Tujuan Manfaat Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Tujuan

uterus disfungsional adalah infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup. Berdasarkan hal ini, penulis menyusun intervensi penatalaksanaan askep pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Penulis berencana memberikan asuhan keperawatan lengkap sesuai standar pelayanan keperawatan dan diakhiri dengan pemberian edukasi sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh pasien dengan gangguan perdarahan uterus disfungsional dengan menggunakan media poster dan leaflet yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, dapat melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien.

C. Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien. 2. Institusi Pendidikan Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah. 3. Lahan Praktik Selama kegiatan PBLK, lahan praktik dapat menggunakan tenaga mahasiswa sebagai perawat tambahan. Selain itu dapat meningkatkan mutu pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC planning, organizing, actuating, controlling terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi Grant dan Massey, 1999 dikutip dari Nursalam, 2007. Muninjaya 2004 menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Swansburg 2000 menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengaturan staf staffing, kepemimpinan leading, dan pengendalian controlling aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan

Henry Fayol 1949 dalam Robins Coulter, 2007 merupakan salah satu ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan empat fungsi manajemen yaitu perencanaan planning, pengorganisasian UNIVERSITAS SUMATERA UTARA organizing, mengarahkan coordinating or directing, dan pengendalian controlling. Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan inti dari proses manajemen secara akurat. Swansburg 2000 menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima fungsi yaitu perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengaturan staf staffing, kepemimpinan leading, dan pengendalian controlling. Bab ini akan membahas dan menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg 2000 yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan Planning Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan alat Swansburg, 2000. Huber 2006 menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter 2007 menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Pengorganisasian Organizing Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit Swansburg, 2000. Huber 2006 menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi Robins Coulter, 2007. c. Pengaturan staf Staffing Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu Swansburg, 2000. Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel Swansburg, 2000. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Kepemimpinan Leading Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat keputusan, dan manajemen partisipasi Swansburg, 2000. Fungsi kepemimpinan menurut Huber 2006 adalah fungsi manajemen yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins Coulter 2007 adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya. e. Pengendalian atau Pengevaluasian Controlling Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan Swansburg, 2000. Huber 2006 menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Robins Coulter 2007 menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi. a. Standar I : Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : 1 Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid 2 Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan data spiritual UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan b. Standar II: Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala PES atau terdiri dari masalah dan penyebab PE, bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat. c. Standar III: Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi: 1 Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. 2 Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu. 3 Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan, melibatkan pasienkeluarga, mempertimbangkan latar UNIVERSITAS SUMATERA UTARA belakang bidaya pasien keluarga, menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti. d. Standar IV: Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria: dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko- sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. e. Standar V: Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan standar. f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus mencantumkan inisial paraf nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995. a. Metode Kasus Metode ini disebut juga sebagai perawatan total total care yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam UNIVERSITAS SUMATERA UTARA setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. b. Metode Fungsional Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas job description, prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan. Kepala Ruangan Pasien klien Perawat: Injeksi Perawat: Merawat luka Perawat: Merawat luka Perawat: Pengobatan Skema 1 : Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Metode Tim Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional registered nursing, perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar Nursalam, 2007. Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim d. Keperawatan Primer Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya. Kepala Ruangan Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim Staf Staf Staf Pasien Klien Pasien Klien Pasien Klien UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing” e. Sistem Manejemen Kasus Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus case manager bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti : 1 Dengan dokter dan pasien tertentu 2 Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3 Dengan mengadakan diagnosa Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Sarana Kepala Dokter Perawat PP malam PP sore PP pagi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus f. Model Praktek Keperawatan Profesional MPKP Yaitu suatu sistem struktur proses dan nilai-nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional MPKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, sistem kompetensi dan penghargaan.

B. Analisa Ruang Rawat

1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir Obstetri Ginekologi dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012 melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan kebidanan keperawatan, penyediaan sarana dan Kepala Ruangan Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat PasienKlien PasienKlien PasienKlien UNIVERSITAS SUMATERA UTARA prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan asuhan keperawatan kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5 orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan, dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut: a. Man Di ruang Anyelir saat ini memiliki empat belas orang pegawai yang terdiri dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu VK dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan pendidikan DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya berpendidikan DIII Kebidanan. Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing melalui ujian yang dilakukan oleh direksi. Pegawai yang diterima, diorientasikan selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai oleh Karu disampaikan kepada Kepala Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan yang tepat untuk setiap pegawai.. 1 Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anyelir Tabel 1. Jumlah tenaga kerja No. Jabatan Pendidikan Jumlah 1. 2. 3. 4. Kepala Poliklinik Karu VK Karu Rawat Inap Pelaksana DIII Kebidanan DIII Kebidanan DIII Kebidanan DIII Kebidanan 1 orang 1 orang 1 orang 11 orang Total 14 orang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang membantu proses administrasi ruangan. 2 Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara keseluruhan adalah minimal Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir adalah sebagai berikut: Ruang Anyelir :Rata-rata pasien x 100 Tempat tidur pasien : 4 x 100 = 40 10 Douglas, Lovevidge dan cunning Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam24 jam, perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam24 jam. Data pengkajian tanggal 09 Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga pada Tabel.3 Tabel.2 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga Tingkat ketergantungan Jumlah pasien Pagi Sore Malam Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28 Partial - - - - Total - - - - Jumlah 4 8,15 = 8 orang 0,56 = 1 orang 0,28 = 1 orang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Shift pagi : 1 orang Shift siang : 1 orang Shift malam : 1 orang Faktor libur dan cuti = 25 x 4 = 1= 1 perawat Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah: P + S + M + L+ 1 Karu = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 perawat Tabel 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Anyelir berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002 No Kategori Rata-rata jumlah pasienhari Rata-rata jam perawatanhari Total perawatanhari

