya.

Dari berbagai macam definisi penerjemahan diatas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan gaya bahasanya.


(33)

commit to user

1.2.Proses Penerjemahan

Menurut Nida dan Taber, 1969:33 mengatakan bahwa proses penerjemahan mempunyai 3 tahap. Tahap yang pertama adalah analisis, kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu pengalihan dan tahap terakhir adalah penyusunan kembali atau restructuring. Lebih jelasnya, Nida dan Taber (1969) menggambarkan diagram proses penerjemahan tersebut sebagai berikut:

Source Language Receptor Language

Text Text

Analysis Restructuring

Transfer

Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber (1969:33)

Seorang penrjemah harus dapat menganalisis isi teks yang akan diterjemahkan dengan hati-hati sekali. Hal ini dikarenakan pada tahap analisis, seorang penerjemah akan menghadapi beberapa kesulitan. Agar dapat menangakap isi teks dengan benar, maka seorang penerjemah harus mampu mengatasi kesuitan-kesulitan yang dihadapinya. Oleh karena itu, dirinya harus berhati-hati dalam melakukan proses analisis ini.

Dalam melakukan penerjemahan, seorang penerjemah akan menghadapi beberapa masalah yang timbul akibat perbedaan budaya, antara lainbenturan budaya, dan ketiadaan padanan leksikal. Benturan budaya terjadi bila suatu istilah dalam bahasa sumber memiliki nilai yang berbeda dengan istilah yang ada dalam bahasa sasaran. Bila itu terjadi penerjemah harus menjaga makna asli istilah


(34)

commit to user

dalam bahasa sumber dengan menyesuaikan bentuk symbol cultural, atau dengan memberikan tambahan informasi untuk menunjukkan kepada teks bahasa sasaran bagaimana nilai-nilai cultural yang asli dari istilah tersebut. Jika hal itu tidak dilakukan, pembaca teks bahasa sasaran akan mendapatkan makna yang salah, sementara penyampaian makna yang asli menjadi tugas utama seorang penerjemah.

Lebih lanjut Suryawinata dan Hariyanto (2003:19) menperinci tentang proses penerjemahan menjadi empat tahap seperti pada bagan proses penerjemahan di bawah ini:

Evaluasi dan revisi

Proses eksternal

Analisis/ Penulisan restrukturisi/ Proses internal kembali

Pemahaman

Tranfer Padanan

Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata & Haryanto(2003:19) Pada bagan diatas, dapat dijelaskan bahwa proses penerjemahan dibedakan menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap analisis atau pemahaman, dimana pada tahap ini dilakukan suatu analisa dari Bsu baik itu pada tataran frasa, kata maupun kalimat, selain itu penerjemah juga harus memahami faktor extralinguistik yang terkait dengan sosio budaya teks Bsu.

Teks asli dalam Bsu Teks asli

dalam Bsu

Konsep,makna ,pesan dari

Bsa Konsep,makna

,pesan dari teks Bsu


(35)

commit to user

2. Tahap transfer, pada tahap ini penerjemah melakukan pengalihan pesan, makna maupun isi yang terkandung dalam Bsu ke dalam Bsa. Penerjemah juga dituntut untuk menemukan padanan kata Bsu dalam Bsa secara lisan maupun tulis untuk memperoleh terjemahan yang terbaik.

3. Restrukturisasi ialah pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk stalistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca atau pendengar (Kridalaksana dalam Nababan, 2003:28). Pada tahap ini seorang penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan.

4. Tahap evaluasi dan revisi merupakan tahap akhir pada proses penerjemahan. Setelah menganalisa data yang dilanjutkan pada tahap transfer dan tahap restrukturisasi maka untuk memperoleh hasil terjemahan yang baik dilakukan kembali evaluasi. Apabila nantinya terdapat kekurangan dalam padanan ataupun keselarasan maka dilakukanlah revisi terjemahan.

1.3.Teknik Penerjemahan

Molina dan Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina dan Albir (2002: 509-511)

1. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah menggantikan unsur budaya Bsu dengan unsur budaya yang


(36)

commit to user

mempunyai sifat yang sama dalam Bsa dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembaca sasaran.

Misalkan: kata baseball (inggris) diterjemahkan menjadi futbol (spanyol) 2. Amplifikasi (amplification). Amplifikasi adalah teknik penerjemahan yang

mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber.

Bsu: What's the major concern? Bsa : Apa kekhawatiran utama kalian?

3. Peminjaman (borrowing). Peminjaman adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari Bsu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing)

Pure Borrowing BSu : hotel BSa : hotel

Naturalized Borrowing BSu : calculator BSa : kalkulator.

4. Kalke (Calcue). Kalke adalah teknik penerjemahan ,dimana penerjemah menerjemahkan rasa Bsu secar literal.

Contoh: secretariat general diterjemahkan menjadi sekertaris jendral.

5. Kompensasi (compensation). Konpensasi adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stalistik teks Bsu ditempat lain dalam teks Bsa.


(37)

commit to user

BSa : masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah.

6. Diskripsi (description). Diskripsi merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan istilah atau ungkapan dengan diskripsi bentuk dan fungsinya.

Bsu : Panettone (I)

Bsa : The traditional Italian cake eaten on New Year‟s eve (E)

7. Kreasi diskursif (discursive creation). Teknik ini diperkenalkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film.

BSu : Shopaholic and Sister

BSa : Si Gila Belanja Punya Kakak.

8. Kesepadanan lazim (established equivalent). Kesepadanan lazim adalah teknik utu menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim( berdasarkan kamus atau peggunaan sehari- hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah.

