pada prinsip t ers eb u t di atas.
117
Dengan kata lain, pada dasarnya Majelis Hakim hanya terikat dengan peraturan hukum yang berlaku dengan memperhatikan salah satu dari ketiga aspek tujuan hukum yaitu
keadilan, aspek kepastian hukum, dan sosiologis aspek kemanfaatan hukum.
118
Dengan demikian,sesuai dengan peraturan Undang-undangan yang berlaku, orang tua perempuan dapat juga diwajibkan untuk membiayai nafkah hidup anak, jika dalam
kenyataannya orang tua laki-laki tidak mampu dalam segi ekonomi.
2. Dasar Pertimbangan Hukum Penetapan Hak Pemeliharaan Anak
Anak merupakan persoalan yang selalu menjadi perhatian berbagai elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan bagaimana seharusnya ia
diperlakukan oleh kedua orang tuanya, bahkan juga dalam kehidupan masyarakat dan Negara melalui kebijakan-kebijakannya dalam mengayomi anak. Ada berbagai cara pandang dalam
menyikapi dan memperlakukan anak yang terus mengalami perkembangan seiring dengan semakin dihargainya hak-hak anak, termasuk oleh Perserikatan Bangsa-bangsa PBB.
Salah satu asas yang termuat dalam konvensi hak-hak anak yang menyebutkan bahwa anak berhak untuk tumbuh dan dibesarkan dalam suasana penuh kasih sayang dan rasa aman
sedapat mungkin berada dibawah asuhan serta tanggung jawab orang tuanya sendiri. Dalam Pasal 45 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan :
1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik- baiknya. 2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini berlaku sampai anak itu kawin
117
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahy pada tanggal 23 November 2011 dan sesuai pula dengan teori hukum ”rechtssicherheit”, ”gerechtigheit” dan ”rechts utiliteit”.
118
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.
Universitas Sumatera Utara
atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
Pernyataan Pasal diatas tersebut menyatakan bahwa anak yang dilahirkan dalam suatu perkawinan harus dipelihara, diasuh dan dididik oleh orang tuanya.
Undang-undang Perkawinan mengatur hak dan kewajiban orang tua dan anak yang menyangkut beberapa hal, yang salah satunya bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan
mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua yang dimaksud tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, meskipun perkawinan kedua orang tua
putus.
119
Bagi orang tua tentunya, menginginkan anak-anaknya tetap berada di dekat dan berada dalam asuhannya, tetapi mau tidak mau antara kedua orang tua yang telah bercerai harus
merelakan anak-anaknya berada dalam penguasaan salah satu dari mereka, atau dengan jalan pembagian hak pemeliharaannya berdasarkan putusan hakim yang memutuskan perceraian
mereka. Seorang anak belum dewasa masih berhak atas pengasuhan kedua orang tuanya,
walaupun orang tuanya sudah bercerai, dan pengasuhan tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan anak-anak tersebut. Bila nanti terjadi perselisihan dalam penguasaan anak maka
pengadilan memberikan putusan yang seadil-adilnya tanpa sedikitpun mengurangi hak-hak anak tersebut. Sesuai dengan rumusan dan makna Undang-undang, bahwa untuk menentukan hak
pemeliharaan anak yang harus diperhatikan adalah demi kepentingan hukum anaknya. Jadi
119
Sudarsono, op cit, hal 188.
Universitas Sumatera Utara
hakim harus benar-benar memperhatikan apabila anak tersebut dipelihara oleh ibunya atau bapaknya mempunyai jaminan sosial dan kesejahteraan yang lebih baik.
120
Di dalam Pasal 41 ayat 2 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 secara jelas menyebutkan “sesungguhnya sang Bapak atau sang Ibu berkewajiban memelihara
anaknya”. Namun jika seorang Bapak tidak mampu secara sosial ekonomi untuk membiayai penghidupan anaknya, dan ibunya ternyata lebih mampu untuk membiayainya, maka sang Ibu
lah yang harus bertanggung jawab memberi penghidupan pada anaknya. Jadi tanggung jawab seorang Bapak dan Ibu memang diwajibkan untuk membiayai penghidupan anaknya.