1. Askep minimal

4 2 8

2. Askep sedang

- - -

3. Askep agak berat

- - -

4. Askep maksimal

- - - 4 8 a Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah: Jumlah total perawatan = 8 = 1,14 Jam efektif perawat 7 b Jumlah hari libur loss day: Jumlah hari minggutahun + cuti + hari besar x jumlah perawat Jumlah hari kerja efektif 52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3 286 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c Pekerjaan Non Keperawatan: Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36 d Jumlah kebutuhan perawat: Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan 1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap Anyelir menurut Depkes adalah 2,1 orang + 1 orang kepala ruangan = 3 orang. Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga sebanyak 9 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang perawat sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat melakukan tugas di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh perawat. Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawatbidan untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat bidan yang ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah kepada kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada kepala RS. Setelah disetujui oleh kepela RS, maka kepela divisi keperawatan akan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawatbidan yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidanperawat di ruang anyelir yang sedang mengikuti pendidikan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa minat bidan di Ruang Anyelir untuk melanjutkan pendidikannya kurang karena faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan pada tenaga perawatbidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan tentang manajemen asuhan keperawatan. Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur. Masalah- masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan. Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi selalu bisa diatasi dengan baik. Kepala Poliklinikruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai, malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak 3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinikruangan kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil kuesioner kepuasan kerja perawat yang dibagikan kepada 8 orang bidan di ruang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 menyatakan tidak puas dengan perlakuan atasan selama bekerja, 75 menyatakan cukup puas, dan 12,5 menyatakan puas. Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada 5 orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100 pasien rawat inap puas dengan pelayanan di Ruang Anyelir 3 Kolaborasi dan Koordinasi Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup baik. Perawat dan dokter biasanya berdiskusi bersama sebelum mengambil keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut. b. Metode Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum, memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa : Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa: ”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya saing” Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa: 1 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II persero dan keluarganya. 2 Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima 4 Memberikan konstribusi yang optimal bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar 5 Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai tambah Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa: “ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama pelayanan kesehatan bagi masyarakat kesehatan dan sekitarnya Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa: ”Kami Peduli Kesehatan Anda” Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing adalah : Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa: 1 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas. 2 Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang profesional. Falsafah Keperawatan : “Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan keluarga dengan cinta kasih untuk meningkatkan mutu kesehatan” UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Motto Keperawatan : “RSGLT “ : Ramah Senyum Gigih Lues Terampil Tujuan Umum: 1 Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien. 2 Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan pasien berdasarkan standar profesi keperawatan standar asuhan keperawatan SAK, standar etika keperawatan, standar komunikasi terapeutik, standar prosedur operasional SPO. 3 Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan produktivitas kerja. 4 Meminimalkan infeksi nosokomial. 5 Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan SAK yang menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar Prosedur Operasional SPO. Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang Anyelir adalah : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 Menurunkan angka kematian ibu dan bayi 24 jam pertama. 2 Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa sakit. 3 Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan Rooming In. 4 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui, memandikan, pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene membersihkan tali pusat. 5 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil. 6 Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari. Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK, SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi hanya berupa pemberian informasi dan diskusi. Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan kesehatan kepada pasien. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan. Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan bidan di ruang Anyelir. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bidan selalu mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan kebidanan kepada pasien. Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab PJ dan tiap PJ melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab. Dari hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat oleh RS dr. G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug. Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS dr. G. L. Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat. Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam mengelola peralatan inventaris. Biasanya pengecekan alat-alat medis dilakukan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan secara keseluruhan tidak dilakukan secara teratur. c. Money Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Tenaga perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan jabatan masing-masing di ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian keuangan rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang digunakan pasien. d. Material Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang Anyelir sebagai berikut : 1 Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik yaitu disimpan dalam lemari. 2 Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat sampah benda tajam, tempat sampah infeksi dan non infeksi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Analisa Situasi

a. Man Kekuatan Strenght Kelemahan Weakness Kesempatan Opportunity Ancaman Threatened  Seluruh tenaga bidan di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing merupakan lulusan D3 Kebidanan.  Semua perawatbidan Ruang Anyelir memiliki pengalaman kerja yang cukup lama 23 tahun.  Dari hasil kuesioner didapat data bahwa 100 perawatbidan menyatakan cukup puas dengan pekerjaanya.  Dari hasil kuesioner kepuasan pasien diperoleh data bahwa 100 pasien merasa cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawatbidan.  Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.  Belum memiliki SAK.  Belum menjalankan SPO secara optimal.  Pendidikan kapolikaru yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karukapoli.  Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.  Adanya mahasiswa yang praktek di ruang anylir rata- rata 2-4 orang per minggu.  RS. G.L Tobing memberi kesempatan kepada pegawai- pegawai yang berkeinginan melanjutkan pendidikan.  Adanya persaingan mutu pelayanan dengan rumah sakit lain sehingga harus meningkatkan mutu pelayanan.  RS G.L. Tobing merupakan rumah sakit tipe C.  Era globalisasi yang menuntut adanya pelayanan keperawatan kebidanan yang berkualitas dan bermutu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA  Adanya pembagian waktu kerja yakni 3 shift pagi, siang dan malam.  Pegawai mendampingi pasien saat visite dokter.  Sebanyak 100 pasien menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawatbidan di ruang Anyelir. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Metode Kekuatan Strenght Kelemahan Weakness Kesempatan Opportunity Ancaman Threatened  Ruang Anyelir sudah memiliki struktur organisasi yang jelas.  Ruang Anyelir memilik Standar Prosedur Operasional SPO.  Adanya ketetapan jadwal buka-tutup dan sudah terlaksana dengan baik  Setiap ada konflik langsung diselesaikan bersama-sama  Dari hasi kuesioner yang dibagikan, didapat bahwa 12,5 menyatakan tidak puas dengan perilaku pemimpin, 75 cukup puas, dan 12,5 puas.  Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.  Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas belum memiliki sistem pendelegasian tugas secara tertulis.  Tidak ada jadwal pertemuan rutin pegawai di ruang Anyelir  Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan.  Dokumentasi Asuhan kebidanan belum optimal dilaksanakan  RS GL. Tobing memberikan pelayanan pada pasien Jamsostek, Jamkesmas, dan umum.  Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih profesional UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Money Kekuatan Stenght Kelemahan Weakness Kesempatan Opportunity Ancaman Ihreatened  Ruangan Ruang Anyelir memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh direktorat Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.  Tunjangan diberikan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh RS GL. Tobing  Sistem pembayaran biaya pelayanan kesehatan di bagian keuangan RS GL Tobing.  Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual.  Adanya bantuanjaminan pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS jaminan kesehatan msyarakat, Jamsostek Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja,  RS GL Tobing memberikan tunjangan seperti tunjangan kontrakan rumah, tunjangan transportasi, tunjangan jabatan.  Rumah sakit lain yang mempunyai donaturyayasan untuk meningkatkan kebutuhan rumah sakit dengan dana yang tinggi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Material Kekuatan Strenght Kelemahan Weakness Kesempatan Opportunity Ancaman Threatened  Perawatan alat-alat dilakukan setiap saat setelah alat dipakai ataupun pasien keluar dari ruangan yaitu dengan dibersihkan dan dirapikan.  R R u u a a n n g g A A n n y y e e l l i i r r m m e e m m i i l l i i k k i i 1 1 b b e e d d . .  R R u u a a n n g g a a n n s s u u d d a a h h m m e e m m i i l l i i k k i i p p e e m m b b u u a a n n g g a a n n s s a a m m p p a a h h m m e e d d i i s s d d a a n n n n o o n n m m e e d d i i s s . .  R R u u a a n n g g a a n n m m e e m m i i l l i i k k i i s s a a r r a a n n a a k k o o m m u u n n i i k k a a s s i i t t i i d d a a k k l l a a n n g g s s u u n n g g s s e e p p e e r r t t i i p p a a p p a a n n p p e e n n g g u u m m u u m m a a n n y y a a n n g g d d a a p p a a t t d d i i m m a a n n f f a a a a t t k k a a n n . .  Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada pendokumentasian data setiap hari.  Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di Ruang Anyelir.  Adanya keterbatasan alat- alat medis  Belum adanya label nama tempat sampah medis dan non-medis, benda tajam.  Adanya kebutuhan dana anggaran dari PTPN 2 yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit.  Rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Rumusan Masalah

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien. b. Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO. c. Pendidikan kapolikaru yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karukapoli. d. Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. e. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas. f. Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis. g. Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan. h. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir. i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan. j. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. k. Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual. l. Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada pendokumentasian data setiap hari. m. Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang Anyelir. n. Adanya keterbatasan alat-alat medis. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA o. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis, benda tajam.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi dari beberapa perumusan masalah yang diperoleh adalah : a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien. Intervensi yang akan dilakukan : 1 Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien. 2 Penyediaan beberapa topik leaflet. 3 Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station. 4 Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. 5 Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. b. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. Intervensi yang akan dilakukan : 1 Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawatbidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing. 3 Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis, benda tajam. Intervensi yang akan dilakukan : 1 Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam. 2 Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggung Jawab 1. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien Meningkatkan pengetahuan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien dan yang sesuai dengan kebutuhannya  Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.  Penyediaan beberapa topik leaflet.  Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.  Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.  Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU 25 Juni 2012  Riskina Syahputri Nasution, S. Kep  Wahyu Ningsih Lase, S. Kep 2. Dokumentasi Asuhan kebidanan belum optimal dilaksanakan Melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan yang ada di ruang Anyelir  Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.  Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawatbidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing.  Pendokumentasian asuhan 28 Juni 2012 Erwina Irwan, S.Kep UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU 3. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis, non medis, dan benda tajam. Untuk mengetahui secara jelas nama tempat sampah medis dan non-medis serta menghindari terjadinya pencampuran sampah medis dan non-medis.  Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.  Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam. 26 Juni 2012 Septian M. Sebayang, S.Kep UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Implementasi