BSu : afternoon, miss BSa : selamat siang, Nona.

9. Generalisasi (generalisation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral.

Misalnya kata penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal, becak diterjemahkan menjadi vehicles (subordinat menjadi superordinat)


(38)

commit to user

10.Amplifikasi Linguistik (linguistic amplification). Perwujudan dari teknik ini adalah dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih suara (dubbing)

Bsu : Shall we?

Bsa : kita minum sekarang?

11.Kompresi linguistik (linguistics compression). Teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa.

Bsu : what have we got here? Bsa : Apa ini?

12.Penerjemahan Harfiah (literal translation). Penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan ungkapan kata demi kata.

Bsu : Tea, Mr. Holmes? Bsa : Teh, tuan Holmes?

13.Modulasi (modulation). Modulasi merupakan teknik penerjemahan diman penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitanya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.

Bsu : So that's, no to the opera then? Bsa : Jadi kau tidak mau pergi ke opera?


(39)

commit to user

14. Partikulasi (particulation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan menggunakan istilah yang lebih konkrit atau presisi.

Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat menjadi subordinat)

15.Reduksi (reduction). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi. Informasi teks Bsu dipadatkan dalam Bsa.

Bsu : Can you taste the comet? Bsa : Kau bisa merasakan kometnya ?

16.Subtitusi (subtitution). Subtitusi merujuk pada pengubahan unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam bahasa Arab yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi terimakasih.

17.Variasi (variation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim digunakan dalam menerjemahkan teks drama.

Bsu : Hi girl! Bsa : Hai Cewek!

18.Transposisi (transposition). Transposisi merupakan teknik penerjemahan dengan mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, stuktur dan unit. Kata kerja dalam Bsu diubah menjadi kata benda dalam Bsa.


(40)

commit to user

Bsu : Couldn't you have a longer engagement?

Bsa: Apa kau tidak bisa memperpanjang pertunanganmu?

1.4.Kualitas Penerjemahan

Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan.

a. Keakuratan atau ketepatan (accuracy)

Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya (Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Akurasi berhubungan erat dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence) antara teks BSu dan BSa. Machali (2000:110) menyatakan bahwa ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan pragmatik. Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik.

b. Keberterimaan (acceptability)

Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca BSa. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca sasaran. Pembaca akan memahami makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat


(41)

commit to user

yang membentuk suatu teks terjemahan dan kemudian mengaitkannya dengan konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual bahasa sasaran (Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan gagasan bahwa suatu terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut berterima (acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sasaran (dalam Munday, 2001).

c. Keterbacaan (readibility)

Keterbacaan (readibility), merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62), merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan yang disampaikan, terlepas dari masalah kesesuaian pesan tersebut dengan pesan yang terdapat dalam teks BSu. Dengan kata lain, pembaca berperan sebagai subjek yang menentukan tingkat keterbacaan sebuah teks.

Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003). Selain faktor kebahasaan, tingkat keterbacaan juga dipengaruhi oleh latar pendidikan dan budaya pembaca sasaran. Terkait dengan subtitle, sebagai sumber data penelitian, keterbacaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu legibility dan readability.


(42)

commit to user

Seperti yang diungkapkan oleh Gottlieb dalam Spanakaki (2007) bahwa subtitle dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tingkat keterbacaan yang tinggi merupakan subtitle yang baik. Legibility mencakup hal-hal seputar posisi pemenggalan kata dalam satu baris, jumlah panjang baris, ukuran dan warna huruf, penggunaan tanda baca, typeface serta waktu kemunculan teks. Readibility terkait dengan penyederhanaan kosakata dan struktur kalimat, penggabungan dialog-dialog pendek dan penghilangan, serta kecenderungan untuk menetralkan dialog atau ujaran yang tidak baku menjadi lebih jelas dan sesuai standart. Secara ringkas, readability lebih mengacu pada perubahan-perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility berhubungan dengan penampilan (appearance) teks pada layar.

2. Kalimat Tanya

2.1.Definisi Kalimat Tanya

Kalimat tanya pada umumnya digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu seperti yang dikemukakan oleh Quirk et al (1985:457) dalam mendefinisikan kalimat tanya as a sentence that asks for information or a response. Dengan kalimat tanya seseorang dapat menanyakan berbagai hal mengenai perasaan, pendapat, tujuan seseorang, kepunyaan dan sebagainya, dalam hal ini kalimat tanya membantu seseorang untuk mendapatkan informasi yang diingikanya. Quirk juga menambahkan, Questions are primarily used to seek information on specific point and (usually) to request the listener to supply this information verbally (Quirk et al,1985:294).dalam bahsa inggris secara sintaksis,


(43)

commit to user

kalimat tanya adalah jenis kalimat yang membalikan sebuah subyek dan kata kerja pertama dalam frasa ferba, (yes- no questions dalam contohnya,“ Is he coming?”)diawali dengan kata tanya (WH questions seperti “Where is he?”)atau yang diakhiri dengan tag questions (seperti contoh “Isn‟t he?”).ada beberapa kalimat tanya menggunakan nada besar sebagai penekananya (“What are you

DOING?”dengan nada tinggi).

2.2.Jenis Kalimat Tanya

Menurut Quirk, Greenboum, Leech, and Svartvick dalam bukunya A Grammar of Contempory membagi kalimat tanya menjadi dua kelas yaitu kelas mayor dan kelas minor ( Quirk et al, 1985:06).

Kelas mayor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Yes-No questions

Questions that expect affirmation or negation, as in ”Have you finished the book?”

2. WH-questions

Questions that typically expect a reply from an open rage of replies, as in

”What is your name?”

