BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif PBLK merupakan mata kuliah yang bertujuan mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia nyata
dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses
pendidikan. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif juga merupakan suatu sarana dalam memberikan masukan secara langsung untuk peningkatan pelayanan
keperawatan pada lahan praktik. Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesa
ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu,
keluarga, maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui
proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan
keperawatan. Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di Ruang Anyelir RS G. L.
Tobing Tanjung Morawa selama 4 minggu, dimulai sejak 11 Juni 2012 sampai 07 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen
pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada
lahan praktik dan pasien kelolaan. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Ruang Anyelir pada 14-15
Juni 2012, ditemukan beberapa masalah yang terdapat di ruang tersebut. Pelayanan kesehatan yang tidak maksimal disebabkan beberapa faktor
penghambat yang tidak mendukung pemberian pelayanan. Salah satu faktor tersebut adalah sistem manajemen yang kurang tertata di ruang Anyelir. Oleh
karena itu, mahasiswa akan melakukan penerapan manajemen pelayanan keperawatan melalui penataan kembali manajemen ruangan khususnya di Ruang
Anyelir. Manajemen yang dilakukan mencakup penataan individu terkait dengan kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan maksimal, sistem yang
menjadi dasar aturan di ruangan dan fasilitas peralatan yang mendukung kinerja petugas kesehatan di ruangan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan
Perdarahan Uterus Disfunsional PUD sehingga untuk manajemen asuhan keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan
uterus disfungsional. Kadarusman 2005 menyatakan bahwa angka kejadian perdarahan uterus disfungsional di masyarakat jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan angka kejadian yang diajukan penulis. Hal ini berhubungan dengan keengganan penderita, terutama pada usia perimenars untuk menjalani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemeriksaan. Selain itu sebagian perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti atau sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Gangguan haid sering dialami wanita usia perimenars dan perimenopause. Di Amerika Serikat dan Inggris, perdarahan uterus disfungsional
merupakan 10 dari kunjungan rumah sakit dan 90 dari kasus perdarahan uterus abnormal. Berdasarkan golongan usia, 3-4 perdarahan uterus
disfungsional terjadi pada remaja. Dalam hubungannya dengan siklus haid, perdarahan uterus disfungsional lebih sering ditemukan pada siklus anovulatorik
yaitu sekitar 85-90 Kadarusman, 2005. Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan
uterus disfungsional ini secara menyeluruh. Kebanyakan penulis memperkirakan kekerapannya sama dengan di luar negeri, yaitu 10 dari kunjungan ginekologik.
Di RSCM FKUI pada tahun 1989 ditemukan 39 kasus perdarahan uterus disfungsional dari kunjungan poliklinik endokronologi dan reproduksi
Kadarusman, 2005. Perdarahan Uterus Disfungsional merupakan perdarahan abnormal dari
uterus tanpa disertai kelainan organik dan hematologik melainkan hanya merupakan gangguan fungsional Kadarusman, 2005. Karakteristik perdarahan
uterus disfungsional bervariasi yaitu perdarahan yang banyak tetapi jarang hingga perdarahan terus menerus dan berlangsung lama. Jika perdarahan tersebut tidak
segera ditangani dengan serius, perdarahan akan mengakibatkan komplikasi bagi penderita PUD. Suseno 2007 mengatakan bahwa komplikasi dari perdarahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
uterus disfungsional adalah infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup.
Berdasarkan hal ini, penulis menyusun intervensi penatalaksanaan askep pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Penulis berencana
memberikan asuhan keperawatan lengkap sesuai standar pelayanan keperawatan dan diakhiri dengan pemberian edukasi sesuai dengan keluhan yang dirasakan
oleh pasien dengan gangguan perdarahan uterus disfungsional dengan menggunakan media poster dan leaflet yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
B. Tujuan