Berdasarkan data pengkajian dan perumusan masalah yang telah didapat, maka dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu: a. 21 Juni 2012 dilakukan sosialisasi mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan di Ruang Anyelir. Kegiatan ini diikuti oleh kepala bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir. b. 25 Juni 2012 diusulkan beberapa leaflet dan poster yang akan dijadikan media pendidikan kesehatan di Ruang Anyelir. c. 26 Juni 2012 telah dilakukan penempelan label tempat sampah di Ruang Anyelir yang terdiri dari sampah medis, sampah non medis, benda tajam, dan botol d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist e. 02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan poster, leaflet serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station.

6. Evaluasi

a. Pada tanggal 21 Juni 2012, pukul 11.00 WIB, sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dalam ruang nurse station yang diikuti oleh kepala bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir. Kegiatan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berjalan dengan lancer dan rencana kegiatan yang akan dilakukan disetujui oleh kepala bidang keperawatan dan seluruh pegawai di Ruang Anyelir. b. Pada tanggal 25 Juni telah diusulkan beberapa jenis poster dan leaflet. Saat dikonsulkan, kepala bidang keperawatan memberikan beberapa saran mengenai penyajian media pendidikan kesehatan tersebut seperti perbaikan istilah dan beberapa gambar. c. Pada tanggal 26 Juni 2012 dilakukan pelabelan tempat sampah sehingga sampah di ruangan tidak tercampur d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist. Format tersebut mendapat beberapa revisi mengenai istilah dalam format pengkajian agar lebih disederhanakan. e. 02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan dua buah poster yang berjudul ASI Eksklusif dan Perdarahan Uterus Disfungsional, lima buah jenis leaflet yang berjudul ASI Eksklusif, Gizi Ibu Menyusui, Perawatan Payudara, Perdarahan Uterus Disfungsional, dan Myoma Uteri, serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station. Saat dilakukan pengenalan format tersebut, terdapat beberapa pertanyaan mengenai istilah, cara pengisian, dan lain-lain. Pegawai aktif bertanya dan berdiskusi dalam kegiatan ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

C. Pembahasan

1. Manajemen Ruangan

Ruang Anyelir merupakan suatu ruangan dengan sistem fungsional. Menurut Kozier Erb 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995, sistem fungsional memiliki sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil pengkajian, Ruang Anyelir memiliki beberapa masalah yaitu pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan, serta belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis, non medis, benda tajam, dan botol infus. a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan, pegawai tidak memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Rahman 2008 mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan ilmu pengetahuan yang harus diberikan pada pasien dan keluarga pasien sesuai kebutuhannya.. Oleh karena itu, kelompok mengajukan pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien, menyediaan beberapa topik leaflet, menyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station, serta membuat poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. Mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU juga menjadi role model melalui pemberian UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pendidikan kesehatan sehingga dapat menjadi contoh bagi pegawai untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. b. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum optimal Tidak terlaksananya asuhan keperawatan yang belum optimal merupakan salah satu masalah yang muncul di Ruang Anyelir. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa membuat format pengkajian dan asuhan keperawatan dengan bentuk checklist sehingga dapat dijadikan alat komunikasi antar petugas kesehatan. Saat dilakukan sosialisasi format pengkajian dan asuhan keperawatan, pegawai di Ruang Anyelir merasa sangat terbantu walau beberapa kesulitan muncul terkait pengisian format tersebut. Untuk memudahkan pengisian format, mahasiswa juga memberikan petunjuk teknis pengisian sehingga pegawai memiliki panduan untuk menerapkan dokumentasi asuhan keperawatan. c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah media, non medis, benda tajam, dan botol infus. Ruang Anyelir telah memiliki tempat sampah sesuai dengan jenisnya, tetapi belum terdapat label di setiap tempat sampah. Hal ini tidak menutup kemungkinan tercampurnya sampah dengan jenis yang berbeda seperti tercampur antara sampah medis dan non medis. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa melengkapinya dengan membuat label tempat sampah bagi sampah medis, non medis, benda tajam dan botol infus. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Pasien Kelolaan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan Perdarahan Uterus Disfunsional PUD sehingga untuk manajemen asuhan keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan uterus disfungsional. Data pasien yang diperoleh saat pengkajian adalah Nn. H datang dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi dengan lama menstruasi lebih dari tujuh hari. Pasien tampak lemah dan pucat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan darah : 110 70 mmHg, HR: 80 x menit, RR: 20x menit, Hb: 5.6 mgdL. Hal ini sesuai dengan pedapat Suseno 2007 yang mengatakan bahwa manifestasi klinis dari Perdarahan Uterus Disfungsional diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih. Berdasarkan pengkajian, maka mahasiswa merumuskan lima diagnose keperawatan yaitu: a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan a. Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan c. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak Selama dirawat di rumah sakit, Nn. H mendapat asuhan keperawatan sesuai diagnose yang muncul. Pendidikan kesehatan mengenai PUD juga diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai PUD. Pasien dirawat selama tiga hari dengan kondisi membaik. Saat pulang pasien tampak segar, dengan nilai Hb: 15.6 mgdL. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian

Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal tanpa penyebab organik gangguan organ seperti kemungkinan kehamilan, tumor, infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya Yahya, 2008. Kadarusman 2005 mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya, yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau gangguan sistemik lain. Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan- kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya Kadarusman, 2005. Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi seperti tabel 4. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional PUD dan bentuk kelainannya Dasar Kelainan Bentuk Klinis Ovulasi  PUD ovulatorik  PUD anovulatorik Siklus  Metroragia  Polimenorea  Oligomenorea  Amenorea Jumlah perdarahan  Menoragia  Perdarahan bercak pra haid  Perdarahan bercak paca haid Anemia  PUD ringan  PUD sedang  PUD berat Kadarusman, 2005 Pada perdarahan uterus disfungsional ovulatorik, perdarahan abnormal terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang, insufisiensi atau persistensi korpus luteum. Sedangkan pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik, perdarahan abnormal terjadi pada siklus anovulatorik dimana dasarnya adalah defisiensi progesteron dan kelebihan progesteron akibat tidak terbentuknya korpus luteum aktif, karena tidak terjadinya ovulasi Kadarusman, 2005.

2. Etiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab dengan siklus ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut Suseno 2007 terdapat beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain : a. Kegemukan obesitas b. Faktor kejiwaan c. Alat kontrasepsi hormonal d. Alat kontrasepsi dalam rahim intra uterine devices e. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim DUB, misalnya: trombositopenia kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah, Diabetes Mellitus, dan lain-lain f. Tumor organ reproduksi, kista ovarium polycystic ovary disease, infeksi vagina, dan lain-lain

3. Patofisiologi

Menurut Prawiraharjo 2000 mengatakan bahwa secara kausal, perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik, maupun pada keadaan dengan folikel persisten. a. Pada siklus ovulatorik, perdarahan dapat dibedakan menjadi : 1 Perdarahan pada pertengahan siklus Perdarahan yang sedikit dan singkat. Penyebabnya karena rendahnya kadar esterogen. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium Perdarahan yang terjadi banyak dan memanjang. Penyebabnya adalah korpus luteum persisten, kadar esterogen rendah sedangkan progesteron terus terbentuk. 3 Perdarahan bercak, pra haid, dan pasca haid Hal ini disebabkan insufisiensi korpus luteum sedangkan pasca haid disebabkan defisiensi esterogen sehingga regenerasi endometrium terganggu. b. Pada siklus anovulatorik, dasar perdarahan pada keadaan ini adalah tidak adanya ovulasi karena tidak terbentuknya korpus luteum yang disebabkan defisiensi progesteron dan kelebihan esterogen. Perdarahan yang terjadi dapat normal, sedikit atau banyak, dengan siklus yang teratur atau tidak teratur. c. Perdarahan uterus disfungsional pada keadaan folikel persisten sering dijumpai pada masa perimenopause dimana terjadi hiperplasi endometrium oleh karena pengaruh esterogen baik jenis adenomatosa maupun atipik. Mula-mula haid biasa kemudian terjadi perdarahan bercak yang selanjutnya dan diikuti oleh perdarahan yang makin banyak terus menerus dan disertai gumpalan.

4. Manifestasi Klinik

Perdarahan rahim dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diprediksikan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang dapat timbul UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih Suseno, 2007. a. Pada siklus ovulasi Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek polimenorea atau panjang oligomenorea. Untuk menegakan diagnosis, pengambilan sampel perlu dilakukan pada masa mendekati haid. Apabila siklus haid tidal tidak lagi dikenali karena perdarahan yang lama dan tidak teratur, bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipertimbangkan sebagai etiologi : a. Korpus luteum persistensi Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar dan dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur. b. Insufisiensi korpus luteum Hal ini menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis ditegakkan apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Apopleksia uteri Wanita dengan hipertensi dapat mengalami pecahnya pembuluh darah dalam uterus. d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam b. Pada siklus tanpa ovulasi anovulation mekanisme pembekuan darah. Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya sehingga perdarahan rahim berkepanjangan Suseno, 2007. Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancer Handoko, 2005. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas Handoko, 2005.

5. Terapi

Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu. Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan. Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan Kadarusman, 2005. a. Pasien ditemukan pada waktu episode perdarahan berat Dalam situasi ini, terapi yang diberikan bersifat darurat. Terdapat dua metode yaitu kuretase dan memberikan hormone. Hormon yang dipilih biasanya adalah combined equine estrogen CEE, 25 mg diberikan secara intravena dan diulangi setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. CEE dengan dosis ini dapat menyebabkan mual yang berat pada bebepara wanita. Setelah CEE dapat menghentikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perdarahan, harus diberikan progestogen selama 14 hari untuk menginduksi perubahan sekresi dan kemudian pelepasan endometrium. Sebagai pengganti CEE dapat diberikan 17-hidroksiprogesteron asetat 125-250 mg secara intramuscular, atau norethisteron20-30 mg per oral setiap hari dalam dosis terbagi selama 4 hari. Jika digunakan progestogen, mungkin akan terjadi withdrawal bleeding 3-6 hari kemudian. Hal ini dapat dihindarkan jika norethisteron 5-10 mg diteruskan selama 20 hari Llewellyn-Jones, 2002. b. Pasien ditemukan diantara episode perdarahan Dalam situasi ini terdapat beberapa pilihan yang dibagi dalam dua kelompok utama yaitu pengobatan hormonal dan pengobatan secara bedah Llewellyn-Jones, 2002. 1 Pengobatan hormonal Terdiri dari progestogen, kontrasepsi oral, Danazol, dan Levonorgestrel intrauterine device. 2 Terapi bedah Kuretase Kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang singkat, tetapi biasanya kambuh kembali dalam jangka 4-6 bulan. Ablasi Endometrium Konsep prosedur ini adalah mengadakan ablasi lapisan basal endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi, dan menoragi dapat sembuh. Keuntungan dari ablasi endometrium adalah tindakan ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kurang invasif dan kurang nyeri dibandingkan histerektomi. Masa penyembuhan 3-7 hari. Histerektomi Histerektomi yaitu pengangkatan uterus melalui pembedahan. Histerektomi dilakukan sebagai tindakan untuk penanganan keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu, menongontrol perdarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh atau rupture uteri yang tidak dapat diperbaiki Doenges, 2002

6. Komplikasi

Menurut Suseno 2007, perdarahan uterus disfungsional memiliki beberapa komplikasi yaitu: a. Infertilitas dari kurangnya b. ovulasi Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau c. berat Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup faktor kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium

7. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian 1 Aktivitas Istirahat  Keletihan, kelemahan, malaise umum  Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja  Toleransi terhadap latihan rendah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA  Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak 2 Sirkulasi  Riwayat kehilangan darah kronis yaitu menstruasi berat  Palpitasi takikardi kompensasi 3 Integritas Ego  Keyakinan agama budaya mempengaruhi pilihan pengobatan seperti penolakan transfuse darah 4 Eliminasi  Diare atau konstipasi  Penurunan haluaran urin 5 Makanan Cairan  Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah masukan produk sereal tinggi  Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan  Mualmuntah, dyspepsia, anoreksia  Adanya penurunan BB  Tidak pernah puas mengunyah 6 Higiene  Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi 7 Neurosensori  Sakit kepala, berdenyut, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrasi  Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata  Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, sensasi menjadi dingin UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8 Nyeri Ketidaknyamanan  Nyeri abdomen samar, sakit kepala 9 Pernafasan  Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas 10 Seksualitas  Perubahan aliran menstruasi seperti menoragia atau amenore  Hilang libido Doenges, 2002 11 Pemeriksaan Ginekologik Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyingkirkan adanya kelainan organik seperti perlukaan genitalia, erosiradang atau polip serviks, mioma uteri, dll. Pada wanita usia pubertas biasanya umumnya tidak diperlukan kerokan. Pada wanita premenopause perlu dilakukan untuk memastikan ada tidaknya keganasan Prawiroharjo, 2000. 12 Pemeriksaan Penunjang Kelainan organik yang kecil pada genitalia interna seringkali sulit dinilai apalagi pada wanita yang belum menikah, penilaian yang dilakukan per rectal lebih sulit. Untuk itu dianjurkan penggunaan alat bantu diagnostik, seperti : 1 Biopsy endometrium pada wanita yang sudah menikah 2 Laboratorium darah dan fungsi hemostasis 3 Ultrasonografi USG 4 Tera radioimunologik TRI atau radio imuno assay Prawiroharjo, 2000. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Diagnosa 1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen nutrisi ke sel 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan 4 Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi 5 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat 6 Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi 7 Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan 8 Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak c. Intervensi Dx.1: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen nutrisi ke sel Hasil yang diharapkan: Menunjukkan perfusi adekuat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat. Intervensi: 1 Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit membran mukosa, dasar kuku Rasional: Memberi informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi 2 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler 3 Awasi upaya pernafasan Rasional: Dispnea menunjukkan gejala penyakit jantung koroner karena regangan jantung lama peningkatan kompensasi curah jantung 4 Kaji untuk respons verbal yang melambat, gangguan memori, bingung Rasional: Mengindikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia 5 Orientasi ulang pasien sesuai kebutuhan Rasional: Membantu memperbaiki proses pikir 6 Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi Rasional: Rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan tubuh 7 Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas Rasional: Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen 8 Awasi pemeriksaan laboratorium UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rasional: Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan respons terhadap terapi 9 Berikan sel darah merah lengkap, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi Rasional: Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan Dx.2: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan Hasil yang diharapkan: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas termasuk aktivitas sehari-hari, menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi nadi, pernafasana, tekanan darah dalam rentang normal Intervensi : 1 Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal. Catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi bantuan 2 Kaji gangguan atau keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot Rasional: menunjukkan perubahan neurologi yang mempengaruhi keamanan pasien 3 Awasi nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa sejumlah oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru 4 Beri lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan Rasional: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh 5 Rencanakan kemajuan akitivitas dengan pasien Rasional: Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal 6 Gunakan teknik penghematan energi Rasional: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan 7 Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing. Rasional: Regangan stress kardipulmonal berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi kegagalan Dx.3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan Hasil yang diharapkan: Menunjukkan peningkatan berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Intervensi: 1 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi 2 Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional: mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan 3 Timbang berat badan tiap hari Rasional: Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi 4 Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan siantara waktu makan Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster 5 Observasi dan catat kejadian mualmuntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan Rasional: Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia pada organ 6 Berikan dan bantu higiene mulut yang baik Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral Dx.4: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi Hasil yang diharapkan: Mempertahakan integritas kulit UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Intervensi: 1 Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, dan gangguan warna Rasional: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, imobilisasi 2 Ubah posisi secara periodic dan pijat pada permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur Rasional: Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit 3 Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun Rasional: Area lembab, terkontaminasi member media yang sangat baik untuk pertumbuhan oranisme patogenik 4 Bantu latihan rentang gerak aktif atau pasif Rasional: Meningkatkan sirkulasi jaringn, mencegah stasis Dx.5: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat Hasil yang diharapkan: Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah menurunkan resiko infeksi Intervensi: 1 Tingkatkan cuci tangan yang baik untuk pemberi perawatan dan pasien Rasional: Mencegah kontaminasi silang. 2 Pertahankan teknik aseptik pada prosedur perawatan Rasional: Menurunkan resiko infeksi bakteri 3 Tingkatkan masukan cairan adekuat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rasional: membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh 4 Pantau suhu. Catat adanya menggigil Rasional: Adanya proses inflamasi infeksi membutuhkan evaluasi pengobatan Dx.6: Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan, melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup Intervensi: 1 Berikan informasi tentang Perdarahan Uterus Disfungsional. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya penyakit Rasional: Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat 2 Jelaskan tindakan yang berhubungan dengan terapi Rasional: Menjelaskan prosedur dapat mengurangi rasa takut pada pasien 3 Peringatkan tentang kemungkinan reaksi sistemik Rasional: Kemungkinan efek samping terapi memerlukan evaluasi ulang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dx.7: Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan Hasil yang diharapkan: Ansietas berkurang atau dapat dikontrol Intervensi: 1 Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien Rasional: Mengidentifikasi keadaan psikologis pasien 2 Selidiki dengan pasien tentang pasien teknik yang telah dimiliki, dan yang belum dimiliki untuk mengurangi ansietas di masa lalu Rasional: Mengidentifikasi kemampuan pasin dalam mengatasi cemas, membantu identifikasi pemberian intervensi 3 Tentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien Rasional: Menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapinya 4 Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas Rasional: Memberi arti penghilang respons ansietas, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping Dx.8: Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak Hasil yang diharapkan: Mampu memberikan kebutuhan fisik, psikologi, social, dan spiritual bagi anak Intervensi: 1 Dukung pengungkapan perasaan Rasional: Memberi rasa nyaman pada orangtua untuk mengungkapkan perasaan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 Bantu orangtua mengidentifikasi defisit dalam kemampuan menjadi orangtua Rasional: Membantu mencari masalah yang dihadapi orangtua 3 Beri penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua Rasional: Dukungan dapat memberi bantuan psikologis orangtua 4 Bantu keluarga dengan penyelesaian konflik Rasional: Penyelesaian konflik dapat memperbaiki peran orangtua