3. ALTERNATIVE questions

Questions that expect as the reply for one of two or more options presented in

the question, as in “Would you like to go for a WALK or stay at HOME?”

(Quirk et al., 1985:806)

Penjelasan yang lebih detail, Quirk et al menjelaskan lebih jauh tentang Yes- no question, Wh question, dan Alternative question.


(44)

commit to user 1). Yes- no question.

Yes- no question adalah pertanyaan yang dapat dijawab dengan yes atau no. Quirk membagi Yes- no question sendiri menjadi 3 yaitu:

1.1.Yes- no question dengan tobe atau auxilaries

Pola pada yes-no question yaitu tobe (am, is, are, was, were) diletakkan sebelum subjek (Robert Krohn,1971:33). Selain Krohn, Quirk et al (1985:807) juga mengatakan bahwa: “yes-no question are usually for made by placing the

operator before the subject and giving the sentence a rising intonation”.

Seperti yang diungkapkan diatas dalam yes-no qoestion terdapat kalimat positif dan negatif. Beberapa contoh yang diberikan oleh Quirk untuk bentuk positif yes-no question adalah sebagai berikut:

Statement Questions

Someone called last night. Did anyone call last night?

The boat has left already. Has the boat left yet?

Pada contoh kalimat tanya diatas terdapat penambahan any, respon jawaban yang diharapkan dari positif yes-no question yang mendapat penambahan any atau ever bersifat netral.

Dibawah ini adalah contoh- contoh yes- no question yang berbentuk negatif:

a. Don‟t you believe me?

b. Aren‟t you joining us this evening? c. Hasn‟t he told you what to do?


(45)

commit to user

Negative yes-no question adalah kalimat tanya yang berbentuk negatif. Pola negatif yes-no question sama dengan kalimat positif yaitu tobe (am, is, are, was, were) dan auxilaries (do/does, did, have/has/had) diletakkan di depan sebelum subjek tetapi bedanya tobe atau auxilaries ditambahi dengan kata not.

1.2.Yes-no questions dengan modal auxilaries

Selain memakai tobe (am, is, are, was, were dan do/does, have) yes-no question dapat menggunakan modals seperti may, can, would, dan sebagainya. Penggunaan modals dalam bentuk kalimat tanya mempunyai fungsi masing-masing, pada contoh dibawah ini may dan can digunakan untuk meminta izin, must dan have to untuk suatu keharusan, yang umumnya merupakan otoritas pembicara dalam pernyataan dan otoritas pendengar dalam suatu pertanyaan (Quirk et al, 1985:815)

a. (may/ can) I have leave now? („Will you permit me...‟)

Yes you may/ can („I will permit you...‟)

b. Must I/ Do i have leave now? („Are you telling me...‟)

Yes you must/ have to („I‟m telling you...‟)

1.3.Kalimat tanya penegas (tag questions)

Menurut Quirk et al (1985:810-811) tag question adalah jenis yes-no question yang lebih jauh membahas orientasi negatif atau positif. Biasanya dalam suatu kalimat diletakkan diakhir dengan menggunakan kata kerja auxilaries. Tinggi rendahnya nada biasanya didasarkan pada jenis auxilaries, seperti pada contoh dibawah ini:


(46)

commit to user

jenis 1: He likes his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi) jenis 2: He doesn‟t like his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi) jenis 3: he likes his JOB, DOESn‟t he? (nada rendah) jenis 4: He doesn‟t like his JOB, DOES he? (nada rendah)

Keempat jenis kalimat tanya diatas memiliki arti yang berbeda-beda yang disesuiakan dengan tinggi rendahnya nada. Pada contoh pertama merupakan sebuah kalimat asumsi yang menyatakan bahwa dia menyukai pekerjaannya, sedangkan pada kalimat kedua menyatakan bahwa dia tidak menyukai pekerjaanya. Pada kalimat ketiga dan keempat memiliki arti yang hampir sama tetapi dengan menuturkanya dengan nada rendah. Tag question dengan nada tinggi lebih mengharapkan pendengar untuk memberikan kebenaran dari sebuah pernyataan, sedangkan tag question dengan nada rendah, lebih megharapkan sebuah konfirmasi dari sebuah pernyataan dan lebih menekankan seruan dari pada pertanyaan yang tulus.

1.4.Kalimat tanya deklaratif (declarative questions)

Declarative question adalah jenis kalimat tanya yang diidentikkan dengan kalimat deklaratif atau pernyataan tetapi fungsinya adalah sebagai pertanyaan yang ditandai dengan penggunaan nada tinggi. Ini bisa dilihat dari contoh dibawah ini:

You relize what the RISK are? Boris will be THERE, I suppose?

He didn‟t finish the RACE?

Kalimat tanya deklaratif tersebut mengundang verifikasi pendengar untuk menjawab yes atau no (Quirk et al, 1985:814)


(47)

commit to user

2) Wh- questions

Wh question adalah salah satu jenis kalimat tanya yang paling sederhana dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari: who, what, where, why, which, when, how. Wh question juga bisa disebut kalimat tanya informasi, karena Wh question didukung informasi yang dibutuhkan pembicara dari pendengar. Quirk et al (1985:817- 818) memberikan contoh seperti dibawah ini.

A: what are you doing? B: I‟m reading.

A: What have you done with my book? B: I‟ve hidden it.

A: What‟s happening? B: It‟s snowing.

Kalimat nomor (1) pembicara A menanyakan apa yang dilakukan B. Dengan menggunakan bentuk pertanyaan B mengerti apa maksud dari A. Kalimat no(2) pendengar B dapat mengerti dengan mudah pertanyaan A. Sedangkan kalimat nomor (3)pembicara A menanyakan keadaan sekarang dan B menjawab dengan singkat pertanyaan A.

