uterus disfungsional adalah infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup.
Berdasarkan hal ini, penulis menyusun intervensi penatalaksanaan askep pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Penulis berencana
memberikan asuhan keperawatan lengkap sesuai standar pelayanan keperawatan dan diakhiri dengan pemberian edukasi sesuai dengan keluhan yang dirasakan
oleh pasien dengan gangguan perdarahan uterus disfungsional dengan menggunakan media poster dan leaflet yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
B. Tujuan
Tujuan akhir kegiatan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, dapat
melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan
secara efektif dan efisien.
C. Manfaat
1. Mahasiswa Keperawatan
Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien.
2. Institusi Pendidikan
Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya
tulis ilmiah. 3.
Lahan Praktik Selama kegiatan PBLK, lahan praktik dapat menggunakan tenaga
mahasiswa sebagai perawat tambahan. Selain itu dapat meningkatkan mutu pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus
kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan
POAC planning, organizing, actuating, controlling terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi Grant dan Massey, 1999 dikutip dari
Nursalam, 2007. Muninjaya 2004 menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Swansburg 2000 menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan planning, pengorganisasian organizing,
pengaturan staf staffing, kepemimpinan leading, dan pengendalian controlling aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen
keperawatan dan dari sub unit departemen.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Henry Fayol 1949 dalam Robins Coulter, 2007 merupakan salah satu ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan
empat fungsi manajemen yaitu perencanaan planning, pengorganisasian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
organizing, mengarahkan coordinating or directing, dan pengendalian controlling. Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan
inti dari proses manajemen secara akurat. Swansburg 2000 menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas
lima fungsi yaitu perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengaturan staf staffing, kepemimpinan leading, dan pengendalian
controlling. Bab ini akan membahas dan menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg 2000 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan Planning
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer
perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan
cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan
personel, bahan, dan alat Swansburg, 2000. Huber 2006 menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih
prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter 2007
menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan
mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Pengorganisasian Organizing
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana
untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan,
departemen atau pelayanan, dan unit Swansburg, 2000. Huber 2006 menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan,
tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi Robins Coulter, 2007.
c. Pengaturan staf Staffing
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang
teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu Swansburg, 2000. Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari
manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel Swansburg, 2000.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Kepemimpinan Leading
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya
kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi
ini berperan untuk merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat
keputusan, dan manajemen partisipasi Swansburg, 2000. Fungsi kepemimpinan menurut Huber 2006 adalah fungsi manajemen
yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang
telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins Coulter 2007 adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari
berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya. e.
Pengendalian atau Pengevaluasian Controlling Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus
menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan
kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan Swansburg, 2000. Huber 2006 menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah
fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Robins Coulter 2007 menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap
kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini
meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.
3. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
a. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
1 Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis,
diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid 2
Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan data spiritual
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan
b. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala PES atau terdiri dari masalah dan penyebab PE, bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien
sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
c. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
1 Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga. 2
Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu.
3 Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan
keperawatan, melibatkan pasienkeluarga, mempertimbangkan latar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
belakang bidaya pasien keluarga, menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya
yang mudah dimengerti. d.
Standar IV: Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria: dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko-
sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien,
mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan
berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. e.
Standar V: Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan standar.
f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai
bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah
yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus mencantumkan inisial paraf nama perawat yang melaksanakan tindakan
dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.
4. Model Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim
keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995.
a. Metode Kasus
Metode ini disebut juga sebagai perawatan total total care yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung
jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan
keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. b.
Metode Fungsional Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi
bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan
dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas job description, prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini
cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana
pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.
Kepala Ruangan
Pasien klien Perawat:
Injeksi Perawat:
Merawat luka Perawat:
Merawat luka Perawat:
Pengobatan
Skema 1 : Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Metode Tim
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan
memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari
perawat profesional registered nursing, perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk
belajar Nursalam, 2007. Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin
ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada
klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim
d. Keperawatan Primer
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari minggu. Ini merupakan metode yang memberikan
perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer
mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk
pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan
pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya. Kepala Ruangan
Ketua Tim Ketua Tim
Ketua Tim Staf
Staf Staf
Pasien Klien Pasien Klien
Pasien Klien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”
e. Sistem Manejemen Kasus
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus case manager bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien
selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :
1 Dengan dokter dan pasien tertentu
2 Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3 Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan
tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
Sarana Kepala
Dokter
Perawat
PP malam PP sore
PP pagi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus
f. Model Praktek Keperawatan Profesional MPKP
Yaitu suatu sistem struktur proses dan nilai-nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional
yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional MPKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan
manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, sistem kompetensi dan penghargaan.
B. Analisa Ruang Rawat
1. Pengkajian
Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir Obstetri Ginekologi dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012
melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi
ruangan, pelayanan asuhan kebidanan keperawatan, penyediaan sarana dan Kepala Ruangan
Staf Perawat Staf Perawat
Staf Perawat
PasienKlien PasienKlien
PasienKlien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan asuhan keperawatan kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran
kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5 orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan,
dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil
analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut: a.
Man Di ruang Anyelir saat ini memiliki empat belas orang pegawai yang
terdiri dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu VK dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan
pendidikan DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya berpendidikan DIII Kebidanan.
Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing melalui ujian yang dilakukan oleh direksi. Pegawai yang diterima, diorientasikan
selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai oleh Karu disampaikan kepada Kepala Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan
yang tepat untuk setiap pegawai.. 1
Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anyelir Tabel 1. Jumlah tenaga kerja
No. Jabatan
Pendidikan Jumlah
1. 2.
3. 4.
Kepala Poliklinik Karu VK
Karu Rawat Inap Pelaksana
DIII Kebidanan DIII Kebidanan
DIII Kebidanan DIII Kebidanan
1 orang 1 orang
1 orang 11 orang
Total
14 orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang membantu proses administrasi ruangan.
2 Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara
keseluruhan adalah minimal Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir
adalah sebagai berikut: Ruang Anyelir
:Rata-rata pasien x 100 Tempat tidur pasien
: 4 x 100 = 40
10 Douglas, Lovevidge dan cunning
Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan
waktu 1-2 jam24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam24 jam, perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam24 jam. Data pengkajian tanggal 09
Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga pada Tabel.3
Tabel.2 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga
Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga
Tingkat ketergantungan
Jumlah pasien
Pagi Sore
Malam
Minimal 4
4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56
4 x 0,07 = 0,28 Partial
- -
- -
Total -
- -
- Jumlah
4 8,15 = 8 orang
0,56 = 1 orang 0,28 = 1 orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Shift pagi : 1 orang
Shift siang : 1 orang
Shift malam : 1 orang
Faktor libur dan cuti = 25 x 4 = 1= 1 perawat Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan
pasien adalah: P + S + M + L+ 1 Karu = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 perawat
Tabel 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Anyelir berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002
No Kategori
Rata-rata jumlah pasienhari
Rata-rata jam perawatanhari
Total perawatanhari
1. Askep minimal
4 2
8
2. Askep sedang
- -
-
3. Askep agak berat
- -
-
4. Askep maksimal
- -
- 4
8
a Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah total perawatan = 8 = 1,14
Jam efektif perawat 7 b
Jumlah hari libur loss day: Jumlah hari minggutahun + cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif 52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3
286
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c Pekerjaan Non Keperawatan:
Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36
d Jumlah kebutuhan perawat:
Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan
1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap Anyelir
menurut Depkes adalah 2,1 orang + 1 orang kepala ruangan = 3 orang. Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus
Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga
sebanyak 9 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang perawat sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat melakukan tugas di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh
perawat. Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga
perawatbidan untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat bidan yang ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah
kepada kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada
kepala RS. Setelah disetujui oleh kepela RS, maka kepela divisi keperawatan akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawatbidan yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidanperawat di ruang
anyelir yang sedang mengikuti pendidikan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa minat bidan di Ruang Anyelir untuk melanjutkan pendidikannya kurang karena
faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan
pada tenaga perawatbidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan
tentang manajemen asuhan keperawatan.
Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur. Masalah- masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan
dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan. Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan
apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi
selalu bisa diatasi dengan baik. Kepala Poliklinikruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai,
malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak 3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan
perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinikruangan kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua
anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil kuesioner kepuasan kerja perawat yang dibagikan kepada 8 orang bidan di ruang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 menyatakan tidak puas dengan perlakuan atasan selama bekerja, 75 menyatakan cukup puas, dan 12,5 menyatakan
puas. Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada
5 orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100 pasien rawat inap puas dengan pelayanan di Ruang Anyelir
3 Kolaborasi dan Koordinasi
Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup baik. Perawat dan dokter biasanya berdiskusi bersama sebelum mengambil
keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
b. Metode
Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum, memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto
RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa :
Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:
”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya saing”
Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:
1 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap
karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II persero dan keluarganya. 2
Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang
profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima 4
Memberikan konstribusi yang optimal bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar
5 Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai
tambah
Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa:
“ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama pelayanan kesehatan bagi masyarakat kesehatan dan sekitarnya
Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa:
”Kami Peduli Kesehatan Anda” Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr.
G. L. Tobing adalah :
Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:
1 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan
keperawatan dan kebidanan yang berkualitas. 2
Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang
profesional.
Falsafah Keperawatan :
“Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan keluarga dengan cinta kasih untuk meningkatkan mutu kesehatan”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Motto Keperawatan :
“RSGLT “ : Ramah Senyum
Gigih Lues
Terampil
Tujuan Umum:
1 Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.
2 Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan pasien berdasarkan standar profesi keperawatan standar asuhan keperawatan SAK, standar etika keperawatan, standar komunikasi
terapeutik, standar prosedur operasional SPO. 3
Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan produktivitas kerja.
4 Meminimalkan infeksi nosokomial.
5 Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan SAK yang
menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar Prosedur Operasional SPO. Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang
Anyelir adalah :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 Menurunkan angka kematian ibu dan bayi 24 jam pertama.
2 Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa
sakit. 3
Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan Rooming In.
4 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui,
memandikan, pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene membersihkan tali pusat.
5 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil.
6 Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari.
Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK, SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga
memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi
hanya berupa pemberian informasi dan diskusi. Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa
mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan
kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan kesehatan kepada pasien.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan.
Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan bidan di ruang Anyelir. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bidan selalu
mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan kebidanan kepada pasien.
Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab PJ dan tiap
PJ melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab. Dari hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan
dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli
didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat
oleh RS dr. G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan
kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug. Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS dr.
G. L. Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah
melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat. Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam
mengelola peralatan inventaris. Biasanya pengecekan alat-alat medis dilakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan secara keseluruhan tidak dilakukan secara teratur.
c. Money
Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.
Tenaga perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan jabatan masing-masing di ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian
keuangan rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang digunakan pasien.
d. Material
Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis
pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang
Anyelir sebagai berikut : 1
Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali.
Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun
dilakukan secara baik yaitu disimpan dalam lemari. 2
Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya
disimpan di gudang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat
sampah benda tajam, tempat sampah infeksi dan non infeksi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Analisa Situasi
a. Man
Kekuatan Strenght
Kelemahan Weakness
Kesempatan Opportunity
Ancaman Threatened
Seluruh tenaga bidan di
Ruang Anyelir RS dr. G.
L. Tobing merupakan lulusan D3
Kebidanan.
Semua perawatbidan Ruang Anyelir
memiliki pengalaman kerja yang cukup lama
23 tahun.
Dari hasil kuesioner
didapat data bahwa 100 perawatbidan
menyatakan cukup puas dengan pekerjaanya.
Dari hasil kuesioner
kepuasan pasien diperoleh data bahwa
100 pasien merasa cukup puas terhadap
pelayanan yang diberikan oleh
perawatbidan.
Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien.
Belum memiliki SAK.
Belum menjalankan SPO secara optimal.
Pendidikan kapolikaru yang
tidak mencapai standar keprofesionalan seorang
karukapoli.
Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi.
Adanya mahasiswa yang praktek di ruang anylir rata-
rata 2-4 orang per minggu.
RS. G.L Tobing memberi kesempatan kepada pegawai-
pegawai yang berkeinginan melanjutkan pendidikan.
Adanya persaingan
mutu pelayanan dengan rumah sakit
lain sehingga harus
meningkatkan mutu pelayanan.
RS G.L. Tobing merupakan rumah sakit tipe C.
Era globalisasi yang menuntut
adanya pelayanan keperawatan kebidanan yang berkualitas dan
bermutu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adanya pembagian
waktu kerja yakni 3 shift pagi, siang dan
malam.
Pegawai mendampingi pasien saat visite
dokter.
Sebanyak 100 pasien menyatakan puas
terhadap pelayanan yang diberikan oleh
perawatbidan di ruang Anyelir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Metode
Kekuatan Strenght
Kelemahan Weakness
Kesempatan Opportunity
Ancaman Threatened
Ruang Anyelir sudah
memiliki struktur organisasi yang jelas.
Ruang Anyelir memilik
Standar Prosedur Operasional SPO.
Adanya ketetapan
jadwal buka-tutup dan sudah
terlaksana dengan baik
Setiap ada konflik
langsung diselesaikan bersama-sama
Dari hasi kuesioner
yang dibagikan, didapat bahwa 12,5
menyatakan tidak puas dengan perilaku
pemimpin, 75 cukup puas, dan 12,5 puas.
Ruang Anyelir belum
memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.
Ruang Anyelir belum
memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas belum
memiliki sistem pendelegasian tugas secara
tertulis.
Tidak ada jadwal pertemuan
rutin pegawai di ruang Anyelir
Supervisi hanya dilakukan
oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu
yang tidak ditentukan.
Dokumentasi Asuhan kebidanan belum optimal
dilaksanakan
RS GL. Tobing memberikan pelayanan pada pasien
Jamsostek, Jamkesmas, dan umum.
Adanya tuntutan akan pelayanan
keperawatan yang lebih profesional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Money
Kekuatan Stenght
Kelemahan Weakness
Kesempatan Opportunity
Ancaman Ihreatened
Ruangan Ruang
Anyelir memiliki sistem budgeting yang
diatur langsung oleh direktorat Rumah Sakit
baik untuk pelayanan maupun untuk
penggajian pegawai ruangan.
Tunjangan diberikan
sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan
oleh RS GL. Tobing
Sistem pembayaran biaya pelayanan
kesehatan di bagian keuangan RS GL
Tobing.
Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih
manual.
Adanya bantuanjaminan pembayaran bagi masyarakat
miskin melalui JAMKESMAS jaminan kesehatan
msyarakat,
Jamsostek Jaminan Sosial dan Tenaga
Kerja,
RS GL Tobing memberikan tunjangan seperti tunjangan
kontrakan rumah, tunjangan transportasi, tunjangan jabatan.
Rumah sakit lain yang
mempunyai donaturyayasan untuk meningkatkan kebutuhan
rumah sakit dengan dana yang tinggi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Material
Kekuatan Strenght
Kelemahan Weakness
Kesempatan Opportunity
Ancaman Threatened
Perawatan alat-alat
dilakukan setiap saat setelah alat dipakai
ataupun pasien keluar dari ruangan yaitu
dengan dibersihkan dan dirapikan.
R
R u
u a
a n
n g
g A
A n
n y
y e
e l
l i
i r
r m
m e
e m
m i
i l
l i
i k
k i
i 1
1 b
b e
e d
d .
.
R R
u u
a a
n n
g g
a a
n n
s s
u u
d d
a a
h h
m m
e e
m m
i i
l l
i i
k k
i i
p p
e e
m m
b b
u u
a a
n n
g g
a a
n n
s s
a a
m m
p p
a a
h h
m m
e e
d d
i i
s s
d d
a a
n n
n n
o o
n n
m m
e e
d d
i i
s s
. .
R
R u
u a
a n
n g
g a
a n
n m
m e
e m
m i
i l
l i
i k
k i
i s
s a
a r
r a
a n
n a
a k
k o
o m
m u
u n
n i
i k
k a
a s
s i
i t
t i
i d
d a
a k
k l
l a
a n
n g
g s
s u
u n
n g
g s
s e
e p
p e
e r
r t
t i
i p
p a
a p
p a
a n
n p
p e
e n
n g
g u
u m
m u
u m
m a
a n
n y
y a
a n
n g
g d
d a
a p
p a
a t
t d
d i
i m
m a
a n
n f
f a
a a
a t
t k
k a
a n
n .
.
Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun,
belum ada pendokumentasian data
setiap hari.
Tidak adanya
penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di
Ruang Anyelir.
Adanya keterbatasan alat- alat medis
Belum adanya label nama
tempat sampah medis dan non-medis, benda tajam.
Adanya kebutuhan dana
anggaran dari PTPN 2 yang memasok dan mensubsidi
peralatan di rumah sakit.
Rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas yang lebih
lengkap.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Rumusan Masalah
a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien. b.
Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO. c.
Pendidikan kapolikaru yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karukapoli.
d. Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi. e.
Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas. f.
Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis.
g. Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan.
h. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir.
i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu
yang tidak ditentukan. j.
Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. k.
Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual. l.
Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada pendokumentasian data setiap hari.
m. Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang
Anyelir. n.
Adanya keterbatasan alat-alat medis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
o. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non
medis, benda tajam.
4. Rencana Penyelesaian Masalah
Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa
rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi
dari beberapa perumusan masalah yang diperoleh adalah : a.
Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.
Intervensi yang akan dilakukan : 1
Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.
2 Penyediaan beberapa topik leaflet.
3 Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.
4 Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.
5 Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa
profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. b.
Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. Intervensi yang akan dilakukan :
1 Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist kepada
kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan
aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawatbidan di
ruang Anyelir RS G. L. Tobing. 3
Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.
c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non
medis, benda tajam. Intervensi yang akan dilakukan :
1 Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda
tajam. 2
Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No Masalah
Tujuan Rencana Tindakan
Waktu Penanggung Jawab
1. Pegawai kurang
optimal dalam melakukan
pendidikan kesehatan
kepada pasien Meningkatkan
pengetahuan pasien yang berhubungan dengan
penyakit pasien dan yang sesuai dengan
kebutuhannya
Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan
secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.
Penyediaan beberapa topik leaflet.
Penyediaan tempat leaflet yang akan
diletakkan di meja nurse station.
Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang
Anyelir.
Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh
mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU
25 Juni 2012
Riskina Syahputri Nasution, S. Kep
Wahyu Ningsih
Lase, S. Kep
2. Dokumentasi
Asuhan kebidanan belum
optimal dilaksanakan
Melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan yang
ada di ruang Anyelir
Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan kepada kepala
bidang keperawatan RS G. L. Tobing.
Sosialisasi format dokumentasi
asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi
asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus
kepada kepala divis keperawatan dan perawatbidan di ruang Anyelir
RS G. L. Tobing.
Pendokumentasian asuhan
28 Juni 2012 Erwina Irwan, S.Kep
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU
3. Belum adanya
pelabelan nama di setiap tempat
sampah medis, non medis, dan
benda tajam. Untuk mengetahui secara
jelas nama tempat sampah medis dan non-medis serta
menghindari terjadinya pencampuran sampah
medis dan non-medis.
Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan
benda tajam.
Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.
26 Juni 2012 Septian M.
Sebayang, S.Kep
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Implementasi
Berdasarkan data pengkajian dan perumusan masalah yang telah didapat, maka dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:
a. 21 Juni 2012 dilakukan sosialisasi mengenai rencana kegiatan yang akan
dilakukan di Ruang Anyelir. Kegiatan ini diikuti oleh kepala bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir.
b. 25 Juni 2012 diusulkan beberapa leaflet dan poster yang akan dijadikan
media pendidikan kesehatan di Ruang Anyelir. c.
26 Juni 2012 telah dilakukan penempelan label tempat sampah di Ruang Anyelir yang terdiri dari sampah medis, sampah non medis, benda tajam,
dan botol d.
28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan
Nic Noc dengan metode checklist e.
02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi
pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan poster, leaflet serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station.
6. Evaluasi
a. Pada tanggal 21 Juni 2012, pukul 11.00 WIB, sosialisasi rencana kegiatan
dilakukan dalam ruang nurse station yang diikuti oleh kepala bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir. Kegiatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berjalan dengan lancer dan rencana kegiatan yang akan dilakukan disetujui oleh kepala bidang keperawatan dan seluruh pegawai di Ruang Anyelir.
b. Pada tanggal 25 Juni telah diusulkan beberapa jenis poster dan leaflet. Saat
dikonsulkan, kepala bidang keperawatan memberikan beberapa saran mengenai penyajian media pendidikan kesehatan tersebut seperti perbaikan
istilah dan beberapa gambar. c.
Pada tanggal 26 Juni 2012 dilakukan pelabelan tempat sampah sehingga sampah di ruangan tidak tercampur
d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan
bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist. Format tersebut mendapat beberapa revisi
mengenai istilah dalam format pengkajian agar lebih disederhanakan. e.
02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi
pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan dua buah poster yang berjudul ASI Eksklusif dan Perdarahan Uterus Disfungsional,
lima buah jenis leaflet yang berjudul ASI Eksklusif, Gizi Ibu Menyusui, Perawatan Payudara, Perdarahan Uterus Disfungsional, dan Myoma Uteri,
serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station. Saat dilakukan pengenalan format tersebut, terdapat beberapa pertanyaan mengenai istilah,
cara pengisian, dan lain-lain. Pegawai aktif bertanya dan berdiskusi dalam kegiatan ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
C. Pembahasan
1. Manajemen Ruangan
Ruang Anyelir merupakan suatu ruangan dengan sistem fungsional. Menurut Kozier Erb 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995, sistem fungsional
memiliki sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil
pengkajian, Ruang Anyelir memiliki beberapa masalah yaitu pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dokumentasi
asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan, serta belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis, non medis, benda tajam, dan botol infus.
a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan, pegawai tidak memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Rahman 2008 mengatakan bahwa pendidikan kesehatan
merupakan ilmu pengetahuan yang harus diberikan pada pasien dan keluarga pasien sesuai kebutuhannya.. Oleh karena itu, kelompok mengajukan pengusulan
kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien, menyediaan beberapa topik leaflet, menyediaan tempat
leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station, serta membuat poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. Mahasiswa profesi Ners
Fakultas Keperawatan USU juga menjadi role model melalui pemberian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pendidikan kesehatan sehingga dapat menjadi contoh bagi pegawai untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien.
b. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum optimal
Tidak terlaksananya asuhan keperawatan yang belum optimal merupakan salah satu masalah yang muncul di Ruang Anyelir. Untuk mengatasi
hal tersebut, mahasiswa membuat format pengkajian dan asuhan keperawatan dengan bentuk checklist sehingga dapat dijadikan alat komunikasi antar petugas
kesehatan. Saat dilakukan sosialisasi format pengkajian dan asuhan keperawatan, pegawai di Ruang Anyelir merasa sangat terbantu walau beberapa kesulitan
muncul terkait pengisian format tersebut. Untuk memudahkan pengisian format, mahasiswa juga memberikan petunjuk teknis pengisian sehingga pegawai
memiliki panduan untuk menerapkan dokumentasi asuhan keperawatan. c.
Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah media, non medis, benda tajam, dan botol infus.
Ruang Anyelir telah memiliki tempat sampah sesuai dengan jenisnya, tetapi belum terdapat label di setiap tempat sampah. Hal ini tidak menutup
kemungkinan tercampurnya sampah dengan jenis yang berbeda seperti tercampur antara sampah medis dan non medis. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa
melengkapinya dengan membuat label tempat sampah bagi sampah medis, non medis, benda tajam dan botol infus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Pasien Kelolaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan
Perdarahan Uterus Disfunsional PUD sehingga untuk manajemen asuhan keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan
uterus disfungsional. Data pasien yang diperoleh saat pengkajian adalah Nn. H datang dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi dengan lama
menstruasi lebih dari tujuh hari. Pasien tampak lemah dan pucat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan darah : 110 70 mmHg, HR: 80 x
menit, RR: 20x menit, Hb: 5.6 mgdL. Hal ini sesuai dengan pedapat Suseno 2007 yang mengatakan bahwa manifestasi klinis dari Perdarahan Uterus
Disfungsional diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih.
Berdasarkan pengkajian, maka mahasiswa merumuskan lima diagnose keperawatan yaitu:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen pengiriman dari kebutuhan a.
Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan
c. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak
Selama dirawat di rumah sakit, Nn. H mendapat asuhan keperawatan sesuai diagnose yang muncul. Pendidikan kesehatan mengenai PUD juga
diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai PUD. Pasien dirawat selama tiga hari dengan kondisi membaik. Saat pulang
pasien tampak segar, dengan nilai Hb: 15.6 mgdL.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian
Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal tanpa penyebab organik gangguan organ seperti kemungkinan kehamilan, tumor,
infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya Yahya, 2008. Kadarusman 2005 mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya, yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional
mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau
gangguan sistemik lain. Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-
kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya Kadarusman, 2005. Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus
disfungsional dapat dibagi seperti tabel 4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional PUD dan bentuk kelainannya
Dasar Kelainan Bentuk Klinis
Ovulasi
PUD ovulatorik
PUD anovulatorik Siklus
Metroragia
Polimenorea
Oligomenorea
Amenorea
Jumlah perdarahan
Menoragia
Perdarahan bercak pra haid
Perdarahan bercak paca haid Anemia
PUD ringan
PUD sedang
PUD berat
Kadarusman, 2005 Pada perdarahan uterus disfungsional ovulatorik, perdarahan abnormal
terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang,
insufisiensi atau persistensi korpus luteum. Sedangkan pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik, perdarahan abnormal terjadi pada siklus anovulatorik
dimana dasarnya adalah defisiensi progesteron dan kelebihan progesteron akibat tidak terbentuknya korpus luteum aktif, karena tidak terjadinya ovulasi
Kadarusman, 2005.
2. Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab dengan siklus ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Suseno 2007 terdapat beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain :
a. Kegemukan obesitas
b. Faktor kejiwaan
c. Alat kontrasepsi hormonal
d. Alat kontrasepsi dalam rahim intra uterine devices
e. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim DUB, misalnya:
trombositopenia kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah, Diabetes Mellitus, dan lain-lain
f. Tumor organ reproduksi, kista ovarium polycystic ovary disease, infeksi
vagina, dan lain-lain
3. Patofisiologi
Menurut Prawiraharjo 2000 mengatakan bahwa secara kausal, perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik,
maupun pada keadaan dengan folikel persisten. a.
Pada siklus ovulatorik, perdarahan dapat dibedakan menjadi : 1
Perdarahan pada pertengahan siklus Perdarahan yang sedikit dan singkat. Penyebabnya karena rendahnya
kadar esterogen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium
Perdarahan yang terjadi banyak dan memanjang. Penyebabnya adalah korpus luteum persisten, kadar esterogen rendah sedangkan progesteron terus
terbentuk. 3
Perdarahan bercak, pra haid, dan pasca haid Hal ini disebabkan insufisiensi korpus luteum sedangkan pasca haid
disebabkan defisiensi esterogen sehingga regenerasi endometrium terganggu. b.
Pada siklus anovulatorik, dasar perdarahan pada keadaan ini adalah tidak adanya ovulasi karena tidak terbentuknya korpus luteum yang disebabkan
defisiensi progesteron dan kelebihan esterogen. Perdarahan yang terjadi dapat normal, sedikit atau banyak, dengan siklus yang teratur atau tidak teratur.
c. Perdarahan uterus disfungsional pada keadaan folikel persisten sering
dijumpai pada masa perimenopause dimana terjadi hiperplasi endometrium oleh karena pengaruh esterogen baik jenis adenomatosa maupun atipik. Mula-mula
haid biasa kemudian terjadi perdarahan bercak yang selanjutnya dan diikuti oleh perdarahan yang makin banyak terus menerus dan disertai gumpalan.
4. Manifestasi Klinik
Perdarahan rahim dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diprediksikan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada
anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang dapat timbul
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih Suseno, 2007.
a. Pada siklus ovulasi
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan
kurang lebih 10 dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek polimenorea atau panjang oligomenorea. Untuk menegakan diagnosis,
pengambilan sampel perlu dilakukan pada masa mendekati haid. Apabila siklus haid tidal tidak lagi dikenali karena perdarahan yang lama dan tidak teratur,
bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe
sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipertimbangkan sebagai etiologi : a.
Korpus luteum persistensi Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar dan
dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur. b.
Insufisiensi korpus luteum Hal ini menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau
polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis ditegakkan apabila hasil biopsi
endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Apopleksia uteri
Wanita dengan hipertensi dapat mengalami pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam b.
Pada siklus tanpa ovulasi anovulation mekanisme pembekuan darah.
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya sehingga
perdarahan rahim berkepanjangan Suseno, 2007. Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu
fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah
pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini
diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas
dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses
maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause
proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancer Handoko, 2005. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk
menentukan ada tidaknya tumor ganas Handoko, 2005.
5. Terapi
Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam
tubuh, dan menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu. Apabila pasien memiliki kontraindikasi
untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan. Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang
diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien
yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi
operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan Kadarusman, 2005.
a. Pasien ditemukan pada waktu episode perdarahan berat
Dalam situasi ini, terapi yang diberikan bersifat darurat. Terdapat dua metode yaitu kuretase dan memberikan hormone. Hormon yang dipilih biasanya
adalah combined equine estrogen CEE, 25 mg diberikan secara intravena dan diulangi setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. CEE dengan dosis ini dapat menyebabkan
mual yang berat pada bebepara wanita. Setelah CEE dapat menghentikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perdarahan, harus diberikan progestogen selama 14 hari untuk menginduksi perubahan sekresi dan kemudian pelepasan endometrium. Sebagai pengganti CEE
dapat diberikan 17-hidroksiprogesteron asetat 125-250 mg secara intramuscular, atau norethisteron20-30 mg per oral setiap hari dalam dosis terbagi selama 4 hari.
Jika digunakan progestogen, mungkin akan terjadi withdrawal bleeding 3-6 hari kemudian. Hal ini dapat dihindarkan jika norethisteron 5-10 mg diteruskan
selama 20 hari Llewellyn-Jones, 2002. b.
Pasien ditemukan diantara episode perdarahan Dalam situasi ini terdapat beberapa pilihan yang dibagi dalam dua
kelompok utama yaitu pengobatan hormonal dan pengobatan secara bedah Llewellyn-Jones, 2002.
1 Pengobatan hormonal
Terdiri dari progestogen, kontrasepsi oral, Danazol, dan Levonorgestrel intrauterine device.
2 Terapi bedah
Kuretase
Kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang singkat, tetapi biasanya kambuh kembali dalam jangka 4-6 bulan.
Ablasi Endometrium
Konsep prosedur ini adalah mengadakan ablasi lapisan basal endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi, dan
menoragi dapat sembuh. Keuntungan dari ablasi endometrium adalah tindakan ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kurang invasif dan kurang nyeri dibandingkan histerektomi. Masa penyembuhan 3-7 hari.
Histerektomi
Histerektomi yaitu pengangkatan uterus melalui pembedahan. Histerektomi dilakukan sebagai tindakan untuk penanganan keganasan dan
kondisi bukan keganasan tertentu, menongontrol perdarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh atau rupture uteri yang tidak
dapat diperbaiki Doenges, 2002
6. Komplikasi
Menurut Suseno 2007, perdarahan uterus disfungsional memiliki beberapa komplikasi yaitu:
a. Infertilitas dari kurangnya
b. ovulasi
Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau c.
berat Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup faktor
kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1 Aktivitas Istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise umum
Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan rendah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
2 Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis yaitu menstruasi berat
Palpitasi takikardi kompensasi
3 Integritas Ego
Keyakinan agama budaya mempengaruhi pilihan pengobatan seperti
penolakan transfuse darah 4
Eliminasi
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urin 5
Makanan Cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah masukan produk sereal tinggi
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Mualmuntah, dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan BB
Tidak pernah puas mengunyah
6 Higiene
Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi
7 Neurosensori
Sakit kepala, berdenyut, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, sensasi menjadi dingin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8 Nyeri Ketidaknyamanan
Nyeri abdomen samar, sakit kepala
9 Pernafasan
Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas
10 Seksualitas
Perubahan aliran menstruasi seperti menoragia atau amenore
Hilang libido
Doenges, 2002 11
Pemeriksaan Ginekologik Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik seperti perlukaan genitalia, erosiradang atau polip serviks, mioma uteri, dll. Pada wanita usia pubertas biasanya umumnya tidak diperlukan kerokan. Pada
wanita premenopause perlu dilakukan untuk memastikan ada tidaknya keganasan Prawiroharjo, 2000.
12 Pemeriksaan Penunjang
Kelainan organik yang kecil pada genitalia interna seringkali sulit dinilai apalagi pada wanita yang belum menikah, penilaian yang dilakukan per rectal
lebih sulit. Untuk itu dianjurkan penggunaan alat bantu diagnostik, seperti : 1
Biopsy endometrium pada wanita yang sudah menikah 2
Laboratorium darah dan fungsi hemostasis 3
Ultrasonografi USG 4
Tera radioimunologik TRI atau radio imuno assay Prawiroharjo, 2000.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Diagnosa
1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen nutrisi ke sel 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan
4 Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi 5
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
6 Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
7 Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan
8 Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak
c. Intervensi
Dx.1: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen nutrisi ke sel
Hasil yang diharapkan: Menunjukkan perfusi adekuat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat.