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas pasien Nama : Nn. H Umur : 13 tahun Jenis : Perempuan Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Status perkawinan : Belum menikah Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pelajar Alamat : Jln. Patumbak, No. 257, Medan Tanggal Masuk : 13 Juni 2012 No. Register : 06 16 12 Diagnosa medis : Perdarahan Uterus Disfungsional UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Riwayat Kesehatan 1 Riwayat kesehatan sekarang Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Juni 2012 dan didapatkan hasil pengkajian Nn. H dirawat di RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa dengan keluhan perdarahan hebat saat menstruasi dengan lama menstruasi lebih dari tujuh hari. 2 Riwayat kesehatan lalu Awal menstruasi umur 12 tahun dengan lama menstruasi lebih dari tujuh hari. Dua bulan terakhir, menstruasi tidak berhenti selama dua minggu dengan perdarahan hebat. Nn. H juga mengalami pingsan akibat kelemahan pada saat menstruasi. Selama ini, klien mengkonsumsi makanan tinggi protein untuk mengatasi kelemahan yang dialaminya. 3 Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan keluarga tidak ada riwayat perdarahan. Keluarga klien juga tidak mengalami riwayat hipertensi, diabetes melitus atau hepatitis B. c. Pola Fungsional 1 Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Klien sebelumnya tidak tahu bahwa klien mengalami perdarahan abnormal dari menstruasi. Selama ini, klien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan berupa obat penambah darah atau vitamin. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 Pola Nutrisi dan Metabolik Saat dilakukan pengkajian klien malas makan teratur dengan gizi seimbang. Klien makan tiga kali sehari tetapi dengan porsi kecil. Pasien mengalami mual muntah. 3 Pola Eliminasi Saat dilakukan pengkajian, klien tidak mengalami masalah terhadap eliminasi bowel maupun urinnya. Klien BAB setiap hari dan BAK sekitar 5-6 kali sehari dengan warna urin kuning jernih. 4 Pola Aktivitas dan Latihan Pada saat dilakukan pengkajian mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Tetapi klien mengatakan bahwa mudah lelah bila terlalu lama beraktifitas. 5 Pola Istirahat dan Tidur Klien mengalami sulit untuk tidur. Klien jarang terbangun di malam hari. Klien juga jarang tidur siang. Biasanya klien tidur pukul 22.00 wib dan bangun pada pukul 06.00 wib. 6 Pola Persepsi Sensori dan Kognitif Kemampuan sensasi penglihatan, pendengaran, penghidung, pengecapan, dan perabaan klien baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata. Klien jugs tidak ada masalah dengan kemampuan mengingat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7 Pola Hubungan dengan Orang Lain Klien kurang dapat bergaul baik dengan lingkungan sekitar. Klien tampak pendiam dan lebih sering berkomunikasi dengan orangtuanya. 8 Pola Reproduksi dan Seksual Klien mengerti mengenai fungsi seksual maupun reproduksinya, karena klien mengatahuinya dari orang tua dan sumber lainnya. 9 Persepsi Diri dan Konsep Diri Klien berharap bisa cepat pulang. Perasaan klien saat ini adalah merasa cemas dengan keadaannya yang merasa lemah. Klien sudah dapat menerima apa yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa rendah diri dengan keadaannya sekarang. 10 Pola Mekanisme Koping Dalam mengambil keputusan, Nn. H selalu membicarakan terlebih dahulu kepada keluarganya dan mempercayakan segala keputusan kepada orangtuanya. 11 Pola Nilai Kepercayaan Keyakinan Menurut pasien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah SWT. Tidak ada pertentangan dengan nilai kebudayaan yang dianut terhadap pengobatan yang dijalani saat ini. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Pengkajian Fisik 1 Keadaan umum : Tampak lemah, wajah pucat 2 Kesadaran : Compos mentis 3 TTV : TD =11070 mmHg Suhu =37,1 Nadi=80 xmenit Respirasi=20 xmenit C 4 Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, warna rambut hitam, tebal, dan bersih 5 Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak terjadi penurunan kemampuan penglihatan. 6 Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada penggunaan bantuan oksigen 7 Telinga : Bersih, tidak ada serumen, pendengaran jelas. 8 Mulut : Bersih, mukosa bibir kering, bibir tampak pucat 9 Leher : Tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran tiroid 10 Dada : Simetris 11 Paru-paru Inspeksi : Simetris, tidak menggunakan alat bantu pernafasan Palpasi : Normal Perkusi : Sonor seluruh lapang paru Auskultasi : Vesikuler 12 Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics 5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perkusi : Pekak Auskultasi : Tidak ada suara gallop 13 Abdomen Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan Auskultasi : Bising usus + Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Perkusi : Soepel 14 Ekstremitas atas : Tidak ada edema, tangan kiri terpasang infus RL 20 tetesmenit, tidak ada kemerahan 15 Ekstremitas bawah :Tidak terdapat edema 16 Genitalia : Lochea rubra, warna merah segar 17 Kulit : Bersih,warna kuning langsat, turgor sedang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah 1. DS: Orangtua Os mengatakan bahwa Os malas makan dan jika makan hanya dengan porsi sedikit DO : Nafsu makan rendah Bising usus + Konjungtiva pucat BB: 38 kg, TB: 152 cm normal BB : + Adanya mual muntah 46.8 kg Keridakseimbangan hormon Estrogen rendah; Progesteron tetap terbentuk Progesteron meningkat menyebabkan mual Kehilangan nafsu makan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. DS: Os mengatakan mudah lelah jika beraktivitas DO: Konjungtiva pucat Hb: 5,6 mgdL TD: 11070 mmHg HR: 80xmenit RR: 20x menit Pasien tampak pucat dan lemah Perdarahan Penurunan kadar Hb dalam darah Tidak adekuat suplai oksigen Kelemahan Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. DS: Os mengatakan tidak tahu mengenai penyakitnya DO: Os sering bertanya tentang penyakitnya Os merasa cemas Kurang informasi tentang penyakitnya Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan 4. DS: Os mengatakan takut jika berada di rumah sakit DO: Pengetahuan tentang penyakitnya rendah TD rendah 11070 mmHg Adanya mual Adanya kesulitan untuk tidur Perdarahan Perubahan status kesehatan Ansietas Ansietas 5. DS: Orangtua Os mengatakan bahwa tidak mampu mengatasi penyakit anaknya DO: Os sering sakit pingsan Perubahan status kesehatan kondisi sakit Kebutuhan perawatan Perubahan menjadi orangtua Perubahan menjadi orangtu a

3. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi d. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan e. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak

4. Intervensi

No. Diagnosa TujuanKriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampu an mencerna makanan atau absobsi nutrient yang diperlukan Hasil yang diharapkan: Menunjukkan peningkatan berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal  Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai  Observasi dan catat masukan makanan pasien  Timbang berat badan tiap hari  Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan siantara waktu makan  Observasi dan catat kejadian mualmuntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan  Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi  Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan  Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi  Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster  Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia pada organ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimba ngan antara suplai oksigen pengiriman dari kebutuhan Hasil yang diharapkan: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas termasuk aktivitas sehari- hari, menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi nadi, pernafasan, tekanan darah dalam rentang normal  Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal. Catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas  Kaji gangguan atau keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot  Awasi nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas  Beri lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan  Rencanakan kemajuan akitivitas dengan pasien  Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan,  Mempengaruhi pilihan intervensi bantuan  Menunjukkan perubahan neurologi yang mempengaruhi keamanan pasien  Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa sejumlah oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru  Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh  Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal  Regangan stress kardipulmonal berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi kegagalan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA atau pusing 3. Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan, melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup  Berikan informasi tentang Perdarahan Uterus Disfungsional. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya penyakit  Jelaskan tindakan yang berhubungan dengan terapi  Peringatkan tentang kemungkinan reaksi sistemik  Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat  Menjelaskan prosedur dapat mengurangi rasa takut pada pasien  Kemungkinan efek samping terapi memerlukan evaluasi ulang 4. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan Hasil yang diharapkan: Ansietas berkurang atau dapat dikontrol  Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien  Selidiki dengan pasien tentang pasien teknik yang telah dimiliki, dan yang belum dimiliki untuk mengurangi ansietas di masa lalu  Tentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien  Beri dorongan pada pasien  Menentukan derajat cemas  Mengidentifikasi kemampuan pasin dalam mengatasi cemas, membantu identifikasi pemberian intervensi  Menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapinya  Memberi arti penghilang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA untuk mengungkapka n pikiran dan perasaan untuk mengeksternali sasikan ansietas respons ansietas, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping 5. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak Hasil yang diharapkan: Mampu memberikan kebutuhan fisik, psikologi, social, dan spiritual bagi anak  Dukung pengungkapan perasaan  Bantu orangtua mengidentifika si defisit dalam kemampuan menjadi orangtua  Beri penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua  Bantu keluarga dengan penyelesaian konflik  Memberi rasa nyaman pada orangtua untuk mengungkapkan perasaan  Membantu mencari masalah yang dihadapi orangtua  Dukungan dapat memberi bantuan psikologis orangtua  Penyelesaian konflik dapat memperbaiki peran orangtua UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Implementasi dan Evaluasi