Contoh lain dari Quirk et al (1985:821) tentang Wh questions yang diawali dengan why don‟t you dan singkatan why not biasanya digunakan untuk direktif. Direktif berfungsi sebagai saran atau instruksi menurut bahasa inggris amerika seperti contoh dibawah ini.

Why don‟t you shave?

Why don‟t you clean your teeth? Why not ignore their remaks? Why not go by train?

Kalimat yang menggunakan Why don‟t mengekspresikan sebuah nasehat tapi lebih cenderung pada bentuk kritik dan nada kekesalan ketika si pembicara menuturkannya. Wh question adalah jenis kalimat tanya yang membutuhkan


(48)

commit to user

sebuah jawaban yang lengkap. Wh question tidak hanya digunakan untuk menambah informasi tetapi terkadang juga digunakan untuk membuat sebuah sugesti. Jika kata Wh question diutarakan dengan intonasi tinggi ini berfungsi sebagai kalimat seru atau reaksi personal dari apa yang didengar oleh pendengar.

3) Pertanyaan dengan Pilihan (alternative questions)

Ada dua jenis alternative question menurut Quirk et al (1985:23), yaitu tipe pertama yang mirip dengan yes-no question dan tipe kedua yang mirip dengan Wh question seperti pada contoh dibawah ini:

a. Would you like CHOcolate, vaNILLA, or STRAWberry (ice cream)?

b. Which ice cream would you LIKE, CHOcolate, vaNILLA, or

STRAWberry?

Pada jenis kalimat tanya alternatif diatas berbeda dari hanya sekedar penggunaan intonasi dari fungsi yes-no question saja. penambahan intonasi tinggi pada setiap kata untuk menunjukkan beberapa pilihan merupakan hal yang penting agar tidak terjadi kesalahfahaman nantinya. Contoh lainya terdapat pada kalimat di bawah ini:

Alternative : A: Shall we go by BUS or TRAIN? B: by TRAIN

Yes-no question : A: Shall we go by bus or TRAIN? B: NO, Let‟s take the CAR Pada contoh alternative question, A menanyakan pada B bahwa dia harus memilih bus atau kereta api. Penekanan pada kata bis dan kereta api dengan nada tinggi lebih memperjelas bahwa pembicara A menawarkan pilihan dengan menggunakan kalimat tanya. Sedangkan pada contoh kalimat tanya yes-no


(49)

commit to user

question, pembicara A hanya menekankan kata kereta api dengan intonsi tinggi, akan tetapi B menjawab yang berlainan dengan apa yang ditawarkan pilihan A.

Kelas yang kedua yaitu kelas minor menurut Quirk et al dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Exclamatory question

Kalimat tanya exclamatory merupakan bagian dari kalimat tanya, tetapi lebih menekankan pada tindak illucosionari dari sebauh pernyataan. Biasanya kalimat tanya eclamatori berbentuk negatif yes-no question dengan penambahan nada tinggi dan rendah diakhir kalimat seperti contoh dibawah ini.

a). Hasn‟t she GROWN!

b). Wasn‟t it a marvelous CONcert!

Dua jenis kalimat diatas mengajak pendengar untuk menyetujui apa yang diutarakan pembicara tentang perasaanya yang kuat. Quirk et al (1985:825). 2. Rhetorical questions

Jenis kalimat tanya yang kedua menurut Quirk et al (1985:825- 826) adalah kalimat tanya retorikal. Kalimat tanya retorikal biasanya dalam bentuk yes-no question dan dalam bentuk Wh question. Kalimat tanya retorikal dalam yes- no question yang berbentuk positif memiliki pernyataan negatif yang kuat, sedangkan kalimat tanya dalam bentuk negatif memiliki pernyataan positif yang kuat. Seperti contoh dibawah ini :

a). Positif: Is that a reason for despair? („surely that is not a reason‟) b). Negatif: Isn‟t the answer Obvious? („surely the answer is obvious‟)


(50)

commit to user

Tidak seperti kalimat tanya exclamatory, kalimat tanya rhetorical mempunyai intonasi tinggi yang normal dan ini dapat dibedakan berdasarkan jarak perpindahan.

Rhetorical dalam bentuk Wh question mempunyai karakteristik yang spesial, yaitu memiliki bntuk pernyataan yang seimbang baik itu dalam kalimat rhetorical positif maupun negatif, seperti pada contoh dibawah ini:

Who KNOWS/CARES?(„No body knows/cares‟ or „I don‟t know/cares)

What DIFference does it make? („It makes no difference‟) How should I know? („There is no reason why I should know‟)

Contoh kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Wh question dalam bentuk rhetorical question adalah sebagai penekanan maksud pembicara kepada pendengar.

2.3.Fungsi Kalimat Tanya

Larson (1984:234) mengungkapkan bahwa daya ilokusi dalam kalimat tanya dibagi menjadi 3 yaitu statement atau declarative, question, command atau perintah.secara lebih lanjut larson menjelaskan fungsi kalimat tanya yang tidak hanya berfungsi untuk menayakan informasi tertentu, tetapi mempunyai fungsi yang lain seperti menunjukan kemarahan, memberi saran, perintah dan sebagainya. Dalam hal ini Larson (1984) membuat klasifikasi kalimat tanya yaitu pertanyaan nyata atau real question dan pertanyaan restoris (rethoric question). Kalimat tanya retoris dikatakanya sebagai fungsi kedua dalam kalimat tanya, sedangkan real question adalah merupakan fungsi utama dari sebuah kalimat tanya. Di lain pihak, Larson mengungkapkan (1984) ada beberapa kalimat tanya


(51)

commit to user

yang berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya. Sehingga kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi tertentu tetapi mempunyai fungsi lain seperti menunjukkan kemarahan, memberi saran, perintah dan lain sebaginya.

