Dalam bukunya Edward W. Reed dan Edward K. Gill 1995, menyatakan bahwa bank umum adalah perusahaan dagang swasta yang berusaha mencari laba yang
wajar dengan memperhatikan kendala likuiditas. Tujuan Edward agar bank umum memperoleh keuntungan yang tetap memperhatikan kesehatan banknya. Pernyataan
Edward tentu berlaku juga pada bank syariah, dimana bank syariah harus tetap memperhatikan kendala likuiditasnya.
Penelitian ini berfokus kepada beberapa rasio kinerja perbankan seperti Cash Ratio
CR, Capital Adequency Ratio CAR, Return On Asset ROA dan Operational Cost Ratio
OCR guna mengetahui penyebab ketidaksehatan kinerja bank yang kerap terjadi di dunia perbankan.
Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Rasio-Rasio Bank
Nama Bank Tahun
2009 2010
CR CAR
ROA OCR
CR CAR
ROA OCR
Bank Mandiri 7.5
20.3 1.8
61.81 6.7
8.7 2.1
87.46 BCA
6.9 22.2
2.4 77.57
6.6 6
2.5 98.56
Bank Mega 8.9
17 1.4
77.58 8.1
9 1.9
88.11 Bank Syariah
Mandiri BSM
15.1 9.2
1.31 51.24
15 7.8
1.24 50.81
BCA Syariah 19.7
73 0.42
51.12 9.4
59 0.48
51.37 Bank Syariah
Mega Indonesia
10.9 9.5
1.3 51.85
11.3 12.2
1.94 50.15
Sumber: BI Data Diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kinerja antara bank konvensional dan bank syariah di tahun 2009 – 2010. Perbedaan kinerja bank yaitu:
• CR Bank Mandiri dan CR BSM. Tahun 2009 Bank Mandiri memiliki CR sebesar 7.5 sedangkan BSM memiliki CR sebesar 15.1. Di tahun 2010, CR Bank
Mandiri turun 0.8 pada posisi CR 6.7. Di tahun yang sama, CR BSM juga mengalami penurunan 0.1 pada posisi CR 15.
Universitas Sumatera Utara
• CAR BCA dan CAR BCA Syariah. Tahun 2009 BCA meliliki CAR sebesar 22.2 sedangkan BCA Syariah memiliki CAR sebesar 73. Tahun berikutnya, CAR BCA
turun ke posisi 6 sedangkan CAR BCA Syariah juga turun ke posisi 59. • ROA dan OCR Bank Mega dengan ROA dan OCR Bank Syariah Mega Indonesia.
Tahun 2009 Bank Mega memiliki ROA sebesar 1.4 dan OCR sebesar 77.8 sedangkan Bank Mega Syariah Indonesia memiliki ROA sebesar 1.3 dan OCR
sebesar 51.85. Di tahun 2010. ROA dan OCR Bank Mega mengalami kenaikan ke posisi 1.9 dan 88.11 sedangkan ROA dan OCR Bank Syariah Mega Indonesia
juga meningkat ke posisi 1.94 tetapi OCR turun ke posisi 50.15. Perbedaan kinerja antara bank konvensional dengan bank syariah sangat
dipengaruhi oleh bagaimana menejemen bank menjaga kesehatan kinerja banknya. Untuk menjaga kesehatan kinerja perbankan Indonesia maka Bank Indonesia
mengeluarkan PBI No. 131PBI2011 yang berlaku pada tanggal 5 januari 2011 yang merupakan penyempurnaan dari PBI No. 610PBI2004 tentang PENILAIAN
TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM. Berikut adalah alasan yang menurut saya mengapa rasio-rasio tersebut harus tetap dijaga dalam keadaan sehat oleh bank.
• Cash Ratio CR dianggap perlu untuk dijaga tetap sehat untuk memenuhi kebutuhan bila terjadi penarikan dana oleh masyarakat sehari-hari. Juga untuk
berjaga-jaga bila terjadi penarikan secara besar-besaran atau disebut dengan Bank Rush
secara tiba-tiba. Disamping itu, sangatlah tidak wajar bila saat seorang nasabah yang ingin mengambil uangnya yang ada di suatu bank, ternyata tidak bisa. Bahkan
bank yang bersangkutan menunda-nunda penarikan uang yang dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
nasabah. Penundaan ini akan menghambat bagi kegiatan ekonomi nasabah yang pada akhirnya berdampak ketidakstabilan perekonomian Indonesia.
• Capital Adequency Ratio CAR dianggap perlu untuk di jaga tetap sehat untuk memberi pesan kepada masyarakat terutama investor asing bahwa perbankan
Indonesia dapat dipercaya. Karena memiliki ketahanan modal yang kuat dalam menutupi resiko kredit. Menurut Bank Indonesia pada laporan Perkembangan
Moneter, Sistem Pembayaran dan Perbankan 2010 perbaikan stabilitas sektor
keuangan didukung oleh cukup kuatnya kinerja perbankan yang mencapai 17,4 pada akhir Desember 2010. Selama semester laporan, CAR mencapai puncaknya
pada September 2009, yaitu 17,7 . Sejalan cukup kuatnya kinerja perbankan, pada bulan Januari 2010 Fitch lembaga pemeringkat dari Amerika Serikat menaikkan
rating beberapa bank besar di Indonesia dari BB menjadi BB
+
,
sedangkan Moody’s lembaga perating dari Amerika Serikat juga menaikkan peringkat industri
perbankan Indonesia dari negatif menjadi stabil. • Retun on Asset ROA dianggap perlu untuk di jaga tetap sehat untuk mendapati
aset-aset produktif dan sumber pendapatan produktif sudah dengan wajar dikelola oleh bank dan jika terjadi ketidaksesuaian penempatan aset produktif dengan
pasivanya, dapat dengan segera diperbaiki. • Operation Cost Ratio OCR dianggap perlu untuk dijaga agar tetap sehat untuk
menekan besarnya suku bunga kredit. Hasil penelitian Anna Retnawati 2007, tingginya margin bunga yang secara dominan disebabkan oleh terkonsentrasinya
pasar, tingginya biaya operasional perbankan dan kurang memadainya kualitas
Universitas Sumatera Utara
manajemen pada tingkat individual bank. Perubahan PBI No. 610PBI2004 menjadi PBI No. 131PBI2011 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menurut Bank Indonesia adalah: 1. Perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan Pengawasan secara
konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian kondisi Bank yang diterapkan secara internasional mempengaruhi pendekatan penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
2. Dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian Tingkat Kesehatan Bank untuk menghadapi perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko sebagaimana diatas
maka diperlukan penyempurnaan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan pendekatan berdasarkan resiko.
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik membuat penelitian yang berjudul
“ANALISIS KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DI INDONESIA”.
1.2 Perumusan Masalah