Intervensi: 1
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit membran mukosa, dasar kuku
Rasional: Memberi informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
2 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler
3 Awasi upaya pernafasan
Rasional: Dispnea menunjukkan gejala penyakit jantung koroner karena regangan jantung lama peningkatan kompensasi curah jantung
4 Kaji untuk respons verbal yang melambat, gangguan memori, bingung
Rasional: Mengindikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia 5
Orientasi ulang pasien sesuai kebutuhan Rasional: Membantu memperbaiki proses pikir
6 Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi Rasional: Rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan tubuh
7 Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas
Rasional: Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen 8
Awasi pemeriksaan laboratorium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rasional: Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan respons terhadap terapi
9 Berikan sel darah merah lengkap, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat
untuk komplikasi transfusi Rasional: Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki
defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
Dx.2: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan
Hasil yang diharapkan: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas termasuk aktivitas sehari-hari, menunjukkan penurunan tanda
fisiologis intoleransi nadi, pernafasana, tekanan darah dalam rentang normal
Intervensi : 1
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal. Catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas
Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi bantuan 2
Kaji gangguan atau keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot Rasional: menunjukkan perubahan neurologi yang mempengaruhi keamanan
pasien 3
Awasi nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa sejumlah oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan
paru 4
Beri lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan Rasional: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh 5
Rencanakan kemajuan akitivitas dengan pasien Rasional: Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal
6 Gunakan teknik penghematan energi
Rasional: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan
7 Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,
nafas pendek, kelemahan, atau pusing. Rasional: Regangan stress kardipulmonal berlebihan dapat menimbulkan
dekompensasi kegagalan
Dx.3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau
absobsi nutrient yang diperlukan Hasil yang diharapkan: Menunjukkan peningkatan berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Intervensi: 1
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2 Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional: mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
3 Timbang berat badan tiap hari
Rasional: Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi
4 Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan siantara waktu
makan Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster 5
Observasi dan catat kejadian mualmuntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan
Rasional: Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia pada organ 6
Berikan dan bantu higiene mulut yang baik Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral
Dx.4: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
Hasil yang diharapkan: Mempertahakan integritas kulit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Intervensi: 1
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, dan gangguan warna Rasional: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, imobilisasi
2 Ubah posisi secara periodic dan pijat pada permukaan tulang bila pasien
tidak bergerak atau di tempat tidur Rasional: Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit
3 Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun
Rasional: Area lembab, terkontaminasi member media yang sangat baik untuk pertumbuhan oranisme patogenik
4 Bantu latihan rentang gerak aktif atau pasif
Rasional: Meningkatkan sirkulasi jaringn, mencegah stasis
Dx.5: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
Hasil yang diharapkan: Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah menurunkan resiko infeksi
Intervensi: 1
Tingkatkan cuci tangan yang baik untuk pemberi perawatan dan pasien Rasional: Mencegah kontaminasi silang.
2 Pertahankan teknik aseptik pada prosedur perawatan
Rasional: Menurunkan resiko infeksi bakteri 3
Tingkatkan masukan cairan adekuat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rasional: membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
4 Pantau suhu. Catat adanya menggigil
Rasional: Adanya proses inflamasi infeksi membutuhkan evaluasi pengobatan
Dx.6: Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan
rencana pengobatan, melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup
Intervensi: 1
Berikan informasi tentang Perdarahan Uterus Disfungsional. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya penyakit
Rasional: Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat
2 Jelaskan tindakan yang berhubungan dengan terapi
Rasional: Menjelaskan prosedur dapat mengurangi rasa takut pada pasien 3
Peringatkan tentang kemungkinan reaksi sistemik Rasional: Kemungkinan efek samping terapi memerlukan evaluasi ulang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dx.7: Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan Hasil yang diharapkan: Ansietas berkurang atau dapat dikontrol
Intervensi: 1
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien Rasional: Mengidentifikasi keadaan psikologis pasien
2 Selidiki dengan pasien tentang pasien teknik yang telah dimiliki, dan yang
belum dimiliki untuk mengurangi ansietas di masa lalu Rasional: Mengidentifikasi kemampuan pasin dalam mengatasi cemas,
membantu identifikasi pemberian intervensi 3
Tentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien Rasional: Menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya 4
Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
Rasional: Memberi arti penghilang respons ansietas, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
Dx.8: Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak Hasil yang diharapkan: Mampu memberikan kebutuhan fisik, psikologi, social,
dan spiritual bagi anak Intervensi:
1 Dukung pengungkapan perasaan
Rasional: Memberi rasa nyaman pada orangtua untuk mengungkapkan perasaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Bantu orangtua mengidentifikasi defisit dalam kemampuan menjadi
orangtua Rasional: Membantu mencari masalah yang dihadapi orangtua
3 Beri penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua
Rasional: Dukungan dapat memberi bantuan psikologis orangtua 4
Bantu keluarga dengan penyelesaian konflik Rasional: Penyelesaian konflik dapat memperbaiki peran orangtua
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Nn. H
Umur : 13 tahun
Jenis : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jln. Patumbak, No. 257, Medan
Tanggal Masuk : 13 Juni 2012
No. Register : 06 16 12
Diagnosa medis : Perdarahan Uterus Disfungsional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Riwayat Kesehatan
1 Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Juni 2012 dan didapatkan hasil pengkajian Nn. H dirawat di RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa dengan
keluhan perdarahan hebat saat menstruasi dengan lama menstruasi lebih dari tujuh hari.
2 Riwayat kesehatan lalu
Awal menstruasi umur 12 tahun dengan lama menstruasi lebih dari tujuh hari. Dua bulan terakhir, menstruasi tidak berhenti selama dua minggu dengan
perdarahan hebat. Nn. H juga mengalami pingsan akibat kelemahan pada saat menstruasi. Selama ini, klien mengkonsumsi makanan tinggi protein untuk
mengatasi kelemahan yang dialaminya. 3
Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan keluarga tidak ada riwayat perdarahan. Keluarga klien
juga tidak mengalami riwayat hipertensi, diabetes melitus atau hepatitis B.
c. Pola Fungsional
1 Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien sebelumnya tidak tahu bahwa klien mengalami perdarahan abnormal dari menstruasi. Selama ini, klien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan
berupa obat penambah darah atau vitamin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Pola Nutrisi dan Metabolik
Saat dilakukan pengkajian klien malas makan teratur dengan gizi seimbang. Klien makan tiga kali sehari tetapi dengan porsi kecil. Pasien
mengalami mual muntah. 3
Pola Eliminasi Saat dilakukan pengkajian, klien tidak mengalami masalah terhadap
eliminasi bowel maupun urinnya. Klien BAB setiap hari dan BAK sekitar 5-6 kali sehari dengan warna urin kuning jernih.
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pada saat dilakukan pengkajian mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Tetapi klien mengatakan bahwa mudah lelah bila terlalu lama
beraktifitas. 5
Pola Istirahat dan Tidur Klien mengalami sulit untuk tidur. Klien jarang terbangun di malam
hari. Klien juga jarang tidur siang. Biasanya klien tidur pukul 22.00 wib dan bangun pada pukul 06.00 wib.
6 Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Kemampuan sensasi penglihatan, pendengaran, penghidung, pengecapan, dan perabaan klien baik. Klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan seperti kacamata. Klien jugs tidak ada masalah dengan kemampuan mengingat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7 Pola Hubungan dengan Orang Lain
Klien kurang dapat bergaul baik dengan lingkungan sekitar. Klien tampak pendiam dan lebih sering berkomunikasi dengan orangtuanya.
8 Pola Reproduksi dan Seksual
Klien mengerti mengenai fungsi seksual maupun reproduksinya, karena klien mengatahuinya dari orang tua dan sumber lainnya.
9 Persepsi Diri dan Konsep Diri
Klien berharap bisa cepat pulang. Perasaan klien saat ini adalah merasa cemas dengan keadaannya yang merasa lemah. Klien sudah dapat menerima apa
yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa rendah diri dengan keadaannya sekarang.
10 Pola Mekanisme Koping
Dalam mengambil keputusan, Nn. H selalu membicarakan terlebih dahulu kepada keluarganya dan mempercayakan segala keputusan kepada
orangtuanya. 11
Pola Nilai Kepercayaan Keyakinan Menurut pasien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah SWT. Tidak
ada pertentangan dengan nilai kebudayaan yang dianut terhadap pengobatan yang dijalani saat ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Pengkajian Fisik
1 Keadaan umum : Tampak lemah, wajah pucat
2 Kesadaran
: Compos mentis 3
TTV : TD =11070 mmHg
Suhu =37,1 Nadi=80 xmenit
Respirasi=20 xmenit C
4 Kepala
: Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, warna rambut hitam, tebal, dan bersih
5 Mata
: Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak terjadi penurunan kemampuan penglihatan.