Dalam hal ini Larson membuat dua klasifikasi kalimat tanya yaitu pertanyaan nyata (real question) dan pertanyaan retoris (rethoric question).

a) Pertanyaan nyata (Real question)

Menurut Larson (1984:234) “the purpose of a real question is to ask

information”. Real question digunakan untuk meminta informasi, seperti kalimat berikut:

Where is your home? What time are you coming?

Dua kalimat diatas, menggunakan bentuk kalimat tanya dan tujuan dari pembicara bermaksud menanyakan informasi tentang alamat dan waktu kedatangan.

b) Pertanyaan retoris (Rethorical question)

Di sisi lain menurut Larson (1984), rethoric question adalah kalimat yang bentuk atau susunan kalimat merupakan kalimat tanya tetapi juga tujuan dari penggunaan kalimat tersebut lebih sekedar mencari informasi. Pertanyaan retoris tampak seperti real question tetapi sebenarnya kalimat tersebut bukanlah suatu pertanyaan. Tujuan dari pertanyaan tersebut mungkin saja untuk menyampaikan perintah, marah dan sebagainya. Seperti pada contoh berikut:


(52)

commit to user

Kalimat wash the dishes bukan suatu pertanyaan yang kuat sebagai kalimat perintah tetapi juga bukan suatu pertanyaan. Kalimat tersebut adalah sebuah saran, jawaban dari kalimat pertanyaan diatas adalah okay, I will. Jika why adalah kata tanya yang menanyakan informasi maka jawabanya adalah sebuah alasan, sebagai contoh jawaban di bawah ini:

Because I‟m just too tired

Rethorical question dalam bahasa inggris juga digunakan untuk menyatakan kemarahan. Larson (1984:235) memberikan contoh dengan kata tanya when yang digunakan untuk menunjukkan amarah.

When are you empty the garbage?

Kontek kalimat tersebut adalah seorang ibu yang marah terhadap anaknya karena sampah tidak segera dibuang. Ibunya menyuruh anaknya membuang sampah dan anak tersebut tahu bahwa itu merupakan kewajiban anaknya untuk membuang sampah. Ibu itu ingin menyampaikan rasa emosi kepada anaknya karena anaknya tidak segera menjalankannya.

Kalimat tanya retoris menurut Larson (1984:236) terdapat beberapa fungsi yaitu kaimat tanya retoris yang berfungsi untuk menekankan fakta, kalimat tanya retoris yang digunakan untuk menyatakan prihatin atau ketidakpastian, kalimat tanya retoris yang digunakan untuk mengenalkan topik yang baru atau permulaan pembicaraan, kalimat tanya yang digunakan untuk menunjukan keterkejutan, kalimat tanya yang dugunakan untuk menunjukkan teguran atau desakan.


(53)

commit to user

Seperti kutipan yang dikemukakan oleh Larson yang membahas tentang fungsi dari rhetorical questions (Larson, 1984:237) “rhetorical questions are also used to make statement, to arouse thought or get attention, or to express attitudes of wonder, admiration, doubt, reproach, indignation, and other emotions”.

Dalam hal ini. rhetorical questions juga digunakan membuat pernyataan untuk menimbulkan pemikiran atau mendapatkan perhatian, untuk mengungkapkan sikap keheranan, kakaguman, keraguan, penyesalan, kemarahan, dan emosi-emosi yang lain.

Menurut Mey (1993:254-256) mengemukakan fungsi kalimat tanya as orders or requests, enquiries double as advices, confessions that operate like hidden threats, trap questions and so on. Lebih jauh Mey menjelaskan bahwa kalimat tanya berfungsi sebagai meminta atau memerintah, menanyakan dengan tujuan sebagai nasehat, kalimat tanya yang fungsinya sebagai pengakuan, kalimat tanya jebakan dan lain sebagainya. Contoh dibawah ini merupakan fungsi kalimat tanya jebakan atau trap question:

When did you stop beating your wife?

Menjawab seperti pada kalimat tanya diatas, penanya harus menyakinkan dirinya sendiri dengan berbagai jawaban yang ada. Mungkin jawaban yang akan muncul dari si penutur akan seperti “I never had a wife” atau “but I‟m not in

habit of beating anybody” atau “I never stopped because I never started”. Namun dalam kontek yang berbeda seperti dalam ruang persidangan atau dalam ruang investigasi jenis jawaban seperti ini akan lebih menekan si penjawab untuk


(54)

commit to user

berkata jujur, dikarenakan si penanya akan menanyakan dengan desakan yang lebih kuat lagi seperti “Just answer the question: When?”

2.4.Kalimat Tanya Bahasa Indonesia

Kalimat tanya dalam tata baku bahasa Indonesia (Hasan alwi, 2003:357) secara formal ditandai dengan kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas. Kalimat tanya ditandai dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat tanya digunakan untuk meminta jawaban “ya” atau “tidak” atau meminta informasi. Sesuai dengan fungsinya, kalimat tanya berfungsi tidak hanya untuk menanyakan informasi atau sekedar untuk bertanya akan tetapi pada konteks wacana tertentu dapat berfungsi permintaan atau yang lainya (Hasan Alwi,2003:337). Sedangkan menurut Chaer, kalimat tanya atau interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal, jawaban ini dapat berupa pngakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (2009:189). Berdasarkan penjelasan tersebut menurut Chaer ciri utama kalimat interogatif dalam bahasa Indonesia adanya intonasi naik pada akhir kalimat. Bila ada intonasi, meskipun kalimatnya tidak lengkap, maka kalimat tersebut sudah sebagai kalimat interogatif atau tuturan yang mengemban fungsi menanyakan. Kemudian, semua tuturan yang berfungsi menanyakan (interogatif) menghendaki adanya jawaban, terutama jawaban lisan; meskipun kemungkinan jawaban dilakukan dalam bentuk tindakan. Contohnya tuturan berikut ini yang diujarkan oleh seorang ibu pagi hari kepada anaknya yang sudah harus segera berangkat sekolah.