Hari Tanggal waktu No DX Implementasi Evaluasi Senin 13 juni 2012 10.00 WIB 1  Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai  Memantau dan mendokumentasikan masukan makanan pasien  Menimbang berat badan pasien setiap hari  Memberikan makan sedikit dan frekuensi sering  Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan ringan diantara waktu makan  Mengobservasi dan mencatat kejadian mualmuntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan S: Klien mengatakan bahwa klien tidak selera untuk makan O: Nafsu makan rendah Bising usus + Konjungtiva pucat BB: 38 kg, TB: 152 cm normal BB : + Adanya mual dan muntah 46.8 kg A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 2  Mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal.  Mencatat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas  Mengkaji gangguan atau keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot  Memantau nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.  Mencatat respon terhadap tingkat aktivitas  Menciptakan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring bila diindikasikan  Merencanakan kemajuan akitivitas dengan pasien  Menganjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing S: Pasien mengatakan akan merasa lelah bila terlalu lama beraktifitas O: Konjungtiva pucat Hb: 5,6 mgdL TD: 11070 mmHg HR: 84xmenit RR: 20x menit Pasien tampak pucat dan lemah A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 3  Memberikan informasi tentang keadaan pasien  Menjelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan untuk pengobatan S: Pasien mengatakan masih kurang paham tentang keadaannya O: Pasien dan orangtua pasien UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merasa cemas A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 4  Mengkaji dan mendokumentasikan tingkat kecemasan pasien  Mengkaji tentang teknik yang telah dimiliki pasien dan yang belum dimiliki untuk mengurangi ansietas  Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien  Memberi dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas  Mengajarkan teknik relaksasi “pengalihan pikiran” untuk mengatasi ansietas S: Klien mengatakan akan mencoba beradaptasi dengan lingkungan dan mencoba teknik relaksasi “pengalihan pikiran”. O: Pengetahuan tentang penyakitnya rendah TD rendah 11080 mmHg Adanya mual Adanya kesulitan untuk tidur A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 5  Memberi dukungan terhadap pengungkapan perasaan orangtua  Membantu orangtua mengidentifikasi defisit dalam kemampuan menjadi orangtua  Memberi penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua S: Orangtua pasien mengatakan ketidakmampuannya menjaga kesehatan anaknya O: Orangtua merasa cemas terhadap keadaan anaknya A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Selasa 14 Juni 2012 09.00 WIB 1  Memantau dan mendokumentasikan masukan makanan pasien  Menimbang berat badan pasien setiap hari  Memberikan makan sedikit dan frekuensi sering  Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan ringan diantara waktu makan  Mengobservasi dan mencatat kejadian mualmuntah S: Orangtua klien mengatakan bahwa klien sudah mau makan walau sedikit O: Nafsu makan rendah Bising usus + Konjungtiva merah muda BB: 38,5 kg, TB: 152 cm normal BB : + Adanya mual, muntah tidak ada 46.8 kg A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan 2  Memantau kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas  Mencatat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan S: Pasien mengatakan keadaannya lebih baik O: Konjungtiva merah muda UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menyelesaikan tugas  Memantau nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.  Mencatat respon terhadap tingkat aktivitas  Menciptakan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring bila diindikasikan  Menganjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing Hb: 15,6 mgdL TD: 11080 mmHg HR: 80xmenit RR: 20x menit Pasien sudah dapat berjalan sendiri ke kamar mandi A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan 3  Memberikan pendidikan kesehatan tentang Perdarahan Uterus Disfungsional  Menjelaskan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan untuk pengobatan  Menjelaskan prosedur transfusi darah dan efek yang mungkin ditimbulkannya S: Pasien dan orangtua pasien mengatakan sudah paham mengenai Perdarahan Uterus Disfungsional O: Orangtua pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan 4  Memantau dan mendokumentasikan tingkat kecemasan pasien  Mengevaluasi kembali teknik yang telah diajarkan kepada pasien  Memberi dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas  Mengajarkan teknik relaksasi “Lima jari” untuk mengatasi ansietas S: Klien mengatakan telah melakukan teknik relaksasi yang telah diajarkan oleh perawat O: Pasien telah mengerti tentang penyakitnya Pasien mampu mengulang kembali teknik yang telah diajarkan TD 12080 mmHg Pasien tidur dengan nyenyak A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan 5  Memberi penguatan pada kekuatan dan ketrampilan menjadi orangtua  Membantu keluarga dengan penyelesaian konflik dengan memberikan spiritual kepada orangtua S: Orangtua Pasien Mengatakan Bersyukur Atas Kondisi Anaknya Yang Membaik O: Orangtua Pasien Tampak Tidak Cemas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lagi Orangtua Pasien Mampu Merawat Anaknya A: Masalah teratasi Intervensi dihentikan 15 Juni 2012 1  Memonitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi.  Memonitor BB pasien.  Menganjurkan diet dengan gizi seimbang S: Klien mengatakan bahwa klien sudah mulai makan O: Nafsu makan baik Bising usus + Konjungtiva merah muda BB: 38,5 kg, TB: 152 cm normal BB : + A: Masalah teratasi 46.8 kg P: Intervensi dihentikan Pasien pulang 2  Memantau kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas  Memantau nadi, tekanan darah, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.  Mencatat respon terhadap tingkat aktivitas  Menciptakan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring bila diindikasikan  Menganjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing S: Pasien mengatakan keadaannya lebih baik O: Pasien tampak segar Konjungtiva merah muda TD: 11080 mmHg HR: 80xmenit RR: 20x menit Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri A: Masalah teratasi P: Intervensi dilanjutkan Pasien pulang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6. Ringkasan Pasien Pulang

Nn. H 13 tahun masuk pada tanggal 13 Juni 2012 dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi dan lama lebih dari 7 hari. Setelah dilakukan pemeriksaan diagnostikmaka ditegakkan diagnose Perdarahan Uterus Disfungsional PUD. Nn. H menjalani perawatan sejak tanggal 13 Juni 2012 sampai 15 Juni 2012. Rincian Keadaan Nn.H saat pulang: Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Tanda-Tanda Vital : TD: 11080 mmHg HR: 80xmenit RR: 20x menit Kemampuan Beraktivitas : Mandiri Pemeriksaan Penunjang : - Hb: 15.6 mgdL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengelolaan manajemen asuhan keperawatan

a. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok pada seluruh klien Asuhan keperawatan diberikan kepada seluruh pasien yang menjalani rawat inap di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing yaitu 6 orang pasien. Manajemen asuhan keperawatan yang diberikan berupa intervensi keperawatan secara menyeluruh dan peningkatan pengetahuan pasien melalui pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Rata–rata pasien pulang setelah tiga hari perawatan. b. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara individu pada klien kelolaan Asuhan keperawatan diberikan kepada satu orang pasien kelolaan dengan diagnosa medis Perdarahan Uterus Disfungsional PUD. Intervensi yang diberikan terkait pemenuhan masalah nutrisi, aktivitas, peningkatan pengetahuan pasien, penanganan ansietas, dan perubahan peran orang tua. Lama rawat pasien selama tiga hari dengan kondisi stabil saat pulang.

2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa diperoleh informasi bahwa fenomena kasus yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terbanyak adalah pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Selain itu diperoleh data mengenai beberapa masalah dalam pelayanan kesehatan yang belum optimal seperti pendokumentasian asuhan keperawatan, pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan fasilitas yang kurang memadai sehingga berdampak pada kualitas pelayanan rumah sakit. Kadarusman 2005 menyatakan bahwa tingginya angka kejadian perdarahan uterus disfungsional disebabkan oleh keengganan penderita, terutama pada usia perimenars untuk menjalani pemeriksaan. Selain itu sebagian perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti atau sembuh sendiri tanpa pengobatan. Penanganan segera terhadap penyakit ini bertujuan untuk menghindari dampak dan komplikasi yang lebih buruk seperti infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup. Saat dilakukan pengkajian awal untuk mengidentifikasi kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien, diperoleh hasil bahwa pegawai ruangan kurang memaksimalkan perannya sebagai pelayan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti manajemen yang kurang optimal, kurangnya kualitas SDM, dan fasilitas yang belum memadai. Dalam mengatasi hal tersebut, kelompok mengusulkan rancangan format pengkajian dan diagnosa dalam bentuk checklist untuk membantu pendokumentasian asuhan keperawatan yang efektif, penyediaan leaflet dan poster untuk membantu pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien, serta pelabelan tempat sampah untuk membantu penanganan sampah rumah sakit. Sistem dokumentasi yang lengkap akan membantu komunikasi antar petugas kesehatan yang nantinya akan berdampak pada sistem pelayanan rumah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sakit. Mutu pelayanan juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan bagi pasien dimana melalui informasi yang jelas dan tepat dapat mengurangi beban kerja perawat. Pengetahuan yang baik dapat meningkatkan partisipasi pasien dan keluarga pasien serta kemandirian dalam penanganan masalah kesehatan. Hasil kegiatan PBLK ini menunjukkan bahwa pemberian asuhan keperawatan secara optimal dan adanya pemberian pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien dapat memberikan manfaat yang besar kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik melalui pengobatan yang benar, pembatasan makanan, pembatasan aktifitas, dan mengubah kebiasaan buruk yang dapat merusak kesehatan. Saat ditanyakan, pasien mengatakan sangat tertolong dengan adanya informasi-informasi yang diberikan oleh perawat atau tenaga medis lainnya untuk pemeliharaan kesehatatan. Hampir semua pasien yang diintervensi menunjukkan kesiapan yang baik yaitu termotivasi melakukanmenuruti anjuran-anjuran yang diberikan.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Pihak institusi pendidikan melatih mahasiswa untuk menjadi seorang penyuluh yang baik dan benar sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan berbagai variasi media yang menarik dan mampu bertindak sebagai seorang penyuluh kesehatan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Lahan Praktik

