karena  memiliki  sarana  dan  prasarana  yang  memadai  sehingga memberikan  kemudahan  dalam  melakukan  aktifitas  usahanya.  Namun,
terdapat ketidaksesuaian dengan  salah  satu kriteria aspek kelayakan  yaitu lokasi  peternakan  yang  berada  di  wilayah  pemukiman  padat  penduduk.
Untuk  hasil  analisis  aspek  manajemen  dapat  dijelaskan  bahwa  struktur organisasi
Jaji’s  Farm  belum  formal  dan  belum  memiliki  badan  hukum usaha  peternakan.  Akan  tetapi  usaha  peternakan  ini  layak  dijalankan
karena  sistem  manajemen  yang  dilakukan  sesuai  dengan  kriteria kelayakan.  Adanya  peternakan  kelinci
Jaji’s  Farm  memberikan  dampak positif  terhadap  masyarakat  sekitar  dimana  masyarakat  mendapatkan
banyak  informasi  mengenai  usaha  peternakan  kelinci  sehingga  dapat dikatakan  analisis  aspek  sosial  ekonomi  dan  lingkungan  layak  untuk
dijalankan. 2.
Hasil analisis aspek finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi pada
kedua  kondisi  menunjukan  bahwa  Kondisi  Pengembangan  layak  untuk
diprioritaskan karena memiliki nilai NPV sebesar  Rp. 292.353.219,-, IRR sebesar  61  persen,  Net  BC  sebesar  3,51  dan  Payback  Periods  sebesar
4,44. Dilihat dari NPV dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih  tinggi  daripada  kondisi  Aktual.    Selain  itu,  dalam  sisi  efisiensi
investasi kondisi pengembangan lebih efisien dibandingkan kondisi aktual sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  kondisi  pengembangan  memiliki
tingkat pengembalian lebih singkat. 3.
Dari hasil analisis Switching Value yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dari  sisi  perubahan  harga  jual  output  kondisi  pengembangan  lebih
sensitif  dengan  tingkat  kepekaan  sebesar  17  persen  terhadap  perubahan harga  jual  kelinci  pedaging  dan  42  persen  untuk  perubahan  harga  input.
Oleh  karena  itu,  kondisi  aktual  lebih  diprioritaskan  untuk  dijalankan karena  memiliki  tingkat  kepekaan  lebih  kecil  dibandingkan  kondisi
pengembangan .
7.2   Saran
1. Adanya  penanganan  khusus  terhadap  limbah  yang  dihasilkan  oleh
peternakan karena  lokasi  peternakan  berada di  wilayah pemukiman padat
penduduk. Salah satunya yaitu dapat dilakukan pelatihan khusus mengenai penanganan limbah kepada karyawan yang dimiliki oleh
Jaji’s Farm. 2.
Usaha  peternakan  yang  dijalankan  sebaiknya  diprioritaskan  pada peternakan  dengan  kondisi  pengembangan  karena  akan  menghasilkan
keuntungan yang lebih besar dengan tingkat pengembalian yang cepat. 3.
Perlu  adanya  penelitian  lanjutan  untuk  mengetahui  tingkat  kelayakan usaha  jika
Jaji’s  Farm  ingin  melakukan  pengembangan  usaha  dengan menggunakan pinjaman modal tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely,  J.  dan  D.  H.  Bade.  1991.  Ilmu  Peternakan.  Penerjemah;  Yogyakarta: Edisi keempat, Gajah Mada University Press.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Pencapaian Swasembada Daging Nasional. Jakarta
[DISNAK].  Dinas  Peternakan  Provinsi  Jawa  Barat.  Jumlah  Populasi  Ternak  di Indonesia. 2010.
http:www.disnak.
jabarprov.go.id. [21 Januari 2010].
[DITJEN].  Direktorat  Jendaral  Peternakan.  2011.  Pusat  data  dan  Informasi Pertanian. http:www.ditjenak.go.id.
Ensimenger,  M.E,J.E.  Oldfield  dan  W.W.  Hineman.  1990.  Feed  and  Nutrition Formay  Feed  And  Nutristion  complete.  2nd  Ed.  The  Ensminger
Publishing Caifornia. USA Ermin,  2007.  Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster Air Tawar pada
CV.  Fizan  Farm  dan  CV.  Sejahtera  Lobster  Farm.    [Skripsi].    Bogor    : Fakultas Ekonomi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Farrell.  D.J,  dan  Y.C.  Raharjo.  1984.  Potensi  Ternak  Kelinci  Sebagai  Penghasil Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.
Gittinger,  J.P.  1986.  Economic  Analysis  Of  Agricultural  Project.  2nd  Edition. Terjemahan  Sutomo  S  dan  Mangiri  K.  1986.  Universitas  Indonesia.
Jakarta Husnan,  dan  Muhammad,  S.  2000.  Studi  Kelayakan  Proyek.  Edisi  Keempat.
Penerbit AMP YKPN. Yogyakarta Kadariah, Lien  K, Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. Jakarta, PT Prenhallindo.
Mathius,  J.W.,  A.P.  Sinurat,  D.M.  Sitompu  B.P.  Manurung,  dan  Azmi.  2006. Pengaruh  bentuk  dan  lama  penyimpanan  terhadap  kualitas  dan  nilai
biologis pakan komplit. Seminar Nasional Tek Pet Veteriner. Hal : 57-66 Mubyarto.  1989.  Pengantar  Ekonomi  Pertanian.  Jakarta  :  Pendidikan  dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial. Nurmalina  R,  Sarianti  T,  Karyadi  A.  2009.  Studi  Kelayakan  Bisnis.  Bogor.
Departemen  Agribisnis.  Fakultas  Ekonomi  Dan  Manajemen.  Institut Pertanian Bogor.
Parakassi,  A.  1999.  Ilmu  Makanan  Ternak  Ruminansia.  Cetakan  Pertama. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta
Rofik,  A.  2005.  Kelayakan  Finansial  Usaha  Peternakan  Sapi  Perah  di  Pondok Ranggon,  Jakarta  Timur.  [skripsi].  Bogor  :  Fakultas  Peternakan.  Institut
Pertanian Bogor. Sarwono, B. 2004. Kelinci Potong dan Hias.  Cetakan ke-4.  Penerbit Agromedia
Pusataka. Jakarta Satrio,  2005.    Analisis  Kelayakan  Finansial  usaha  ternak  kelinci  pada  Ushagi
Farm  Kecamatan  Cibungbulang  Kabupaten  Bogor.    [Skripsi].    Bogor  : Fakultas Ekonomi Manajemen Agribsinis.  Institut Pertanian Bogor.
Sumiarti,  2004.  Analisis Kelayakan Investasi usaha Agribisnis kelinci Kasus di Kecamatan  Ciawi  Kabupaten  Bogor.  [Skripsi].  Bogor  :    Fakultas
Ekonomi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Umar  H.  2007.  Teknik  Menganalisis  Kelayakan  Rencana  Bisnis  Secara
Komperhensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widagdho,  2008.   Analisis Kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit
Project  Lembang.    [skripsi].    Bogor    :    Fakultas  Ekonomi  Manajemen Agribisnis.  Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Lapangan
KUISIONER PENELITIAN UNTUK MENGETAHUI GAMBARAN USAHA PETERNAKAN
KELINCI PADA JAJI’S FARM DI DESA CIHERANG, KABUPATEN