(55)

commit to user

A: Kamu belum mandi, Nak?

B: (tidak berkata apa-apa; melainkan langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi).

(Chaer, 2010:79)

Pada tata baku bahasa Indonesia (Hasan Alwi,2003:358) ada beberapa cara membentuk kalimat tanya dari kalimat deklaratif:

1. Menambahkan partikel penanya apa Contoh:

Dia istri pak Bambang. Apa dia istri pak Bambang?

Contoh kalimat diatas memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”

2. Membalikan susunan kata dalam kalimat deklaratif, dengan beberapa kaidah yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Jika dalam kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, bisa, harus, sudah, dan mau, kata tersebut dapat dipindahkan ke awal kalimat dan ditambah partikel kah.

a) Dia dapat pergi sekarang. b) Dapatkah dia pergi sekarang?

Bentuk kalimat sedang, akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam bentuk kalimat seperti ini.

b. Kalimat yang prediketnya nomina atau adjektiva urutan subjek dan prediketnya dapat dibalikkan dan kemudian partikel kah ditambahkan pada frasa yang telah dipindahkan ke muka.

a) Masalah ini urusan pak Ali. b) Urusan pak Alikah masalah ini?


(56)

commit to user

c. Jika prediketnya adalah verba taktransitif, ekatransitif, atau semitransitif, verba beserta objeknya atau pelengkapnya dapat dipindahkan ke awal kalimat dan kemudian ditambah partikel kah.

a) Dia menangis kemarin.

b) Menangiskah dia kemarin?

3. Dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak (kah) Contoh:

a. Dia sakit

b. Dia sakit, bukan? c. Bukankah dia sakit?

4. Dengan mempertahankan urutan kalimatnya seperti kalimat deklaratif, tetapi mengubah intonasi menjadi naik.

Contoh:

a. Jawabanya sudah diterima? b. Dia jadi pergi ke Medan?

5. Memakai kata tanya apa, berapa, siapa, kapan, dan mengapa. Contoh:

a. Dia mencari pak Zaed. b. Dia mencari siapa?

a. Pak Tarigan membaca buku. b. Pak Tarigan membaca apa?

a. Keluarga pak Guntur akan pindah ke Surakarta. b. Keluarga pak Guntur akan pindah kemana?

2.5.Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik

Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi memerlukan dua sarana penting yaitu sarana linguistik dan sarana pragmatik. Sarana linguistik berkaitan


(57)

commit to user

dengan ketepatan bentuk dan struktur bahasa, sedangkan sarana pragmatik berkaitan dengan kecocokan bentuk dan struktur dengan konteks penggunaanya. Pragmatik adalah studi tentang bahasa yang digunakan dalam komunikasi, yang mencakup salah satunya adalah aspek tindak tutur seperti yang dinyatakan Jacobs (1995:264) “the study of the speech acts is an important part of the field of pragmatics, which is concerned with how the context of an utterance affects the

way the utterance is understood”. Bahwa tindak tutur merupakan aspek domain dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan bagian yang terpenting dalam pragmatik yang mengarah pada bagaimana konteks dari ucapan mempengaruhi ucapan tersebut sehingga bisa dimengerti. Austin dalam Kempson (1977:50) membagi tindak tutur menjadi tiga yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi merupakan tindakan untuk mengujarkan kalimat dengan makna tertentu. Ilokusi adalah tindakan untuk mengujarkan kalimat dengan daya tertentu seperti penutur bermaksud untuk menyatakan tindak pujian, kritik, persetujuan dan lain sebagainya. Sedangkan perlokusi merupakan pengaruh lanjutan yang terjadi pada pihak pendengar yang diinginkan oleh penutur, sehingga menyebabkan pendengar melakukan sesuatu atau ujaran.

Pembahasan diatas, dapat ditarik garis besar bahwa pragmatik mengkaji tentang tindak tutur dimana dalam suatu tuturan tersebut terdapat beberapa jenis kalimat yang digunakan yaitu: kalimat deklaratif, kalimat tanya dan perintah. Seperti dikemukakan pendapat dari Larson (1984:234) mengenai daya ilokusi menyatakan bahwa daya ilokusi dalam kalimat tanya dibagi menjadi tiga yaitu: statement/ declarative, questions, command/ perintah. Jadi dapat disimpulkan


(58)

commit to user

bahwa penerjemahan kalimat tanya lebih difokuskan pada daya ilokusi dimana tuturan tersebut merupakan pembahasan domain dalam ilmu pragmatik. Sedangkan pragmatik itu sendiri mempunyai peran dalam penerjemahan sebagai penyampai pesan atau informasi dalam Bsa yang sesuai dengan informasi yang terdapat dalam Bsu, dimana sudah disesuaikan dengan konteks budaya dan norma yang ada. Namun, beberapa kalimat tanya ada yang tidak berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya, sehingga mengakibatkan kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi tertentu tetapi mempunyai fungsi yang lain yaitu pertanyaan real questions dan rhetoric questions (Larson, 1984). Lebih jauh Larson (1984) menyatakan bahwa seorang penerjemah dalam menerjemahkan kalimat tanya sebaiknya mempelajari fungsi dari rhetorical questions untuk memudahkan dalam menerjemahkan. Pada saat menerjemahkan, seorang penerjemah harus menentukan terlebih dahulu kalimat tanyanya apakah masuk dalam jenis real atau rhetorical questions, kemudian baru menentukan bentuk terjemahan sehingga makna yang sebenarnya dapat tertangkap.