Pihak lahan praktik khususnya Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang optimal, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan pemberian pendidikan kesehatan dan pengadaan fasilitas sesuai kebutuhan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Daftar Pustaka Doengoes, M.E, et al. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Handoko, Teguh. 2005. Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari14. http:www.scribd.comdoc48983911DISFUNGSIONAL-UTERINE Hubber, Diane I. 2006. Leadership and Nursing Management Care. Phyladelphia: Saunders Elsevier Kadarusman. 2005. Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari http:digilib.unsri.ac.id Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri Ginekologi. Jakarta: Hipokrates Muninjaya, A. A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Edisi 2: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Prawiroharjo. 2000. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2012 dari http:www.scribd.comdoc56192161Perdarahan-Uterus-Disfungsional Rahman 2008. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Surya Cipta Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC Suseno, Sigid. 2007. Perdarahan Uterus Disfungsional PUD. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2012 dari http:www.scribd.comdoc8227053070Perdarahan-Uterus- Disfungsional-PUD Yahya. 2008. Perdarahan Rahim Disfungsional. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2012 dari http:adulgopar.files.wordpress.com200912perdarahan- rahim-disfungsional.pdf UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI RUMAH SAKIT DR. G.L. TOBING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU MEDAN NO. KEGIATAN Juni Juli 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 8 1 9 2 2 1 2 2 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 3 4 5 6 1. Orientasi PBLK Keperawatan Maternitas a. Pengarahan tentang Kep.Maternitas di RS. G. L Tobing b. Orientasi di RS G.L. Tobing 2. Penyusunan instrumen pengkajian Manajemen Pelayanan 3. Pengkajian dan analisa situasi Manajemen Pelayanan 4. Konsul judul PBLK individu ; Perdarahan Uterus Disfungsional 5. Pengkajian pasien individu 6. Konsul BAB I 7. Penentuan rumusan masalah Manajemen Pelayanan 8. Intervensi rumusan masalah Manajemen Pelayanan 9. Sosialisasi intervensi rumusan masalah 10. Konsul BAB II 11. Penentuan diagnosa dan intervensi keperawatan individu 12. Konsul BAB III pengkajian, diagnosa, intervensi 13. Implementasi 14. Evaluasi 15. Penyusunan pengumpulan laporan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA INSTRUMEN I Perilaku Pemimpin Berilah tanda check list √ pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih SL : selalu SR : sering K : kadang-kadang J : jarang TP : tidak pernah Sikap perawat ruangan dalam menilai kepemimpinan kepala ruangan No Pernyataan SL SR K J TP 1 Kepala ruangan mengingatkan anggota tim mengikuti standar dan peraturan 2 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada anggota tim lain apabila saya berhalangan hadir 3 Kepala ruangan mengoreksi dan memberi asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota tim 4 Kepala ruangan mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesionalisme dengan anggota tim 5 Kepala ruangan berkomunikasi secara efekltif melalui tulisan pada anggota tim 6 Kepala ruangan mengkoordinasi kerja anggota tim 7 Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dari kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan kelompok pada atasan 8 Kepala ruangan menerapkan peran sebagai mentor yang efektif 9 Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya sebelum bertindak sebagai pemimpin 10 Kepala ruangan mencoba ide-ide barunya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bersama kelompok 11 Kepala ruangan memberitahukan terlebih dahulu tentang adanya perubahan 12 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam berkomunikasi. 13 Kepala ruangan memperlakukan semua anggota kelompok dalam kesetaraan 14 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sesuai kemampuannya 15 Kepala ruangan menerima masukan dari anggota kelompok 16 Kepala ruangan memberi pujian penguatan pada anggota kelompok terhadap keberhasilan tindakan 17 Kepala ruangan memberi dukungan pada anggota kelompok terhadap tindakan mereka 18 Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota kelompok sebelum melakukan tindakan 19 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dari anggota kelompok 20 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sama sebagai tim 21 Kepala ruangan memberi masukan atau saran kepada anggota. 22 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan bersama anggotanya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA INSTRUMEN II Kepuasan Kerja Perawat Berilah tanda check list √ pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih STP : Sangat tidak puas CP : Cukup puas P : Puas SP : Sangat puas TP : Tidak puas No Pernyataan STP TP CP P SP 1 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan 2 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, kantin 3 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan 4 Adanya jaminan atas kesehatan dan keselamatan kerja 5 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara 6 Hubungan antar karyawan dan kelompok kerja 7 Kemampuan dalam bekerjasama antar Karyawan 8 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara 10 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan 11 Kemampuan supervise pengawas dalam membuat keputusan 12 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan 14 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan 15 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi 16 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan pangkat 17 Jumlah reward yang saya terima dibandingkan dengan pekerjaan yang saya lakukan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA INSTRUMEN III Kepuasan Pasien Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist √ pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Keterangan: TP = Tidak Pernah KD = Kadang-kadang SR = Sering SL =Selalu No Pernyataan TP KD SR S L 1 Perawat mengucapkan salam saat bertemu dengan pasien 2 Perawat memperkenalkan diri saat bertemu dengan pasien 3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar 4 Perawat menjelaskan tindakan yang akan dilakukan 5 Perawat menjelaskan manfaat tindakan yang akan dilakukan 6 Perawat bersikap sopan santun dan ramah saat melakukan tindakan 7 Perawat menjaga lingkungan pasien agar tetap bersih 8 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pasien 9 Perawat memeriksa kondisi pasien setelah dilakukan tindakan 10 Perawat mendampingi pasien pada waktu dokter melakukan pemeriksaan pengobatan 11 Perawat menanyakan kondisi pasien sebelum memberikan pelayanan 12 Perawat ramah kepada pasien dan keluarga 13 Perawat memberi kesempatan kepada pasien keluarga untuk menyampaikan keluhan kondisi kesehatan 14 Perawat memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan pasien 15 Perawat bersedia membantu saat pasien mengalami masalah dengan administrasinya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SATUAN ACARA PENYULUHAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL PUD

A. Pokok Bahasan

: Perdarahan Uterus Disfungsional

B. Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional 2. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional 3. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional 4. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional 5. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional

C. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dan mengerti tentang perdarahan uterus disfungsional Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15-20 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu menjelaskan: a. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional b. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional c. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional d. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional e. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional

D. Sasaran