6 Hidung
: Bersih, tidak ada polip, tidak ada penggunaan bantuan oksigen
7 Telinga
: Bersih, tidak ada serumen, pendengaran jelas. 8
Mulut : Bersih, mukosa bibir kering, bibir tampak pucat
9 Leher
: Tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran tiroid 10
Dada : Simetris
11 Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Palpasi : Normal
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler
12 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics 5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada suara gallop
13 Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Auskultasi : Bising usus +
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Soepel
14 Ekstremitas atas : Tidak ada edema, tangan kiri terpasang infus RL 20
tetesmenit, tidak ada kemerahan 15
Ekstremitas bawah :Tidak terdapat edema 16
Genitalia : Lochea rubra, warna merah segar
17 Kulit
: Bersih,warna kuning langsat, turgor sedang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Analisa Data
No Data
Etiologi Masalah
1. DS:
Orangtua Os mengatakan bahwa Os malas makan dan jika makan
hanya dengan porsi sedikit DO :
Nafsu makan rendah Bising usus +
Konjungtiva pucat BB: 38 kg, TB: 152 cm
normal BB : + Adanya mual muntah
46.8 kg Keridakseimbangan
hormon
Estrogen rendah; Progesteron tetap
terbentuk
Progesteron meningkat
menyebabkan mual
Kehilangan nafsu makan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. DS:
Os mengatakan mudah lelah jika beraktivitas
DO: Konjungtiva pucat
Hb: 5,6 mgdL TD: 11070 mmHg
HR: 80xmenit RR: 20x menit
Pasien tampak pucat dan lemah Perdarahan
Penurunan kadar Hb dalam darah
Tidak adekuat suplai oksigen
Kelemahan
Intoleransi aktivitas Intoleransi
aktivitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.
DS: Os mengatakan tidak tahu
mengenai penyakitnya DO:
Os sering bertanya tentang penyakitnya
Os merasa cemas Kurang informasi
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan Kurang
pengetahuan kebutuhan
belajar tentang kondisi prognosis
dan kebutuhan pengobatan
4. DS:
Os mengatakan takut jika berada di rumah sakit
DO: Pengetahuan tentang
penyakitnya rendah TD rendah 11070 mmHg
Adanya mual Adanya kesulitan untuk tidur
Perdarahan
Perubahan status kesehatan
Ansietas Ansietas
5.
DS: Orangtua Os mengatakan bahwa
tidak mampu mengatasi penyakit anaknya
DO: Os sering sakit pingsan
Perubahan status kesehatan kondisi
sakit
Kebutuhan perawatan
Perubahan menjadi orangtua
Perubahan menjadi orangtu
a
3. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen pengiriman dari kebutuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan
e. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak
4. Intervensi
No. Diagnosa
TujuanKriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Rasional 1.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampu
an mencerna makanan atau
absobsi nutrient yang
diperlukan Hasil
yang diharapkan:
Menunjukkan peningkatan berat
badan stabil dengan nilai
laboratorium normal
Kaji riwayat
nutrisi, termasuk
makanan yang disukai
Observasi dan
catat masukan makanan
pasien
Timbang berat
badan tiap hari
Berikan makan sedikit dan
frekuensi sering dan
atau makan siantara waktu
makan
Observasi dan
catat kejadian mualmuntah,
flatus dan gejala lain
yang berhubungan
Mengidentifikasi
defisiensi, menduga
kemungkinan intervensi
Mengawasi
masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi
makanan
Mengawasi
penurunan berat badan atau
efektifitas intervensi nutrisi
Makan sedikit
dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan
juga mencegah distensi
gaster
Gejala GI dapat menunjukkan efek
anemia pada organ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimba
ngan antara suplai oksigen
pengiriman dari kebutuhan
Hasil yang diharapkan:
Melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas termasuk
aktivitas sehari- hari,
menunjukkan penurunan tanda
fisiologis intoleransi nadi,
pernafasan, tekanan darah
dalam rentang normal
Kaji
kemampuan pasien untuk
melakukan aktivitas
normal. Catat laporan
kelelahan, keletihan, dan
kesulitan menyelesaikan
tugas
Kaji gangguan
atau keseimbangan
gaya jalan, kelemahan otot
Awasi nadi,
tekanan darah, pernafasan
selama dan sesudah
aktivitas. Catat respon
terhadap tingkat
aktivitas
Beri
lingkungan tenang.
Pertahankan tirah baring
bila diindikasikan
Rencanakan
kemajuan akitivitas
dengan pasien
Anjurkan pasien untuk
menghentikan aktivitas bila
palpitasi, nyeri dada, nafas
pendek, kelemahan,
Mempengaruhi
pilihan intervensi bantuan
Menunjukkan perubahan
neurologi yang mempengaruhi
keamanan pasien
Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk membawa
sejumlah oksigen tubuh
dan menurunkan
regangan jantung dan paru
Meningkatkan
istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh
Meningkatkan
secara bertahap tingkat aktivitas
sampai normal
Regangan stress kardipulmonal
berlebihan dapat menimbulkan
dekompensasi kegagalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atau pusing 3.
Kurang pengetahuan
kebutuhan belajar
tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang
informasi Kriteria hasil:
Menyatakan pemahaman
proses penyakit, prosedur
diagnostik, dan rencana
pengobatan, melakukan
tindakan yang perlu
atau perubahan pola
hidup
Berikan informasi
tentang Perdarahan
Uterus Disfungsional.
Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya
penyakit
Jelaskan
tindakan yang berhubungan
dengan terapi
Peringatkan tentang
kemungkinan reaksi sistemik
Memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien
dapat membuat pilihan yang tepat
Menjelaskan prosedur dapat
mengurangi rasa takut pada pasien
Kemungkinan
efek samping terapi
memerlukan evaluasi ulang
4. Ansietas b.d
ancaman atau perubahan
pada status kesehatan
Hasil yang diharapkan:
Ansietas berkurang atau
dapat dikontrol
Kaji dan dokumentasi
tingkat kecemasan
pasien
Selidiki dengan
pasien tentang pasien teknik
yang telah dimiliki, dan
yang belum dimiliki untuk
mengurangi ansietas di
masa lalu
Tentukan
kemampuan pengambilan
keputusan pada pasien
Beri dorongan
pada pasien
Menentukan derajat cemas
Mengidentifikasi
kemampuan pasin dalam mengatasi
cemas, membantu identifikasi
pemberian intervensi
Menentukan
kemampuan pasien dalam
mengatasi masalah yang
dihadapinya
Memberi arti
penghilang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk mengungkapka
n pikiran dan perasaan untuk
mengeksternali sasikan
ansietas respons ansietas,
meningkatkan relaksasi dan
kemampuan koping
5. Perubahan
menjadi orangtua
berhubungan dengan kondisi
sakit pada anak Hasil yang
diharapkan: Mampu
memberikan kebutuhan fisik,
psikologi, social, dan spiritual bagi
anak
Dukung pengungkapan
perasaan
Bantu orangtua mengidentifika
si defisit dalam kemampuan
menjadi orangtua
Beri penguatan
pada kekuatan dan
ketrampilan menjadi
orangtua
Bantu keluarga
dengan penyelesaian
konflik
Memberi rasa nyaman pada
orangtua untuk mengungkapkan
perasaan
Membantu
mencari masalah yang dihadapi
orangtua
Dukungan dapat
memberi bantuan psikologis
orangtua
Penyelesaian
konflik dapat memperbaiki
peran orangtua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Implementasi dan Evaluasi
Hari Tanggal
waktu No DX
Implementasi Evaluasi
Senin 13 juni 2012
10.00 WIB 1
Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk
makanan yang disukai
Memantau dan mendokumentasikan masukan makanan pasien
Menimbang berat badan pasien
setiap hari
Memberikan makan sedikit dan frekuensi sering
Menganjurkan untuk
mengkonsumsi makanan ringan diantara waktu makan
Mengobservasi dan mencatat
kejadian mualmuntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan
S: Klien mengatakan bahwa klien tidak selera
untuk makan O:
Nafsu makan rendah Bising usus +
Konjungtiva pucat BB: 38 kg, TB: 152 cm
normal BB : + Adanya mual dan muntah
46.8 kg A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2
Mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal.
Mencatat laporan kelelahan,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas
Mengkaji gangguan atau
keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
Memantau nadi, tekanan darah,
pernafasan selama dan sesudah aktivitas.
