lebih ‘luwes’ dibandingkan dengan memiliki bisnis angkutan di daerah domisili perusahaan itu sendiri atau tanah kelahiran sang pemilik usaha.
5. Jumlah armada dan variasi kelas Beberapa perusahaan angkutan dengan kapital besar dan manajemen baik
tentunya banyaknya jumlah armada dan membuat variasi kelas yang ditawarkan menjadi andalan mereka mencari penumpang. Brand image yang ditanamkan
adalah sebuah kekuatan besar tanpa adanya kekawatiran penumpang untuk ditelantarkan di perjalanan serta memberikan tawaran pilihan kelas armada yang
sesuai dengan kemampuan keuangan calon penumpang untuk membayar tiket.
2.10. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu dan penelitian lanjutan dengan menggunakan permodelan permintaan angkutan antara lain :
Miro 1993 sebuah penelitian dilakukan yang mengangkat tema tentang
Estimasi Permintaan angkutan kota salah satu bagian yang terpenting dari proses perencanaan sistem transportasi kota sebagai upaya antisipasi terhadap
memperkirakan kebutuhan perjalanan Forecasting Demand For Transportation
yang ditimbulkan oleh perubahan zona-zona anatar lintasan yang menghubungkan dua kota. Tujuan dari studi inilah untuk memperkirakan demand potensil angkutan
kota pada lintasan. Penelitian ini mengawali perencanaan pengadaan angkutan yang mengubungkan lintasan antar kota.
Universitas Sumatera Utara
Yafiz 2002 meneliti tentang kinerja jasa transportasi angkutan kota keterkaitan
dengan syarat kelancaran, kenyamanan dan keamanan. Secara riil kondisi yang terjadi saat ini bahwa meningkatnya permintaan jasa transportasi angkutan kota belum ditata
secara maksimal sehingga pengaturan manajemen angkutan kota belum mampu menawarkan pelayanan yang memuaskan.
Ledoh 2005, Melakukan studi model permintaaan perjalanan penumpang antar
kota kabupaten dengan moda transportasi darat dengan metode analisis yang dikembangkan menggunakan model distribusi perjalanan gravity, model pemilihan
deskrit, model kebutuhan langsung dan model ekonometri yang dikembangkan menjadi regresi linear multivariat dengan data kuantitatif sosio ekonomi dan atribut
pelayanan transportasi sebagai dasar analisis. Hasil penelitian yang diperoleh adalah model matematik untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota kabupaten di
Propinsi Sumatera Selatan atau Propinsi lain dengan karakteristik yang sama dengan menggunakan angkutan umum.
Sukarto 2006 dalam penelitiannya yang berjudul Transportasi Perkotaan dan
Lingkungan, menyimpulkan Sistem transportasi dan terutama infrastruktur jalan raya telah merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai standar kehidupan yang
tinggi. Ini membawa konsekuensi penggunaan teknologi baru dan lebih canggih, seperti interchanges, jalan-jalan layang fly overs, jalan bebas hambatan freeways,
jalur kereta layang elevated railways track, tanda-tanda lalu lintas yang terkoordinasi, dan sebagainya untuk menampung kecepatan yang lebih tinggi dan
aliran jumlah lalu lintas yang lebih besar, terutama di daerah perkotaan. Sebaliknya,
Universitas Sumatera Utara
meningkatnya jumlah lalu lintas kendaraan bermotor meningkatkan pula kemacetan lalu lintas dan pencemaran udara, serta kebisingan. Perlu ada usaha-usaha untuk
mengatasi masalah tersebut, yang harus dilakukan secara terpadu, seperti penataan ruang kota, pengaturan lalu lintas, pemanfaatan energi alternatif untuk kendaraan
bermotor, penggunaan angkutan cepat masal mass rapid transit, dsb.
Aminah 2007 menulis Transportasi Publik Dan Aksesibilitas Masyarakat
Perkotaan dimana Transportasi umum menyediakan layanan mobilitas dasar bagi orang-orang tersebut dan juga bagi semua orang yang tidak memiliki akses mobil
ataupun motor. Sistem trans-portasi masal memang belum terwujud, artinya sampai saat ini belum bisa dijangkau masyarakat, kepentingan masyarakat belum terpenuhi,
yang tidak hanya terkait dengan soal tarif, tetapi sistem transportasiberkelanjutan yang bisa menjangkau kebutuhan nyata masyarakat.
Mobilitas berkelanjutan sustainable mobility menyatukan segala macam upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Ini
menandai adanya pergeseran dari pendekatan perencanaan transportasi tradisional, yang engkonseptualisasikan transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur
pendukung bagi pertumbuhan ekonomi, menuju pendekatan kebijakan melalui bukti dan perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan per-tumbuhan yang tidak
terkendali.Perluasan kapasitas jalan dan hambatan jalan dapat dikurangi dengan menekan permintaan yang terlalu berlebih atas penggunaan jalan. Meskipun, telah
jelas mengenai perlunya berbagai macam transportasi publik, masih terdapat tendensi
Universitas Sumatera Utara
untuk mengadakan transportasi publik yang berbiaya besar dengan tawaran pilihan yang sangat terbatas.
Subsidi pada umumnya muncul karena einginan untuk mempertahankan layanan tertentu pada biaya yang rendah. Namun pengalaman, menunjukkan
keuntungan yang diantisipasi, pelayanan yang lebih baik, mengurangi penggunaan mobil dan hambatannya, serta patronase yang lebih tinggi, yang mengarah pada
peningkatan viabilitas menjadi ekspektasi jangka pendek.
2.11 Hipotesis