3. Penerjemahan Subtitle

3.1.Definisi Subtitle

Film merupakan tontonan berupa gambar bergerak dan bersuara. Saat ini film telah menjadi media hiburan sekaligus media komunikasi. Pada umumnya orang menonton film untuk mendapatkan hiburan (Gambier, 1998: 266). Melalui hiburan yang ditonton tersebut, sesungguhnya terjadi komunikasi antara pembuat dan penonton film.


(59)

commit to user

Berkaitan dengan perfilmman terdapat 2 istilah yaitu subtitling dan dubbing, yang mana keduanya merupakan sebuah proses hasil terjemahan yang berbentuk audio visual. Penerjemahan subtitling film banyak digunakan pada banyak video berbahasa asing karena terbukti lebih murah dibandingkan dubbing. Selain itu, subtitle lebih sering diminati oleh penonton dengan pendidikan yang lebih tinggi khususnya mereka yang memiliki pengetahuan budaya dan bahasa sumber (O‟Connel, 2007)

Berikut ini merupakan beberapa pengertian subtitle yang dikutip dari http://accurapid.com/journal/32film:

1. Subtitled is printed translation dialogue in a foreign language movie, usually appearing at the bottom of the screen (Encarta Dictionary)

2. Subtitling can be defined as the transcription of film or TV dialogue presented simultaneously on the screen (Baker, 2001:274)

3. Subtitling is the translation of the spoken language (source language) of a television program or film into target language. The translated text usually appears in two lines at the bottom of the screen. (Bety White, 2008)

Pengertian dan kesimpulan dari pernyataan diatas adalah: Subtitle merupakan hasil terjemahan dialog film berbahasa asing dan biasanya ditempatkan pada bagian bawah layar bioskop ataupun televisi atau bisa juga didefinisikan sebagai tulisan atau teks dari sebuah film atau dialog dalam acara televisi yang ditampilkan secara utuh dalam layar. Subtitle juga bisa diartikan sebagai hasil terjemahan dari dialog bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk yang sepadan dan biasanya berada di bagian bawah layar,


(1)

commit to user

transposisi menjadikan terjemahan kalimat tanya Wh questions menjadi terjemahan kurang akurat dan kurang berterima tetapi masih memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik linguistik amplifikasi, linguistik kompensasi, modulasi, amplifikasi, partikulasi, peminjaman dan kreasi diskursif memberikan dampak positif pada terjemahan, sedangkan linguistik kompensasi, modulasi, reduksi, partikulasi, peminjaman, dan kreasi diskursif memberikan dampak positif pada aspek keberterimaan. Teknik literal berpadu dengan teknik reduksi memberikan dampak negatif pada aspek keterbacaan, sedangkan teknik yang lainya tidak mempengaruhi kualitas keterbacaan.

Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah alternative questions, dimana

terdapat data paling rendah dengan penggunaan teknik yang menghasilkan kualitas terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penggunaan teknik tersebut terdapat pada masing-masing data antara lain penggunaan teknik linguistik amplifikasi, padanan lazim dan kreasi diskursif.

Berikut ini merupakan diagram yang menunjukkan hasil kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan:


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Gambar 4.4. Diagram Hasil Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada

subtitle film SherlockHolmes

Dari beberapa kesimpulan diatas, maka dapat diambil garis besar inti dari pembahasan mengenai dampak yang dihasilkan dari penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film

SherlockHolmes adalah akurat, berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang

tinggi.

Keakuratan

Keberterimaan

Keterbacaan

86.77% 91.73% 97.50%

13.22%

8.64%

2.47%

Kualitas Terjemahan


(3)

commit to user

129

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini terdapat 2 sub bagian yaitu kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dianalisis yaitu mengenai pembahasan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya, penggunaan teknik dalam kalimat tanya tersebut serta kualitas kalimat tanya dari subtitle film Sherlock

Holmes dan saran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil kesimpulan dari penelitian mengenai jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis kalimat tanya terdapat tiga jenis kalimat tanya yang mana jenis Wh

question menduduki jumlah terbanyak dari kedua jenis kalimat tanya yang

lainya yaitu sebesar 56 data (51,23%) yang kemudian dilanjutkan dengan jenis yes-no question dengan 56 data (46,28%) dan alternative question dengan tiga data (2,47%). Dengan fungsi pragmatis yang terdapat pada kalimat tanya yang sebagian besar mempunyai fungsi sebagai kalimat tanya

rhetoric question yaitu sejumlah 68 data (56,19 %). Fungsi pragmatis dari

kalimat tanya tidak saja berfungsi untuk menanyakan sebuah informasi semata akan tetapi juga memiliki fungsi pragmatis lainya seperti halnya


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

mengungkapkan rasa penyangkalan, penyesalan, permintaan bahkan sebuah sindiran.