Mencatat respon terhadap tingkat
aktivitas
Menciptakan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring
bila diindikasikan
Merencanakan kemajuan akitivitas dengan pasien
Menganjurkan pasien untuk
menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek,
kelemahan, atau pusing S: Pasien mengatakan akan
merasa lelah bila terlalu lama beraktifitas
O: Konjungtiva pucat
Hb: 5,6 mgdL TD: 11070 mmHg
HR: 84xmenit RR: 20x menit
Pasien tampak pucat dan
lemah A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3
Memberikan informasi tentang keadaan pasien
Menjelaskan kemungkinan tindakan
yang akan dilakukan untuk pengobatan
S: Pasien mengatakan masih kurang paham
tentang keadaannya O:
Pasien dan orangtua pasien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
merasa cemas A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 4
Mengkaji dan mendokumentasikan
tingkat kecemasan pasien
Mengkaji tentang teknik yang telah dimiliki pasien dan yang belum
dimiliki untuk mengurangi ansietas
Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien
Memberi dorongan pada pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
Mengajarkan teknik relaksasi “pengalihan pikiran” untuk
mengatasi ansietas S: Klien mengatakan akan
mencoba beradaptasi dengan lingkungan dan
mencoba teknik relaksasi “pengalihan pikiran”.
O: Pengetahuan tentang
penyakitnya rendah TD rendah
11080 mmHg
Adanya mual Adanya kesulitan untuk
tidur A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 5
Memberi dukungan terhadap
pengungkapan perasaan orangtua
Membantu orangtua mengidentifikasi defisit dalam
kemampuan menjadi orangtua
Memberi penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua
S: Orangtua pasien mengatakan
ketidakmampuannya menjaga kesehatan
anaknya
O: Orangtua merasa cemas terhadap keadaan anaknya
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Selasa 14 Juni 2012
09.00 WIB 1
Memantau dan mendokumentasikan
masukan makanan pasien
Menimbang berat badan pasien setiap hari
Memberikan makan sedikit dan
frekuensi sering
Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan ringan
diantara waktu makan
Mengobservasi dan mencatat kejadian mualmuntah
S: Orangtua klien mengatakan bahwa klien
sudah mau makan walau sedikit
O: Nafsu makan rendah
Bising usus + Konjungtiva merah muda
BB: 38,5 kg, TB: 152 cm normal BB : +
Adanya mual, muntah
tidak ada 46.8 kg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 2
Memantau kemampuan pasien
untuk melakukan aktivitas
Mencatat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan
S: Pasien mengatakan keadaannya lebih baik
O: Konjungtiva merah muda
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyelesaikan tugas
Memantau nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah
aktivitas.
Mencatat respon terhadap tingkat aktivitas
Menciptakan lingkungan tenang
dan mempertahankan tirah baring bila diindikasikan
Menganjurkan pasien untuk
menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek,
kelemahan, atau pusing Hb: 15,6 mgdL
TD: 11080 mmHg HR: 80xmenit
RR: 20x menit Pasien sudah dapat
berjalan sendiri ke kamar mandi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
3
Memberikan pendidikan kesehatan tentang
Perdarahan Uterus Disfungsional
Menjelaskan kemungkinan tindakan
yang akan dilakukan untuk pengobatan
Menjelaskan prosedur transfusi
darah dan efek yang mungkin ditimbulkannya
S: Pasien dan orangtua pasien mengatakan sudah
paham mengenai Perdarahan Uterus
Disfungsional
O: Orangtua pasien dapat
menjawab beberapa pertanyaan yang
disampaikan
A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
4
Memantau dan mendokumentasikan tingkat kecemasan pasien
Mengevaluasi kembali teknik yang
telah diajarkan kepada pasien
Memberi dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
Mengajarkan
teknik relaksasi “Lima jari” untuk mengatasi
ansietas
S:
Klien mengatakan telah melakukan teknik relaksasi
yang telah diajarkan oleh perawat
O: Pasien telah mengerti
tentang penyakitnya Pasien mampu mengulang
kembali teknik yang telah diajarkan
TD 12080 mmHg Pasien tidur dengan
nyenyak A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan 5
Memberi penguatan pada kekuatan
dan ketrampilan menjadi orangtua
Membantu keluarga dengan penyelesaian konflik
dengan memberikan spiritual kepada
orangtua S: Orangtua Pasien
Mengatakan Bersyukur Atas Kondisi Anaknya
Yang Membaik
O: Orangtua Pasien Tampak Tidak Cemas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lagi Orangtua Pasien Mampu
Merawat Anaknya A: Masalah teratasi
Intervensi dihentikan
15 Juni 2012 1
Memonitor catatan intake kalori
dan komponen nutrisi.
Memonitor BB pasien.
Menganjurkan diet dengan gizi seimbang
S: Klien mengatakan bahwa klien sudah mulai
makan O:
Nafsu makan baik Bising usus +
Konjungtiva merah muda BB: 38,5 kg, TB: 152 cm
normal BB : + A: Masalah teratasi
46.8 kg P: Intervensi dihentikan
Pasien pulang
2
Memantau kemampuan pasien
untuk melakukan aktivitas
Memantau nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah
aktivitas.
Mencatat respon terhadap tingkat aktivitas
Menciptakan lingkungan tenang
dan mempertahankan tirah baring bila diindikasikan
Menganjurkan pasien untuk
menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek,
kelemahan, atau pusing S: Pasien mengatakan
keadaannya lebih baik O:
Pasien tampak segar Konjungtiva merah muda
TD: 11080 mmHg HR: 80xmenit
RR: 20x menit Pasien dapat melakukan
aktivitas secara mandiri A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan Pasien pulang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Ringkasan Pasien Pulang
Nn. H 13 tahun masuk pada tanggal 13 Juni 2012 dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi dan lama lebih dari 7 hari. Setelah
dilakukan pemeriksaan diagnostikmaka ditegakkan diagnose Perdarahan Uterus Disfungsional PUD. Nn. H menjalani perawatan sejak tanggal 13 Juni 2012
sampai 15 Juni 2012. Rincian Keadaan Nn.H saat pulang: Keadaan Umum
: Baik Kesadaran
: Compos Mentis Tanda-Tanda Vital
: TD: 11080 mmHg HR: 80xmenit
RR: 20x menit Kemampuan Beraktivitas
: Mandiri Pemeriksaan Penunjang
: - Hb: 15.6 mgdL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengelolaan manajemen asuhan keperawatan
a. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara
berkelompok pada seluruh klien Asuhan keperawatan diberikan kepada seluruh pasien yang menjalani
rawat inap di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing yaitu 6 orang pasien. Manajemen asuhan keperawatan yang diberikan berupa intervensi keperawatan
secara menyeluruh dan peningkatan pengetahuan pasien melalui pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Rata–rata pasien pulang setelah tiga hari
perawatan. b.
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara individu pada klien kelolaan
Asuhan keperawatan diberikan kepada satu orang pasien kelolaan dengan diagnosa medis Perdarahan Uterus Disfungsional PUD. Intervensi yang
diberikan terkait pemenuhan masalah nutrisi, aktivitas, peningkatan pengetahuan pasien, penanganan ansietas, dan perubahan peran orang tua. Lama rawat pasien
selama tiga hari dengan kondisi stabil saat pulang.
2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa diperoleh informasi bahwa fenomena kasus yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbanyak adalah pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Selain itu diperoleh data mengenai beberapa masalah dalam pelayanan kesehatan yang
belum optimal seperti pendokumentasian asuhan keperawatan, pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan fasilitas yang kurang memadai sehingga
berdampak pada kualitas pelayanan rumah sakit. Kadarusman 2005 menyatakan bahwa tingginya angka kejadian
perdarahan uterus disfungsional disebabkan oleh keengganan penderita, terutama pada usia perimenars untuk menjalani pemeriksaan. Selain itu sebagian
perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti atau sembuh sendiri tanpa pengobatan. Penanganan segera terhadap penyakit ini bertujuan untuk
menghindari dampak dan komplikasi yang lebih buruk seperti infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup.
Saat dilakukan pengkajian awal untuk mengidentifikasi kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien, diperoleh hasil bahwa pegawai ruangan
kurang memaksimalkan perannya sebagai pelayan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti manajemen yang kurang optimal, kurangnya kualitas
SDM, dan fasilitas yang belum memadai. Dalam mengatasi hal tersebut, kelompok mengusulkan rancangan format pengkajian dan diagnosa dalam bentuk
checklist untuk membantu pendokumentasian asuhan keperawatan yang efektif, penyediaan leaflet dan poster untuk membantu pemberian pendidikan kesehatan
bagi pasien, serta pelabelan tempat sampah untuk membantu penanganan sampah rumah sakit. Sistem dokumentasi yang lengkap akan membantu komunikasi antar
petugas kesehatan yang nantinya akan berdampak pada sistem pelayanan rumah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sakit. Mutu pelayanan juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan bagi pasien dimana melalui informasi yang jelas dan tepat dapat mengurangi beban
kerja perawat. Pengetahuan yang baik dapat meningkatkan partisipasi pasien dan keluarga pasien serta kemandirian dalam penanganan masalah kesehatan.