121
Berdasarkan hal tersebut menurut J.Prins, pertama-tama ditetapkan oleh Undang-undang bahwa kewajiban untuk memelihara anak-anak dan pendidikan mereka teletak baik pada ayah
maupun ibu. Perselisihan tentang kekuasaan orang tua diputuskan oleh hakim. Ayah secara tegas dibebani kewajiban menanggung semua biaya hidup dan pendidikan; hanyalah kalau ternyata si
ayah tidak mampu, hakim dapat mewajibkan si ibu ikut menanggung biayanya. Tidak diragukan bahwa disini telah dijelaskan suatu asas yang sah dan penting menurut hukum. Pada
yurisprudensilah diserahkan pelaksanaannya secara praktis.
122
Jadi dalam hal ini untuk menetapkan suatu penetapan yang menyangkut hak pemeliharaan anak setelah terjadinya perceraian diperlukan adanya lembaga yang berwenang
untuk itu. Dalam hal ini, para pihak dapat melakukannya dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan bagi non muslim dapat melakukannya melalui
Pengadilan Negeri setempat.
120
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.
121
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.
122
J.Prins, Tentang Hukum Perkawinan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal 70
Universitas Sumatera Utara
Pengadilan Negeri merupakan salah satu dari badan peradilan di Indonesia, dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya.
123
Dalam menyelesaikan suatu perkara, seorang hakim tidak boleh berdalih, dengan alasan tidak ada hukum yang mengatur tentang hal itu. Oleh karena itulah seorang hakim harus
menemukan dan menentukan hukumnya. Kaedah-kaedah hukum yang diatur dalam Undang- undang Perkawinan ini disaring mana yang dapat dijadikan suatu hukum yang hidup dan harus
dilaksanakan. Dalam penuntutan biaya hidup bagi anak biasanya ibu yang akan bertindak mengajukan
tuntutan terhadap bapak bekas suami apabila bekas suaminya tidak memenuhi kewajibannya dalam pemberian nafkah hidup bagi anak yang berada dalam asuhannya.
Tuntutan yang dilakukan oleh ibu bekas istri tidak hanya mengenai pemenuhan terhadap biaya hidup dan pendidikan anak, namun juga menyangkut masalah pemeliharaan
anak. Hal seperti ini yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri dalam beberapa putusan yang menyangkut masalah pemeliharaan anak, maka setelah bercerai dan diputuskan bahwa anak ikut
dengan ibunya, maka bekas suaminya akan diberikan kewajiban untuk memberikan nafkah dan biaya pendidikan dan pemeliharaan anak tersebut.
Pengadilan Negeri dalam menyelesaikan kasus-kasus pemeliharaan anak dan tanggung jawab nafkah anak cenderung melimpahkan tanggung jawab pemeliharaan anak kepada ibu
kandungnya dan kepada pihak bapak dibebani tanggung jawab untuk memenuhi segala biaya
123
Pasal 2 ayat 1 Undang- undang Nomor 14 tahun 1970.
Universitas Sumatera Utara
pemeliharaan dan pendidikan anak sehingga anak tersebut dapat berdiri sendiri.