2. Penggunaan teknik penerjemahan pada subtitle film ini sebanyak 11 teknik

dengan teknik literal (36 data) menduduki peringkat terbanyak dalam hal penggunaanya, kemudian teknik transposisi dengan 20 data, 11 data teridentifikasi menggunakan teknik linguistik kompensasi, 10 data berikutnya menggunakan teknik linguistik amplifikasi. Sedangkan teknik modulasi dan amplifikasi terdapat 9 data, teknik reduksi dengan 8 data dan teknik partikulasi dengan 6 data. Padanan lazim hanya terdapat 4 data, dengan 5 data teridentifikasi menggunakan teknik peminjaman dan 3 data terakhir menggunakan teknik kreasi diskursif.

3. Pada setiap jenis kalimat tanya terdapat perbedaan penggunaan teknik, dari beberapa penggunaan teknik tersebut secara garis besar dapat ditarik kesimpulan mengenai teknik yang memberikan dampak positif pada kualitas terjemahan. Untuk jenis kalimat tanya Yes-no questions, hanya terdapat 2

teknik yang memberikan kontribusi positif pada terjemahan yaitu teknik partikulasi dan peminjaman. Dengan meminjam kata dan menjadikan terjemahan pada Bsa menjadi lebih terperinci lagi menjadikan pesan yang disampaikan terasa alamiah dan mudah dimengarti maksud pesannya. Sedangkan untuk jenis kalimat tanya Wh questions, terdapat 4 teknik yang

memberikan kontribusi positif pada kualitas terjemahan yaitu teknik linguistik amplifikasi, modulasi, partikulasi, peminjaman, dan kreasi diskursif. Keempat teknik diatas, mampu memberikan terjemahan yang


(5)

commit to user

akurat, berterima dan mudah terbaca. Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah

alternative questions dengan data dan penggunaan teknik terkecil dari jenis

kalimat tanya yang lain. Keseluruhan teknik memberikan dampak yang positif pada kualitas terjemahan, tidak ditemukan kekurangan dalam kualitas terjemahan yang dihasilkan.

4. Dari total keseluruhan data yang ada, 105 data termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, ditinjau dari segi keberterimaan, terdapat 111 data termasuk ke dalam terjemahan yang sudah berterima, dan terdapat 118 data termasuk ke dalam kategori terjemahan dengan tingkat keterbacaan yang tinggi. Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terjemahan kalimat tanya pada

subtitle film SherlockHolmes, mempunyai terjemahan yang akurat, berterima

dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.

B. Saran

1. Bagi penerjemah diharapkan untuk lebih hati-hati dan memperhatikan faktor legability lainya, misalnya dengan berbagai batasan tempat dan waktu dalam

subtitle diharapkan penggunan teknik menjadikan terjemahan subtitle lebih

efektif lagi. Dalam penerjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock

Holmes, penerjemah harus lebih memperhatikan penggunaan teknik literal,

transposisi atau reduksi dimana teknik ini menghasilkan terjemahan yang kurang akurat dibanding dengan teknik penerjemahan yang lain.

2. Pemilihan kata, pemakaian istilah dan padanan kata juga faktor yang penting yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah. Pemilihan kata yang lebih


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

disesuaikan dengan kaidah dan norma Bsa menjadikan terjemahan lebih berterima karena pemakaian kata yang tepat dan tidak asing dalam Bsa. 3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehigga penetilian ini perlu dikaji

lebih lanjut dan mendalam, terutama jenis penelitian subtitle pada

penerjemahan audiovisual lainnya dengan pendekatan yang sama atau berbeda, misalnya dari segi metode dan ideologi penerjemahan kalimat tanya. 4. Pada penelitian ini tidak melibatkan penerjemah film Sherlock Holmes,

sehingga informasi yang didapat kurang terperinci dan mendalam. Misalnya penggunana teknik reduksi dan amplifikasi yang bertolak belakang, apa yang mendasari penerjemah menggunakan kedua teknik tersebut, apakah si penerjemah tidak mengetahui padanan yang tepat sehingga mereduksi begitu saja ataukah ada alasan yang kuat untuk menambahkan informasi agar penerjemahan yang dihasilkan menjadi lebih akurat dalam penyampaian pesan.


Dokumen yang terkait

The Representation Of Victorian Women In Sherlock Holmes Stories

0 12 84

ANALISIS KALIMAT BERVARIASI BERITA-PERINTAH-TANYA DAN HUBUNGAN MAKNA ANTAR KALIMAT PADA TEKS TERJEMAHAN Analisis Kalimat Bervariasi Berita-Perintah-Tanya Dan Hubungan Makna Antar Kalimat Pada Teks Terjemahan Alquran Surat Albaqarah.

0 12 13

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR’AN SURAT YUSUF Analisis Kalimat Perintah Dan Kalimat Tanya Pada Terjemahan Al Qur’an Surat Yusuf.

0 2 13

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR’AN SURAT YUSUF Analisis Kalimat Perintah Dan Kalimat Tanya Pada Terjemahan Al Qur’an Surat Yusuf.

1 6 20

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR GIVING COMPLIMENT PADA SUBTITLE FILM TWILIGHT SERIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA.

2 2 137

PANALISIS TEKNIK DAN KUALITAS TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENGANCAM MUKA NEGATIF PADA THE ADVENTURES OF SHERLOCK HOLMES.

0 1 315

Analisis Teknik Penerjemahan Majas Ironi dan Sarkasme dalam Novel The Return of Sherlock Holmes Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Terjemahan.

0 1 13

Analisis teknik penerjemahan majas ironi dan sarkasme dalam novel the return of sherlock holmes serta dampaknya terhadap kualitas terjemahan Jurnal

1 35 21

Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Keakuratan Terjemahan Pada Subtitle Film “Sang Penari”

0 0 13

ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN SUBTITLE FILM BECKHAM UNWRAPPED DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS

1 12 157