Hasil kegiatan PBLK ini menunjukkan bahwa pemberian asuhan keperawatan secara optimal dan adanya pemberian pendidikan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien dapat memberikan manfaat yang besar kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik melalui pengobatan yang benar,
pembatasan makanan, pembatasan aktifitas, dan mengubah kebiasaan buruk yang dapat merusak kesehatan. Saat ditanyakan, pasien mengatakan sangat tertolong
dengan adanya informasi-informasi yang diberikan oleh perawat atau tenaga medis lainnya untuk pemeliharaan kesehatatan. Hampir semua pasien yang
diintervensi menunjukkan kesiapan yang baik yaitu termotivasi melakukanmenuruti anjuran-anjuran yang diberikan.
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Pihak institusi pendidikan melatih mahasiswa untuk menjadi seorang penyuluh yang baik dan benar sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan
dengan berbagai variasi media yang menarik dan mampu bertindak sebagai seorang penyuluh kesehatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Lahan Praktik
Pihak lahan praktik khususnya Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui penerapan pendokumentasian
asuhan keperawatan yang optimal, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan pemberian pendidikan kesehatan dan pengadaan fasilitas sesuai
kebutuhan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka
Doengoes, M.E, et al. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Handoko, Teguh. 2005. Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari14.
http:www.scribd.comdoc48983911DISFUNGSIONAL-UTERINE Hubber, Diane I. 2006. Leadership and Nursing Management Care.
Phyladelphia: Saunders Elsevier Kadarusman. 2005. Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa
Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari http:digilib.unsri.ac.id
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Muninjaya, A. A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Edisi 2: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Prawiroharjo. 2000. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh
pada tanggal 24 Juni 2012 dari http:www.scribd.comdoc56192161Perdarahan-Uterus-Disfungsional
Rahman 2008. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Surya Cipta Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta:
Indeks Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Jakarta: EGC Suseno, Sigid. 2007. Perdarahan Uterus Disfungsional PUD. Diunduh pada
tanggal 24 Juni 2012 dari http:www.scribd.comdoc8227053070Perdarahan-Uterus-
Disfungsional-PUD
Yahya. 2008. Perdarahan Rahim Disfungsional. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2012 dari http:adulgopar.files.wordpress.com200912perdarahan-
rahim-disfungsional.pdf
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DI RUMAH SAKIT DR. G.L. TOBING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU MEDAN
NO. KEGIATAN
Juni Juli
1 1
1 2
1 3
1 4
1 5
1 8
1 9
2 2
1 2
2 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9 2
3 4
5 6
1. Orientasi PBLK Keperawatan Maternitas
a. Pengarahan tentang Kep.Maternitas di RS. G. L Tobing
b. Orientasi di RS G.L. Tobing
2. Penyusunan instrumen pengkajian Manajemen Pelayanan
3. Pengkajian dan analisa situasi Manajemen Pelayanan
4. Konsul judul PBLK individu ; Perdarahan Uterus Disfungsional
5. Pengkajian pasien individu
6. Konsul BAB I
7. Penentuan rumusan masalah Manajemen Pelayanan
8. Intervensi rumusan masalah Manajemen Pelayanan
9. Sosialisasi intervensi rumusan masalah
10. Konsul BAB II
11. Penentuan diagnosa dan intervensi keperawatan individu
12. Konsul BAB III pengkajian, diagnosa, intervensi
13. Implementasi
14. Evaluasi
15. Penyusunan pengumpulan laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INSTRUMEN I Perilaku Pemimpin
Berilah tanda check list √ pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih SL : selalu SR : sering
K : kadang-kadang J : jarang TP : tidak pernah
Sikap perawat ruangan dalam menilai kepemimpinan kepala ruangan No
Pernyataan SL
SR K
J TP
1 Kepala ruangan mengingatkan anggota tim
mengikuti standar dan peraturan 2
Kepala ruangan
mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada anggota tim lain
apabila saya berhalangan hadir 3
Kepala ruangan mengoreksi dan memberi asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota
tim
4 Kepala
ruangan mempertahankan dan
mengembangkan hubungan profesionalisme dengan anggota tim
5 Kepala ruangan berkomunikasi secara efekltif
melalui tulisan pada anggota tim 6
Kepala ruangan
mengkoordinasi kerja anggota tim
7 Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dari
kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan kelompok pada atasan
8 Kepala ruangan menerapkan peran sebagai
mentor yang efektif 9
Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya sebelum bertindak sebagai pemimpin
10 Kepala ruangan mencoba ide-ide barunya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bersama kelompok 11 Kepala ruangan memberitahukan terlebih
dahulu tentang adanya perubahan 12 Kepala ruangan menciptakan situasi yang
kondusif dalam berkomunikasi. 13 Kepala
ruangan memperlakukan semua
anggota kelompok dalam kesetaraan 14 Kepala ruangan memotivasi anggota
kelompok untuk bekerja sesuai kemampuannya
15 Kepala ruangan menerima masukan dari anggota kelompok
16 Kepala ruangan memberi pujian penguatan pada anggota kelompok terhadap keberhasilan
tindakan 17 Kepala ruangan memberi dukungan pada
anggota kelompok terhadap tindakan mereka 18 Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota
kelompok sebelum melakukan tindakan 19 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk
mendengarkan keluhan dari anggota kelompok
20 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sama sebagai tim
21 Kepala ruangan memberi masukan atau saran kepada anggota.
22 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan bersama anggotanya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INSTRUMEN II
Kepuasan Kerja Perawat
Berilah tanda check list √ pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih STP : Sangat tidak puas CP : Cukup puas
P : Puas SP : Sangat puas TP : Tidak puas
No Pernyataan
STP TP CP P
SP
1 Tersedianya peralatan dan perlengkapan
yang mendukung pekerjaan 2
Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, kantin
3 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan
dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
4 Adanya jaminan atas kesehatan dan
keselamatan kerja 5
Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara
6 Hubungan antar karyawan dan kelompok
kerja 7
Kemampuan dalam bekerjasama antar Karyawan
8 Sikap teman-teman sekerja terhadap
saudara 9
Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara
10 Kemampuan dalam menggunakan waktu
bekerja dengan penugasan yang diberikan
11 Kemampuan supervise pengawas dalam
membuat keputusan 12
Perlakuan atasan selama saya bekerja disini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri
dalam menyelesaikan pekerjaan 14
Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan
15 Kesempatan untuk mendapat posisi yang
lebih tinggi 16
Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan pangkat
17 Jumlah
reward yang saya terima
dibandingkan dengan pekerjaan yang saya lakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INSTRUMEN III Kepuasan Pasien
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist √ pada
pilihan jawaban yang telah disediakan. Keterangan:
TP = Tidak Pernah
KD = Kadang-kadang
SR = Sering
SL =Selalu
No Pernyataan
TP KD
SR S
L
1 Perawat mengucapkan salam saat bertemu dengan
pasien 2
Perawat memperkenalkan diri saat bertemu dengan pasien
3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar
4 Perawat menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan 5
Perawat menjelaskan manfaat tindakan yang akan dilakukan
6 Perawat bersikap sopan santun dan ramah saat
melakukan tindakan 7
Perawat menjaga lingkungan pasien agar tetap bersih
8 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan pasien 9
Perawat memeriksa kondisi pasien setelah
dilakukan tindakan 10 Perawat mendampingi pasien pada waktu dokter
melakukan pemeriksaan pengobatan 11 Perawat menanyakan kondisi pasien sebelum
memberikan pelayanan 12 Perawat ramah kepada pasien dan keluarga
13 Perawat memberi kesempatan kepada pasien keluarga untuk menyampaikan keluhan kondisi
kesehatan 14 Perawat memberikan jawaban yang memuaskan
atas pertanyaan pasien 15 Perawat bersedia membantu saat pasien
mengalami masalah dengan administrasinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL PUD
A. Pokok Bahasan
:
Perdarahan Uterus Disfungsional
B. Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional
2. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional
3. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional
4. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional
5. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional
C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
dapat memahami dan mengerti tentang perdarahan uterus disfungsional
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15-20 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu menjelaskan:
a. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional
b. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional
c. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional
d. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional
e. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional
D. Sasaran