124
Dalam perlindungan anak pasca perceraian tidak hanya sebatas telah terpenuhinya ketentuan Undang-undang. Sepanjang orang tua yang telah bercerai dengan sadar dan beritikad
baik mau menjalankan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang ada, masalah yang ditimbulkan oleh perceraian, terutama masalah anak, akan dapat diminimalkan. Mungkin ada
anggapan bahwa dengan telah terpenuhinya kebutuhan fisik anak maka masalah perlindungan anak sudah selesai. Tetapi tidak sesederhana itu, sebab dalam kenyataannya walaupun telah ada
putusan yang mewajibkan ayah membiayai pemeliharaan anaknya dibelakang hari ayah tersebut tidak perduli lagi dengan kewajibannya. Oleh sebab itu perlu dipikirkan bagaimana upaya untuk
mengoptimalkan perlindungan anak pasca perceraian orang tua, yang terutama sekali dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap konsep kekusaan orang tua yang bersifat tunggal, serta
menegaskan sanksi bagi ayah yang melalaikan kewajiban membiayai pemeliharaan anaknya. Kalau ibu yang telah diserahi hak pemeliharaan anak ternyata melalaikan kewajibannya maka
hukuman baginya adalah mencabut hak pemeliharaan anak atau hak perwalian tersebut melalui permohonan dari pihak yang merasa keberatan dengan tindakan ibu tersebut kepada Pengadilan
Negeri.
125
Sesuai dengan makna dan rumusan Undang-undang, bahwa untuk menentukan hak perwalian, hak pemeliharaan anak yang harus diperhatikan adalah demi kepentingan hukum
anaknya. Jadi hakim harus benar-benar memperhatikan apabila anak tersebut dipelihara oleh ibunya atau bapaknya mempunyai jaminan kehidupan sosial dan kesejahteraan yang lebih
124
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.
125
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.
Universitas Sumatera Utara
baik.
126
Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 memang tidak secara tegas menyebutkan siapa yang harus memelihara anak apabila terjadi perceraian antara suami istri.
Didalam Pasal 41 Undang-undang tersebut hanya dijelaskan kedua orang tua wajib m emelihara dan mendidik anak. Apabila terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak,
keputusan akan ditetapkan oleh pengadilan. Tidak ditetapkan suatu ketegasan mengenai siapa yang seharusnya memelihara anak setelah terjadinya perceraian dapat menyebabkan timbulnya
perselisihan antara bekas suami istri mengenai pemeliharaan anak. Anak akan menjadi objek rebutan antara kedua orang tua.
Pemeliharaan anak bukan hanya sekedar mencukupi makan minum saja, akan tetapi lebih berat lagi yaitu orang tua harus membina anaknya agar menjadi manusia yang berguna.
Karena itu tidak benar jika salah satu dari orang tua menganggap ia yang lebih berhak memelihara anak hanya dengan melihat kemampuannya untuk mencukupi kebutuhan anak dari
segi materilnya saja. Hak memelihara dan mendidik seorang anak diutamakan kepada ibunya karena kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya lebih mendalam.
Perhatikan dalam Pasal 24 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan kewajiban memberi
biaya nafkah anak tersebut tidak hanya setelah terjadinya perceraian,akan tetapi juga dapat ditentukan selama proses perceraian berlangsung. Ketentuan tersebut mengatur bahwa selama
berlangsungnya gugatan perceraian,atas permohonan penggugat dan tergugat, pengadilan dapat menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak.
Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan yang tersebut di atas, prinsip hukum yang
126
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Indra Cahya pada tanggal 23 November 2011.
Universitas Sumatera Utara
mengatur tentang kewajiban biaya nafkah anak setelah terjadinya perceraian pada hakikatnya membebankan kewajiban biaya nafkah pada orang tua laki-laki. Oleh karenanya, Majelis Hakim
Pengadilan dalam memeriksa dan mengadili perkara terikat dengan prinsip hukum tersebut dengan pertimbangan demi kepentingan si anak yang disesuaikan dengan kemampuan si ayah.
Akan tetapi pada dasarnya Majelis Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara melihat pada kasus yang dihadapinya dan tidak harus terikat pada prinsip hukum di atas
.
127
Dengan demikian, sesuai dengan peraturan Undang-undangan yang berlaku, orang tua perempuan dapat juga diwajibkan untuk membiayai nafkah hidup anak, jika dalam
kenyataannya orang tua laki-laki tidak mampu dalam segi ekonomi.
3. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Putusan No. 209Pdt.G2007PN.Mdn